Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Wednesday, April 24, 2013

Perbedaan Foto RAW, Natural dan White Balanced yang Dikeluarkan NASA

Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Foto di atas merupakan foto yang sama namun dengan 3 versi yang berbeda dari pemandangan di sekitar gunung Aeolis Mons/ Mount Sharp di Mars. Foto tersebut diambil dengan menggunakan kamera Mast Cam yang berada pada Curiosity. Foto paling kiri merupakan foto Raw yakni foto mentah yang diterima NASA dari Curiosity secara langsung dan belum mengalami proses editing dan kalibrasi. Foto di tengah merupakan foto Natural yakni foto Curiosity yang sudah diproses dengan komputer untuk menggambarkan warna natural yaitu warna yang diprediksi akan sama jika kita melihatnya dengan mata kepala secara langsung di Mars. Foto sebelah kanan merupakan foto hasil proses white balancing untuk menunjukkan bagaiamana Mars jika menerima jumlah cahaya yang sama dengan Bumi. Foto di atas diambil Curiosity pada 23 Agustus 2012. (NS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Peneliti Universitas Washington Temukan Planet Mirip Bumi Terkecil di Sistem Kepler

Perbandingan ukuran planet-planet di sistem Kepler 62 dengan bintangnya. Image credit: Eric Agol, University of Washington. 
Penelitian yang dilakukan oleh universitas Washington yang didanai oleh National Science Foundation (NSF) berhasil menemukan planet kerdil mirip Bumi yang mengorbit sebuah bintang yang berada pada zona layak huni. Eric Agol selaku profesor di universitas Washington telah mengidentifikasi planet Kepler 62F, planet kecil berbatu yang kemungkinan besar mengorbit bintang mirip Matahari kita di konstelasi Lyra. Besar planet ini sekitar 1,4 kali ukuran Bumi dan menerima panas Matahari selama 267 hari (hari di Bumi). Atas penemuannya tersebut Profesor Agol mendapatkan penghargaan dari NSF.

Planet yang ditemukan tadi merupakan satu dari dua Super Earth yang ditemukan di zona layak huni Kepler 62 dan hal ini menunjukkan bahwa pada jarak yang tepat dari bintang, memungkinkan adanya air berwujud cair dipermukaan planet tersebut.

Walaupun berada pada zona layak huni, tampaknya planet Kepler 62 tersebut masih terlalu panas untuk dapat dihuni makhluk hidup di Bumi. Berada di dekat planet Kepler 62 adalah planet Kepler 62E yang besarnya 1,6 kali ukuran Bumi yang mengorbit bintangnya dalam waktu 122,4 hari. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, February 16, 2013

Ahli NASA, Meteor Rusia Tidak Berhubungan dengan Asteroid 2012 DA14

Meteor yang jatuh kemarin pagi di Rusia. Image credit: universetoday.com
Meteor yang jatuh dan menghantam kota Chelyabinsk dan Sverdlovsk di Rusia kemarin menurut para astronom bukan disebabkan oleh melintasnya asteroid 2012 DA14 yang berarti asteroid tersebut tidak ada hubungannya sama sekali dengan meteor jatuh di Rusia tersebut.

Menurut ahli meteor NASA Don Yeomans, asteroid 2012 DA14 melintasi Bumi pada jarak yang masih aman sekitar 27.000 km dari Bumi dan bergerak dari Selatan ke Utara sedangkan meteor yang jatuh di Rusa tidak bergerak dari Selatan ke Utara. Selain itu adanya jeda waktu yang lama antara  melintasnya asteroid tersebut dengan kedatangan meteorit di Rusia juga cukup lama sehingga disimpulkan bahwa meteorit yang jatuh di Rusia tidak ada hubungannya dengan asteroid 2012 DA14. Sebelumnya sempat terdengar kabar bahwa meteorit tersebut merupakan serpihan dari asteroid 2012 DA14 atau bahkan dikaitkan dengan serangan ufo dan alien,maka hal itu tidak benar.

Perlu diketahui bahwa asteroid 2012 DA14 memiliki ukuran lebar 45 meter dan itu sekitar setengah dari lapangan sepak bola dan akan melintas dengan jarak terdekta dengan Bumi pada jarak 8.046 km di atas wilayah Indonesia sekitar pukul 02.30 WIB pagi.

Astronom sendiri telah mengamati asteroid ini sejak ditemukan pada bulan Februari 2012 dan menurut NASA baik dimasa kini maupun masa depan asteroid ini tidak akan menimbulkan ancaman bagi Bumi. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Astronom Temukan Cara Baru Deteksi Kehidupan di Planet Lain

VLT (Very Large Telescope) di Chile. Image credit: hd.org
Sebuah tim yang terdiri dari beberapa astronom Belanda mengungkapkan bahwa dengan teleskop baru yang mereka gunakan, mereka dapat mengetahui dan mendeteksi tanda-tanda kehidupan lain di luar Bumi pada planet yang mengorbit bintang lain selain Matahari kita. Walaupun bintang selain Bumi yang terdekat dengan kita memiliki jarak yang juga sangat jauh, namun tanda-tanda itu bisa dideteksi dari aktivitas biologis berupa gas yang berada di atmosfer planet yang bersangkutan. Zat atau gas tersebut disebut dengan gas Biomarker.

Ide ini awalnya sudah ada sejak tahun 1960-an dan saat ini untuk pengamatannya digabungkan dengan teleskop flux berbiaya rendah yang berbasis di Bumi untuk mengukur oksigen pada atmosfer eksoplanet. Studi tentang hal ini akan diterbitkan dalam jurnal astrofisika pada 20 Februari mendatang.

Pada Bumi, aktivitas Bumi dari luar atmosfer bisa dideteksi dengan menganalisa atmosfer Bumi yang seperlimanya terdiri dari molekul oksigen yang hanya muncul sebagai hasil dari aktivitas biologis seperti fotosintesis tumbuhan. Dengan begitu hal seperti ini juga bisa dterapkan pada planet lain nan jauh di sana.

Hal ini tentunya sangat menantang sekali dan untuk pengukuran yang lebih maksimal diperlukan teleskop canggih space based (teleskop berbasis di luar angkasa) sebab lapisan ozon atau lapisan oksigen Bumi akan menghambat dan mengganggu proses pengukuran secara akurat. Namun hal tersebut kembali terhambat dengan kebutuhan dana yang sangat besar.

Tim astronom Belanda yang meluncurkan konsep baru tersebut mengungkapkan bahwa untuk melakukan pengukuran dan identifikasi tidak perlu harus pergi ke luar angkasa. Caranya yaitu dengan memisahkan molekul oksigen dari sebuah planet ekstrasurya dengan molekul oksigen Bumi kita sendiri untuk kemudian diukur dengan tepat panjang gelombangnya dan seberapa besar penyerapannya. Hal itu diungkapkan oleh Ignas Snellen selaku penulis utama studi tersebut.

Dengan cara ini teleskop tidak harus berada di luar angkasa dan lebih menghemat biaya. Metode ini sudah diuji coba menggunakan teleskop Very Large Telescope (VLT) di Chile pada sebuah eksoplanet seukuran Jupiter yang mengorbit sebuah bintang dan ditemukan karbon monoksida pada atmosfernya. Dibutuhkan teleksop yang lebih besar untuk mendeteksi tanda-tanda kehidupan di suatu planet yang lebih jauh dan kemungkinan hal itu dapat dilakukan dengan akan dibangunnya E-ELT atau European Extremely Large Telescope yang akan 25 kali lebih baik hasilnya daripada VLT. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, February 15, 2013

Foto dan Video Meteor 10 Ton Hantam Kota di Rusia

Meteor terlihat dilangit Rusia sebelum menghantam kota di negara tersebut. Image credit: universetoday.com
Dilaporkan oleh kantor berita Reuter bahwa beberapa meteor besar melintas dan jatuh di Chelyabinsk dan Sverdlovsk, Rusia. Salah satu pejabat dari RIA Novosti mengatakan bahwa diperkirakan ini adalah bagian dari hujan meteor dan The Russian Academy of Science memperkirakan bahwa sebuah meteor tunggal dengan berat 10 ton masuk ke atmosfer Bumi dengan kecepatan 54.000 km/jam dan pecah pada ketinggian 30-50 km di atas permukaan Bumi. Chelyabinsk sendiri terletak sekitar 930 mil (1.500 km) di sebelah timur Moskow di pengunungan Ural Rusia.

Dilaporkan oleh RT.com bahwa meteorit jatuh di dekat sebuah pabrik seng dan menggangu jaringan internet dan layanan telekomunikasi. Diperkirakan 150 orang luka ringan akibat ledakan kejut dari dampak meteor tersebut. Berikut adalah beberapa video detik-detik meteor yang jatuh di Rusia.




Wednesday, February 13, 2013

Penjelasan NASA Mengenai Penemuan "Gagang Pintu" di Mars

Tampak batu mengkilap di atas foto. Foto ini diambil pada 30 Januari 2013. Image credit: NASA/JPL/Malin Space Science Systems.
Setelah diperbesar obyek sangat mirip gagang pintu. Image credit: NASA/JPL/Malin Space Science Systems.

Seperti yang dilaporkan pada Minggu lalu bahwa robot Curiosity NASA mengabadikan sebuah objek di Mars yang menyerupai gagang pintu. Setelah melakukan beberapa pengamatan berikut ini penjelasan dari NASA.

Ronald Sletten dari tim MSL selaku pengembang Curiosity menjelaskan bahwa formasi yang menyerupai gagang pintu / pegangan pintu tersebut merupakan sebuah obyek yang terbentuk secara alami yang dibentuk oleh terpaan angin dan angin tersebut menyebabkan erosi pada permukaan batu. lalu yang menjadi pertanyaan selanjutnya, mengapa batu tersebut bisa mengkilap? Ia kembali menjelaskan bahwa batu tersebut memiliki butir halus yang relatif keras sehingga angin tersebut menerpa dan membentuknya seperti yang sekarang kita lihat kemudian menyebabkannya menjadi sangat halus dan mengkilap.

Fenomena seperti ini disebut dengan Ventifacted yaitu sebuah kondisi dimana debu dan pasir yang diterbangkan oleh angin menabrak sebuah obyek dan menyebabkannya terkikis dan terbentuk (terukir). Sletten mengatakan bahwa fenomena seperti itu juga sering terjadi di Bumi seperti di Antartika. (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, February 2, 2013

Astronom Temukan Teknik Baru untuk Ukur Massa Lubang Hitam Supermasif

Ilustrasi lubang hitam supermasif. Image credit: NASA/JPL-Caltech
Dalam jurnal Nature tim astronomi internasional termasuk di dalamnya terdapat astronom Marc Sarzi dari University of Hertfordshire melaporkan bahwa mereka berhasil menemukan cara dan teknik baru untuk mengukur massa dari lubang hitam supermasif pada sebuah galaksi.

Dengan mengukur kecepatan dari molekul karbon monoksida yang mengorbit disekitar lubang hitam tersebut peneliti mampu mengukur massa dari galaksi.

Lubang hitam (black hole) merupakan sebuah obyek yang begitu padat sehingga gravitasinya dapat mencegah apapun termasuk cahaya untuk melarikan diri darinya. Lubang hitam masih bisa memiliki massa jutaan hingga miliar kali massa Matahari kita dan rata-rata semua galaksi termasuk Bima Sakti memiliki lubang hitam supermasif ditengahnya. Hal itu menunjukkan adanya hubungan yang cukup erat antara evolusi lubang hitam dengan evolusi galaksi.

Marc Sarzi mengatakan bahwa "Ada hubungan menarik antara massa lubang hitam supermasih dengan massa galaksi inang mereka". Sampai sekarang hanya ada 3 metode untuk menentukan massa lubang hitam supermasif dan ini hanya bisa diterapkan pada galaksi dengan jarak yang relatif dekat. Namun dengan teknik baru yang dikembangkan, astronom dapat mengukur massa lubang hitam supermassif yang letaknya lebih jauh di alam semesta yang bisa membuktikan bahwa lubang hitam berperan dalam pembentukan galaksi.

Tim Davis yang merupakan salah satu penulis utama ESO berkomentar "Kami mengamati molekul karbon monoksida di galaksi kita (Bima Sakti) dan memantaunya dengan teleskop CARMA (Combined Array for Research in Millimeter-wave Astronomy).

"Dengan gambar super tajam, kami mampu mengamati pusat galaksi dan melihat gas berpijar disekitar lubang hitam. Gas ini bergerak dengan kecepatan yang ditentukan oleh massa lubang hitam dari jarak tertentu. Dengan mengukur kecepatan gas pada posisinya masing-masing, kita bisa mengukur massa lubang hitam," ungkap Tim Davis.

Teknik baru ini juga akan diterapkan pada teleskop Alma (Atacama Large Millimeter/submillimeter Array) di Chili untuk mengukur massa lubang hitam di ratusan galaksi lainnya di alam semesta. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Monday, January 28, 2013

Video Uji Coba Peluncuran Teleskop EBEX dengan Balon Udara

Teleskop EBEX (The "E and B mode EXperiment) seberat 3 ton akan diterbangkan dengan menggunakan balon udara sejauh 24 mil di atas permukaan Bumi pada Mei 2013 mendatang untuk menangkap dan mendeteksi foton yang dipancarkan ketika alam semesta berumur 380.000 tahun setelah ledakan Big Bang terjadi. Sebelum melakukannya, tim terlebih dahulu melakukan serangkaian tes dan uji coba. Berikut ini videonya:


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto