Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Tuesday, May 6, 2014

Ada Sampah Plastik di Mars ??

Foto yang diambil Curiosity pada 9 Februari 2014 di Mars. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: JPL, NASA

Sumber foto: http://mars.jpl.nasa.gov/msl/images/PIA17944_Mcam-SOL538-WB-full.jpg

Camera Mastcam yang terpasang pada Curiosity pada tanggal 9 Februari 2014 lalu mengambil foto pemandangan indah dari bukit pasir di sekitar kawah Gale mars tepatnya di dekat suatu lembah yang disebut Dingo Gap. Tampak bahwa Curiosity telah berjalan melalui bukit pasir kecil yang dibuktikan dengan jejak roda yang membekas di pasir.

Sekilas jika kita lihat pada foto di atas sepertinya tidak ada yang aneh. Tapi jika kita lakukan perbesaran pada sebuah bagian foto, akan tampak hal yang mengejutkan. terlihat penampakan sebuah benda yang mirip plastik atau bahkan logam yang seolah-olah terlipat. Dilihat dari bentuknya, sepertinya tidak mungkin kalau itu adalah batuan Mars. Apakah mungkin batuan bisa berbentuk seolah-olah terlipat seperti itu? silahkan dilihat pada foto di bawah ini setelah saya lakukan perbesaran.

Benda aneh di tengah foto menyerupai plastik hitam atau bahkan metal yang terlipat. Berbeda sekali dengan batu di sekitarnya. Silahkan klik gambar kemudian di zoom untuk melihat lebih jelas.

Sebelumnya pernah juga digegerkan kabar adanya plastik di Mars melalui foto yang diambil Curiosity, tapi akhirnya di ungkapkan NASA bahwa plastik itu ada bagian dari Curiosity itu sendiri. Tapi yang satu ini terlihat berbeda kan, mungkinkah itu sisa peradaban Mars yang hilang ??, silahkan Anda simpulkan sendiri. (Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Monday, May 5, 2014

Berapa Berat Bumi Kalau Ditimbang ?

Bumi. Image credit: roscosmos

Pertanyaan:
Berapa sih berat Bumi kalau diukur pakai timbangan?

Jawaban:
Berdasarkan penelitian para ilmuwan, berat Bumi sekitar 5,974,000,000,000,000,000,000,000 kilogram (5,974 miliar biliun kg (mohon koreksi bahasa Indonesianya :-) ). Bagaimana cara nimbangnya? tentunya gak pakai timbangan ya :-). Ilmuwan mengukurnya dengan mengggunakan skala matematika dan gravitasi.

(CLT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Apakah Galaksi Juga Bergerak ?

Galaksi Bima Sakti (Milky Way). Image credit: UT

Pertanyaan:
Apakah galaksi juga bergerak (berotasi dan berevolusi) seperti halnya planet dan bintang ?

Jawaban:
Galaksi juga bergerak seperti halnya planet dan bintang. Galaksi juga berputar. Obyek yang berada di dekat pusat galaksi berputar lebih cepat mengelilingi pusat galaksi dari pada yang berada lebih jauh dari pusat galaksi. Biasanya sebuah galaksi juga merupakan bagian dari sebuah gugus / kluster galaksi sehingga galaksi juga berputar mengelilingi pusat dari galaksi kluster tersebut.

(CLT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Kekuatan Dahsyat yang Tak Kasat Mata

Citra sinar X yang diambil oleh teleskop XMM-Newton. Image credit: ESA
Saat kita memandang langit khususnya di malam hari, apa yang kita lihat?? kemungkinan yang bisa kita lihat hanyalah bulan, planet lain dan bintang-bintang saja. Tapi sebenarnya ada kekuatan super dahsyat yang tidak bisa kita lihat dengan mata kita yakni kekuatan alam semesta yang dipancarkan melalui gelombang sinar X. Dengan menggunakan teleskop luar angkasa ESA XMM-Newton, kita bisa melihat dahsyatnya spektrum energi alam semesta melalui pendaran sinar X yang tidak kasat mata.

Gambar di atas merupakan foto citra spektrum sinar X yang diambil oleh teleskop XMM-Newton dan terlihat bahwa banyaknya titik-titik kecil putih yang berarti itu adalah lubang hitam supermasif yang sedang aktif melahap apapun yang ada disekitarnya. Aktifitas itu memancarkan sinar X yang sangat kuat sehingga bisa diterima teleksop. Pada obyek yang lebih besar berwarna merah merupakan sinar X yang berasal dari gugusan galaksi atau cluster galaksi yang terdiri dari ribuan galaksi di dalamnya. Galaksi-galaksi di dalam cluster ini melepaskan sinar X sebagai hasil dari proses difusi mereka.

Kuat tidaknya sinar X yang diterima bergantung pada jarak dan kekuatan dari pancaran sinar X yang dihasilkan oleh obyek dan rata-rata obyek di atas berjarak jutaan tahun cahaya dari Bumi. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Gugus Bintang HVGC-1 Dilempar ke Luar Oleh Galaksinya Sendiri

Ilustrasi cluster bintang HVGC-1. Image credit: NASA
Kita pernah mendengar ada planet dilempar keluar oleh galaksinya, M87 dan mengembara menjadi planet yang kesepian. Tapi baru-baru ini astronom menemukan hal yang sama sekali berbeda yakni ada cluster / gugus bintang yang dilepar keluar oleh galaksinya sendiri. Saking cepatnya lemparan, kecepatannya mencapai lebih dari 2 juta mil per jam. Cluster bintang ini diberi nama HVGC-1 yang merupakan singkatan dari hypervelocity globular cluster yang saat ini nasibnya sedang "merana" karena terlempat keluar galaksi dan berjalan melintasi ruang kossong antar galaksi / intergalaksi. Dinamakan globular cluster atau gugus bola karena memang bentuknya berkumpul seperti bola dan bentuk speerti ini biasanya tercipta saat usia alam semesta masih relatif muda. Galaksi Bima Sakti sendiri memiliki lebih kurang 150 globular cluster sedangkan galaksi M87 punya ribuan globular cluster.

Foto cluster bintang HVGC-1 yang diambil oleh Canada-France-Hawaii Telescope. Image credit: CFHT

Foto galaksi elips M87 yang diambil oleh teleskop Hubble. Image credit: NASA

Boleh dibilang beruntung astronom bisa menemukan HVGC-1 karena kecepatan geraknya yang sangat tinggi dan banyaknya gugus bola yang ada di M87. Astronom menggunakan intrumen Hectospec di teleskop MMT Arizona untuk meneliti ratusan gugus bola secara detail. Bagaimana HVGC-1 bisa dilempar keluar oleh galaksinya? menurut astronom galaksi M87 memiliki lubang hitam supermasih ditengahnya dan gugus bola HVGC-1 ini berada terlalu dekat dengan lubang hitam tersebut. Banyak bintang dari HVGC-1 yang tersedot masuk, tapi bintang inti dari HVGC-1 dapat bertahan dan akibatnya dua lubang hitam itu kemudian memungsikan dirinya seperti ketapel dan melemparkan jauh-jauh HVGC-1 dengan kecepatan yang luar biasa. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, February 4, 2014

Bisakah Kita Mendengar Suara di Planet Lain ?

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixXeKP6fSiwF-IzK4QGaE_HWw5uhQZlVBd_ggALY9ZZxQHZvJhzD_akqICV6bnxCYRYXTa-g35x3hRoniasdWj11bwmjyr6wTInj7zDiUdLKrpTb3ZPqzDUKThRrjz_4H-kWdmJ0IoCW8/s1600/foto+daratan+laut+dan+danau+Titan.jpg
Titan, bulan Planet Saturnus yang memiliki kandungan oksigen. Image credit: NASA

Pertanyaan:
Bisakah Kita Mendengar Suara di Planet Lain ??

Jawaban:
Kita bisa mendengar suara di planet lain seperti Venus, Mars, bahkan di bulan Saturnus seperti Titan atau di obyek luar angkasa lainnya yang memiliki atmosfer, sebab pada dasarnya setiap materi dapat menjadi penghantar gelombang suara. Namun suara yang kita dengar di Venus atau Mars tidak akan sama dengan suara yang kita dengar sehari-hari di Bumi sebab kepadatan, struktur, dan unsur penyusun dari atmosfer planet tersebut juga berbeda-beda. Suara kita mungkin akan terdengar seperti saat kita mendengar suara di dalam air. Untuk mendengar seperti apa suara kita jika kita berada di Venus dan Mars, silahkan download simulasinya di bawah ini.
(Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Monday, February 3, 2014

Kehidupan Sudah Mulai Ada Sejak 15 Juta Tahun Setelah Big Bang

Ilustrasi planet Kepler-62f yang berada pada zonak layak huni. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/Ames/JPL-Caltech
Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa awal mula kehidupan sudah muncul hanya selang 15 juta tahun setelah Big Bang. Astrobiologis menemukan petunjuk bahwa selain pada zona Goldilock (zona layak huni), eksoplanet (planet di luar tata surya) juga bisa mendukung kehidupan pada masa lalu saat alam semesta masih dihangatkan oleh sisa radiasi Big Bang, hal itu diungkapkan oleh astrofisikawan Harvard, Abraham Loeb. Sebagai perbandingan, kehidupan di Bumi sudah ada sejak 3,8 miliar tahun yang lalu saat umur Bumi baru 700 juta tahun.

Sesaat setela ledakan Big Bang, alam semesta menjadi tempat yang panas yang dipenuhi dengan plasma dan gas super panas yang secara bertahap mendingin. Berdasarkan data yang didapat teleskop Planck, sisa radiasi plasma yang disebut CMB (Cosmic Microwave Background) terdeteksi 389.000 tahun setelah Big Bang. Suhu alam semesta terus mendingin seiring dengan bertambah luasnya alam semesta.

Bintang-bintang yang terbentuk sesaat setelah Big Bang umumnya hanya terdiri dari unsur-unsur ringan seperti hidrogen dan helium saja. Sedangkan apakah beberapa saat setelah Big Bang ada planet berbatu yang terbentuk hal itu masih belum diketahui. Tapi Abraham Loeb mengatakan bahwa materi padat yang ada di awal alam semesta terbentuk bisa membentuk planet. Begitu pula dengan bintang berumur pendek yang gagal menjadi supernova, itu bisa membentuk planet juga. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Sunday, February 2, 2014

Misteri Galaksi Raksasa di Awal Alam Semesta Akhirnya Terungkap

Perbandingan galaksi Bima Sakti saat ini dengan galaksi Ultracompact pada awal usia alam semesta.Walaupun  galaksi Ultracompact terlihat sangat kecil, namun memiliki kepadatan bintang 10 kali lebih tinggi dari galaksi Bima Sakti. Image credit: NASA, European Space Agency, and S. Toft og A. Feild

Telah lama menjadi pertanyaan para ilmuwan, bagaimana bisa di awal alam semesta terbentuk setelah Big Bang bisa muncul galaksi raksasa dengan ukuran yang sangat besar dan berisi miliaran bintang. Penelitian yang dilakukan di Niels Bohr Institute nampaknya mulai menemukan jawaban dari misteri itu.

Rata-rata sebuah galaksi raksasa seperti Bima Sakti membutuhkan waktu bermiliar-miliar tahun untuk tumbuh dan berkembang menjadi seperti sekarang ini. Namun anehnya ilmuwan menemukan galaksi raksasa yang muncul hanya 3 miliar tahun setelah dentuman Big Bang. Setelah dilakukan penelitian, ilmuwan mengatakan bahwa galaksi-galaksi tua raksasa itu mampu tumbuh begitu besar di awal usia alam semesta sebagai akibat dari penggabungan dengan galaksi-galaksi "tetangga" di sekitarnya sehingga menjadi lebih besar, ketika mereka bergabung lagi dengan galaksi lain, maka ukurannya menjadi lebih besar lagi. "Itulah mengapa sangat mengejutkan bahwa di awal usia alam semesta kita menemukan galaksi spiral dan galaksi elips yang besar. Yang mengejutkan lagi saat galaksi-galaksi itu masih berukuran kecil, mereka sudah memiliki begitu banyak bintang sehingga  tingkat kepadatan bintang di dalamnya sangat tinggi mencapai 10 kali lipat," ungkap Sune Toft, ilmuwan dari Niels Bohr Institute.
Perkembangan galaksi elips dari masa ke masa. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA, European Space Agency, and S. Toft og A. Feild

Galaksi elips berbeda dengan galaksi spiral. Pada galaksi spiral, pergerakan bintang dan gas berputar di sekitar pusat galaksi. Sedangkan pada galaksi elips, pergerakan bintang tidak menentu. Rata-rata galaksi raksasa di awal usia alam semesta merupakan galaksi yang "boros" bahan bakar. Galaksi tersebut memiliki tingkat kelahiran bintang yang tinggi sehingga bahan untuk pembentukkan bintang juga cepat habis. Galaksi yang memiliki kandungan gas yang banyak, setelah bergabung dengan galaksi lain gas tersbeut akan terdorong ke tengah dekat pusat galaksi kemudian dengan cepat terbentuk bintang-bintang baru sehingga begitu "boros". Setelah bahan pembentuk bintang seperti gas habis, maka galaksi itu berhenti membentuk bintang dan yang tersisa hanyalah bintang-bintang tua dan lama kelamaan galaksi itu akan mati.

Penemuan ini sangat membantu para astronom untuk lebih mendalami evolusi galaksi di awal alam semesta. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto