Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Saturday, January 25, 2014

Foto-foto Robot Penjelajah Bulan Milik China, Yutu dan Lunar Lander Chang'e-3 di Bulan

Setelah pendaratan sukses robot penjelalah China, Yutu di Bulan pada 14 Desember 2013 lalu, Chinese Academy of Science merilis foto-foto Yutu dan wahana lunar lander Chang'e-3 di Bulan. Foto-foto tersebut sangat bersih dan jelas sehingga sangat menakjubkan.

Foto-foto ini diambil dari kamera Yutu dan Chang'e-3 diantaranya adalah foto menjelang dan saat pendaratan Chang'e-3 dan berjalannya Yutu di lokasi yang disebut dengan Mare Imbrium. Tampak hamparan tanah dan batu Bulan yang berwarna abu-abu dan coklat dengan langit gelap gulita.

Kesuksesan China mendaratkan wahana penjelajahnya ke Bulan menjadikan negara tersebut sebagai negara ke-3 yang berhasil mendaratkan wahana di obyek dekat Bumi setelah Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Berikut ini foto-fotonya (klik gambar untuk memperbesar):

Foto panorama di Mare Imbrium yang memperlihatkan wahana Chang'e-3 dan Yutu serta panorama pemandangan Bulan.
Foto panorama Bulan yang diambil oleh kamera yang terpasang pada Chang'e-3 memperlihatkan Lunar Rover Yutu.
Foto Yutu diambil dari kamera Chang'e-3.
Sekilas Yutu mirip dengan wahana Opportunity NASA yang bertugas di Mars.
Menjelang pendaratan Chang'e-3 di Mare Imbrium.
Ini dia Chang'e-3, wahana pendarat Yutu. Foto diambil oleh kamera Yutu.
Sisi lain dari Chang'e-3 Lunar Lander.
Adanya bendera China di Chang'e-3 membuktikan bahwa teknologi mereka juga sanggup seperti Amerika.
Kendaraan kecil penjelajah Bulan ini melakukan manuver pertamanya di Bulan.
Foto Bumi dari Bulan yang diambil oleh kamera panorama pada Chang'e- Moon Lander. Foto pertama Bumi dari Bulan setelah 40 tahun lebih berlalu sejak pendaratan astronot NASA terakhir pada tahun 1972.

Note: All image credit: Chinese Academy of Sciences

(UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Teleskop Herschel Deteksi Uap Air Keluar dari Ceres

Ilustrasi Ceres mengorbit Matahari dan mengeluarkan uap air. Image credit: smh.com.au
Teleskop Herschel  memberikan penemuan yang berharga bagi para astronom. Teleskop Herschel berhasil mendeteksi uap air di Ceres, sebuah planet kerdil yang berada di sabuk utama asteroid antara Mars dan Jupiter. Ukuran Ceres lebih besar dari asteroid dan lebih kecil dari planet sehingga disebut dengan planet kerdil.

"Ini adalah pertama kalinya uap air terdeteksi di Ceres maupun di sabuk asteroid secara umum dan sekaligus membuktikan bahwa Ceres memiliki permukaan berupa lapisan es," ungkap Michael Kuppers dari ESA (European Space Agency).

Para ilmuwan percaya bahwa lapisan es tebal di bagian dalam Ceres jika mencair maka jumlahnya akan melebihi umlah air tawar yang ada di Bumi kita ini. Ketika Orbit Ceres berada lebih dekat dengan Matahari, maka suasana di planet kerdil itu menjadi lebih hangat menyebabkan uap air muncul dan terdeteksi oleh teleskop Herschel. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, January 24, 2014

Lubang Hitam Ultramasif Cegah Pembentukan Bintang di Cluster Galaksi RX J1532

Foto gas panas (berwarna ungu) di cluster galaksi RX J1532.9+3021 (RX J1532) dengan lubang hitam supermasif dengan massa seribu triliun kali lipat massa Matahari kita. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: X-ray: NASA/CXC/Stanford/J.Hlavacek-Larrondo et al, Optical: NASA/ESA/STScI/M.Postman & CLASH team
Para astronom dengan menggunakan teleskop Chandra berhasil mengungkap rahasia kekuatan salah satu lubang hitam yang dikenal sebagai lubang hitam dengan kekuatan super besar. Lubang hitam itu mampu menciptakan struktur yang bergitu besar didaerah yang dikelilingi oleh gas panas sehingga mencegah terbentuknya bintang dilingkungan ekstrim tersebut.

Lubang hitam tersebut berada dalam sebuah gugus galaksi bernama RX J1532.9+3021 (RX J1532) yang jaraknya 3,9 miliar tahun cahaya dari Bumi. Foto di atas adalah foto komposit yang dioleah dari data sinar X yang diperoleh teleskop Chandra. Dari foto tersebut tampak gas panas berwarna ungu di sekitar cluster galaksi yang berwarna kuning. Saking masifnya kekuatan dari lubang ini sehingga setara dengan satu kuadriliun atau seribu triliun kali lipat kekuatan Matahari kita, sangat..sangat..sangat luar biasa.

Jumlah gas panas yang luar biasa besar di pusat cluster galaksi menyimpan teka-teki. Gas panas memancarkan sinar X yang dingin sehingga kepadatan gas di pusat galaksi harusnya mendingin dengan cepat. Tekanan gas yang mendingin kemudian akan masuk lebih dalam ke dalam galaksi sehingga akan membentuk miliaran bintang. Tapi anehnya tidak ditemukan satu bukti pun adanya bintang yang terbentuk. Sangat aneh sekali.

Penemuan ini sangat mengejutkan. Mengapa bintang tidak terbentuk padahal bahan baku pembentukan bintang begitu melimpah di sana?? Citra dari teleskop Chandra dan NSF's Karl G. Jansky VLA (Very Large Array) memberikan petunjuk jawaban atas teka-teki ini. Foto Sinar X yang diperoleh memperlihatkan adanya dua rongga besar di dalam gas panas pada sisi lain pusat galaksi. Lubang hitam supermasih terletak diantara kedua rongga dan menciptakan pancaran jet supersonik yang menembus gas panas dan mendorongnya ke samping (ke luar). Rongga itu kemudian meluas dan melepaskan energi yang menimbulkan panas yang mencegah gas untuk mendingin. Dan itulah yang menyebabkan bintang tidak terbentuk.

Untuk menghasilkan jet supersonik yang sangat dahsyat, lubang hitam haruslah mengkonsumsi banyak massa. Tapi ternyata lubang hitam yang satu ini lebih efisien. Lubang hitam ini mampu menghasilkan energi super besar dengan konsumsi bahan yang sedikit. Hal itu terungkap setelah tidak ditemukannya emisi sinar X sebagai hasil dari materi yang "dimakan" lubang hitam. Bagaiamana cara lubang hitam itu menghasilkan energi besar dari konsumsi materi yang sedikit?? Lubang hitam dengan massa 10 miliar kali Matahari kita jika berputar dengan sangat cepat maka akan menghasilkan jet yang lebih besar dari lubang hitam yang berputar perlahan dengan konsumsi materi yang sama.

Selain ditemukan dua rongga tadi, ternyata ada pula satu rongga lain yang ternyata tidak selaras dengan jet lubang hitam. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Kehidupan Sempat Ada di Mars Selama Ratusan Juta Tahun Sebelum Akhirnya Lenyap

Formasi batuan yang terdapat di suatu daerah Mars yang diduga merupakan sebuah danau. Struktur permukaan yang pecah terbuka pada batu memperkuat bukti pernah adanya air yang sedikit demi sedikit memahat batu itu menjadi seperti di atas. Batu tersebut tahan terhdap erosi yang diakibatkan oleh angin sehingga bentuknya tidak berubah. Klik gambar untuk mmperbesar. Image cerdit: Science/AAAS
Berdasarkan penelitian terbaru yang dilakukan para ilmuwan, mereka menyimpulkan bahwa Planet Mars dahulu pernah mampu menunjang kehidupan selama beberapa ratus juta tahun sebelum akhirnya lenyap seperti saat ini. Hal itu didapat dari wahana Opportunity yang telah menjelajah Mars selama lebih dari 10 tahun. Opportunity menemukan bukti bahwa air dengan tingkat keasaman netral pernah mengalir di planet tersebut 4 miliar tahun yang lalu. Bukti ini diperkuat dengan temuan Curiosity yang dipublikasikan pada 23 Januari 2014 yang menemukan sebuah tempat yang dulu adalah sebuah danau dan sistem air tanah yang pada waktu itu sangat berpotensi untuk adanya kehidupan sekitar 3,7 miliar tahun lalu.

"Air di danau itu pernah ada dalam jangka waktu yang lama," ungkap Ray Arvidson selaku principal investogator Opportunity. Lanjut ia mengatakan bahwa organisme primitif telah mampu bertahan hidup di Mars dalam jangka waktu yang lama, hampir mirip saat kehidupan di Bumi berawal.

Tidak lama setelah Opportunity mendarat di Mars, wahana MRO (Mars Reconnaissance Orbiter) NASA mendapati sebuah citra mineral lempung yang akaya akan aluminium di sekitar daerah yang dikenal sebagai Matijevic Hill. Dari situ kemudian Opportunity diarahkan untuk menuju ke lokasi tersebut. Setelah sampai di sana Opportunity mendapati fakta bahwa batuan yang ada di sana merupakan batuan yang sangat kuno yang usianya sekitar 4 miliar tahun. Batuan tersebut memiliki banyak formasi retakan yang menjadi bukti bahwa air berwujud cair pernah mengalir dalam waktu lama di tempat itu. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Pakaian Astronot ini Mampu Lindungi Astronot dari Efek Gravitasi Mikro Luar Angkasa

Uji coba skinsuit di fasilitas laboratorium gaya berat mikro. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA, Waldie
Efek gravitasi mikro di luar angkasa ternyata berakibat pada kesehatan para astronot khususnya pada tulangnya. Gaya gravitasi mikro menyebabkan tulang astronot menjadi memanjang dan menimbulkan rasa sakit yang amat sangat. Rasa sakit yang dirasakan umumnya terjadi di daerah punggung. Itu mereka rasakan saat mereka kembali ke Bumi dan bekerja seperti biasa. Untuk itulah Lembaga Antariksa Eropa (ESA) mendesain sebuah pakaian khusus yang bisa melindungi tubuh astronot dari pengaruh gaya berat mikro luar angkasa. Pakaian atau skinsuit ini sangat ketat sehingga seolah-olah meremas dan menekan tubuh manusia namun tetap nyaman dipakai.

Skinsuit yang dirancang ESA telah diuji coba dalam laboratorium simulasi gaya berat mikro oleh beberapa astronot dan hasilnya mereka cukup puas dengan performa skinsuit ini. Simon Evetts dari ESA selaku pimpinan riset skinsuit ini menyatakan bahwa mendesain pakaian seperti itu sangat menantang, ia mengungkapkan bahwa pakain tersebut harus benar-benar pas ukurannya sehingga dapat diperoleh manfaat yang dikehendaki dan tentunya harus nyaman dipakai.

Setelah melalui lab grabitasi mikro kemudian ilmuwan dengan menggunakan berbagai instrumen mengukur sejauh mana efek gravitasi mikro mempengaruhi tubuh astronot setelah memakai skinsuit. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA, Waldie
Skinsuit ini tampak biasa dari luar tapi memiliki teknologi canggih di dalamnya. Skinsuit ini dilengkapi dengan berbagai sensor untuk mendeteksi adanya perubahan pada tubuh astronot. Skinsuit ini sendiri terbuat dari bahan spandex dan rencananya akan digunakan pada misi penerbangan astronot ke ISS pada tahun 2015. Sebagai tambahan informasi, biasanya astronot bertugas di ISS sekitar enam bulan bahkan lebih, dan dengan adanya pakaian ini tubuh mereka akan terlindungi.(SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, January 21, 2014

Wahana Opportunity Temukan Batu Misterius di Mars

Pada foto sebelah kiri dihari ke 3528, batu jelly doughnut belum ada, tapi selang beberapa hari yakni hari ke 3540, muncullah batu tersebut. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech
Setelah lama menjelajahi permukaan planet Mars selama lebih kurang sepuluh tahun sejak mendarat Januari 2004, wahana Opportunity banyak memberikan penemuan yang mengejutkan kita semua. Salah satunya adalah misteri sebuah batu yang sangat aneh dan sampai saat ini ilmuwan belum mengetahui dari mana batu ini berasal. Karena setelah dilihat dengan seksama, batu itu tampaknya berbeda dari batu yang ada di sekelilingnya. Batu itu seperti tanah liat yang baru terbentuk. Pertanyaannya mungkinkah saat ini di Mars memungkinkan untuk terbentuknya tanah liat seperti itu?? Menurut para ilmuwan tanah liat hanya bisa terbentuk puluhan atau bahkan ratusan juta tahun yang lalu saat planet tersebut masih dalam keadaan "basah" yang memiliki tingkat keasaman netral.  Batu aneh ini disebut oleh ilmuwan sebagai jelly doughnut yang berarti Donat Jelly.

Pada foto sebelumnya di hari ke 3528 batu tersebut belum ada, namun anehnya pada foto yang diambil hari 3540, batu itu tiba-tiba muncul dan menampakkan diri. Lalu dari manakah sebenarnya batu itu berasal ???

Ilmuwan Steve Squyres dari Cornell University yang mewakiliki NASA memberikan dua jawaban. Bisa jadi akibat manuver dari wahana Opportinity atau bisa juga merupakan material yang keluar sebagai akibat dari tumbukan meteorit atau proses dari dalam Mars sendiri. Namun untuk kepastiannya, mereka akan menelitinya lebih lanjut. "Mars bukanlah tempat yang statis (tetap) tapi ada proses yang berjalan di dalamnya", ungkap Squyres. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, November 9, 2013

Roket Masa Depan NASA Diuji di Terowongan Angin

Roket SLS NASA diuji di terowongan angin. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Dalam membuat suatu model kendaraan seperti roket, ilmuwan tidak harus melakukan pengujian dengan menerbangkan roket sungguhan ke langit tapi cukup dengan mensimulasikan penerbangannya di dalam terowongan angin. Hal itu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh angin terhadap model roket yang dibuat. Itulah yang dilakukan oleh NASA di NASA's Ames Research Center di Moffett Field, California dengan menguji desain roket masa depan mereka, SLS (Space Launch System).

Roket SLS sangatlah penting bagi NASA sebab roket itu adalah generasi penerus dari pesawat ulang alik yang mereka pensiunkan beberapa waktu lalu. Roket SLS diklaim memiliki kemampuan tinggi dengan biaya yang sangat murah dan hemat. Biaya yang hemat ini selanjutnya dapat digunakan untuk membiayai misi-misi NASA yang lain. Kemampuan SLS dengan kapsul Orion sebagai modulnya, dinilai mampu untuk membawa astronot menuju asteroid dan planet Mars dan misi-misi jauh lainnya.

tes diterowongan angin akan membuat para insiyur NASA mengetahui bagaimana pengaruh angin terhadap roket, seberapa besar model tersebut memiliki aerodinamika yang baik, seberapa besar getaran yang diterima roket dan batas toleransi yang bisa diterima dan sebagainya. Sebab bila roket mengalami getaran hebat maka akan sangat membahayakan. "Tes aeroakustik akan diselesaikan di NASA's Ames Research Center untuk meneliti ketidakstabilan aerodinamika," ungkap John Blevins selaku pemimpin departemen Aerodinamika dan akustik di NASA's Marshall Space Flight Center, Alabama.

Setidaknya ada empat variasi model kargo dan misi berawak dicoba dalam terowongan angin termasuk dengan mensimulasikan roket membawa kargo seberat 77 ton. Getaran yang muncul dari uji coba akan dianalisa. "karena getaran sangat terlokalisasi, maka ia dapat mempengaruhi bagaimana hardware pada roket dapat bekerja, ucap Andy Herron analis aeroakustik NASA. "Tugas kami adalah merancang sesuatu seperti kotak avionik. Kita akan menentukan bagimana perangkat keras atau hardware ditempatkan pada kendaraan agar tetap berfungsi dengan baik," tambah Andy.

Tes yang dilakukan daam terowongan angin sangat ekstrem. Roket SLS diuji dengan angin berkecepatan hingga 850 meter per detik. Harapannya calon roket terbesar di dunia itu bisa terbang dengan baik pada 2021 nanti. (ST, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, November 6, 2013

India Sukses Luncurkan Wahana Pengorbit ke Mars (Video)

Tanggal 5 September 2013 kemarin India sukses meluncurkan wahana Mars Orbiter ke planet Mars. Wahana India's Mars Orbiter itu diluncurkan dari Satish Dhawan Space Center di Sriharikota, India. Berikut ini Videonya
Info lebih lengkap silahkan klik di sini (Adi Saputro/ www.astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto