Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Wednesday, February 13, 2013

Penjelasan NASA Mengenai Penemuan "Gagang Pintu" di Mars

Tampak batu mengkilap di atas foto. Foto ini diambil pada 30 Januari 2013. Image credit: NASA/JPL/Malin Space Science Systems.
Setelah diperbesar obyek sangat mirip gagang pintu. Image credit: NASA/JPL/Malin Space Science Systems.

Seperti yang dilaporkan pada Minggu lalu bahwa robot Curiosity NASA mengabadikan sebuah objek di Mars yang menyerupai gagang pintu. Setelah melakukan beberapa pengamatan berikut ini penjelasan dari NASA.

Ronald Sletten dari tim MSL selaku pengembang Curiosity menjelaskan bahwa formasi yang menyerupai gagang pintu / pegangan pintu tersebut merupakan sebuah obyek yang terbentuk secara alami yang dibentuk oleh terpaan angin dan angin tersebut menyebabkan erosi pada permukaan batu. lalu yang menjadi pertanyaan selanjutnya, mengapa batu tersebut bisa mengkilap? Ia kembali menjelaskan bahwa batu tersebut memiliki butir halus yang relatif keras sehingga angin tersebut menerpa dan membentuknya seperti yang sekarang kita lihat kemudian menyebabkannya menjadi sangat halus dan mengkilap.

Fenomena seperti ini disebut dengan Ventifacted yaitu sebuah kondisi dimana debu dan pasir yang diterbangkan oleh angin menabrak sebuah obyek dan menyebabkannya terkikis dan terbentuk (terukir). Sletten mengatakan bahwa fenomena seperti itu juga sering terjadi di Bumi seperti di Antartika. (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, February 2, 2013

Astronom Temukan Teknik Baru untuk Ukur Massa Lubang Hitam Supermasif

Ilustrasi lubang hitam supermasif. Image credit: NASA/JPL-Caltech
Dalam jurnal Nature tim astronomi internasional termasuk di dalamnya terdapat astronom Marc Sarzi dari University of Hertfordshire melaporkan bahwa mereka berhasil menemukan cara dan teknik baru untuk mengukur massa dari lubang hitam supermasif pada sebuah galaksi.

Dengan mengukur kecepatan dari molekul karbon monoksida yang mengorbit disekitar lubang hitam tersebut peneliti mampu mengukur massa dari galaksi.

Lubang hitam (black hole) merupakan sebuah obyek yang begitu padat sehingga gravitasinya dapat mencegah apapun termasuk cahaya untuk melarikan diri darinya. Lubang hitam masih bisa memiliki massa jutaan hingga miliar kali massa Matahari kita dan rata-rata semua galaksi termasuk Bima Sakti memiliki lubang hitam supermasif ditengahnya. Hal itu menunjukkan adanya hubungan yang cukup erat antara evolusi lubang hitam dengan evolusi galaksi.

Marc Sarzi mengatakan bahwa "Ada hubungan menarik antara massa lubang hitam supermasih dengan massa galaksi inang mereka". Sampai sekarang hanya ada 3 metode untuk menentukan massa lubang hitam supermasif dan ini hanya bisa diterapkan pada galaksi dengan jarak yang relatif dekat. Namun dengan teknik baru yang dikembangkan, astronom dapat mengukur massa lubang hitam supermassif yang letaknya lebih jauh di alam semesta yang bisa membuktikan bahwa lubang hitam berperan dalam pembentukan galaksi.

Tim Davis yang merupakan salah satu penulis utama ESO berkomentar "Kami mengamati molekul karbon monoksida di galaksi kita (Bima Sakti) dan memantaunya dengan teleskop CARMA (Combined Array for Research in Millimeter-wave Astronomy).

"Dengan gambar super tajam, kami mampu mengamati pusat galaksi dan melihat gas berpijar disekitar lubang hitam. Gas ini bergerak dengan kecepatan yang ditentukan oleh massa lubang hitam dari jarak tertentu. Dengan mengukur kecepatan gas pada posisinya masing-masing, kita bisa mengukur massa lubang hitam," ungkap Tim Davis.

Teknik baru ini juga akan diterapkan pada teleskop Alma (Atacama Large Millimeter/submillimeter Array) di Chili untuk mengukur massa lubang hitam di ratusan galaksi lainnya di alam semesta. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Monday, January 28, 2013

Video Uji Coba Peluncuran Teleskop EBEX dengan Balon Udara

Teleskop EBEX (The "E and B mode EXperiment) seberat 3 ton akan diterbangkan dengan menggunakan balon udara sejauh 24 mil di atas permukaan Bumi pada Mei 2013 mendatang untuk menangkap dan mendeteksi foton yang dipancarkan ketika alam semesta berumur 380.000 tahun setelah ledakan Big Bang terjadi. Sebelum melakukannya, tim terlebih dahulu melakukan serangkaian tes dan uji coba. Berikut ini videonya:

Curiosity Ambil Foto Batuan Mars Pada Malam Hari

Ilmuwan NASA untuk pertama kalinya menggunakan kamera MAHLI (Mars Hand Lens Imager) Curiosity untuk memotret batuan Mars pada malam hari. Untuk membantu pencahayaan, tim menggunakan lampu LED (light-emitting diode)  yang tersemat di samping kamera tersebut.  Ada dua buah LED yang digunakan yaitu LED putih dan LED ultraviolet.

Target yang menjadi sasaran fotografi adalah sebuah batu yang disebut Sayunei. Tujuan dari penggunaannya yaitu untuk mencari dan menemukan mineral neon. Jika sesuatu tampak berwarna hijau, kuning, oranye atau merah, itu berarti merupakan indikator yang jelas dari fluoresensi (fluorescence) yaitu sebuah mineral yang dapat berpendar.

Berikut adalah hasil jepretan kamera MAHLI dengan menggunakan dua lampu LED yang berbeda di malam hari

Foto batuan Mars yang disebut Sayunei yang difoto pada malam hari oleh Curiosity. Tampak bagian putih yang terbuka sebagai akibat dari roda depan Curiosity yang menabrak batu tersebut. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech/MSSS

Foto batu yang sama yang difoto Curiosity dengan dibantu LED ultraviolet untuk menemukan kandungan mineral neon. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech/MSSS

(SD, NS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, January 25, 2013

Foto Planet Uranus yang Diambil Voyager 2 Pada 27 Tahun Lalu

Foto planet Uranus yang diambil oleh Voyager 2 pada 24 Januari 1986. Image credit: NASA/JPL
Pada 27 tahun lalu tepatnya 24 Januari 1986, wahana satelit Voyager 2 NASA berhasil melintasi planet Uranus dan sekaligus mengambil foto planet tersebut dari jarak yang relatif dekat sekitar 965.000 km (600.000 mil) dan hasilnya adalah foto planet Uranus di atas.

Meskipun Uranus terdiri dari sebagian besar Hidrogen dan Helium, namun metana di atmosfer paling atas planet tersebut menyerap sebagian besar gelombang cahaya merah Matahari sehingga menyebabkan planet Uranus nampak berwarna biru pucat.

Foto 3 bulan baru Uranus yang ditemukan oleh Voyager 2. Image credit: NASA/JPL

Foto Oberon, salah satu bulan/ satelit terbesar planet Uranus yang diambil Voyager 2 pada 24 Januari 1986. Image credit: NASA/JPL
Voyager 2 juga berhasil menemukan adanya medan magnet di sekitar Uranus dan 10 bulan (satelit) baru yang dimilikinya. Jadi total satelit Uranus mencapai 27 satelit dengan 5 satelit terbesarnya antara lain Miranda, Ariel, Umbriel, Titania, dan Oberon.

Data yang dikumpulkan dari Voyager 2 didapat keterangan bahwa planet Uranus menyelesaikan satu kali rotasi dalam waktu 17 jam 14 menit dan saat tulisan ini dbuat, Voyager 2 telah menempuh jarak sekitar 15 milyar km dari Bumi dan terus menjauh dengan kecepatan 3.3 AU per tahun (1 AU = jarak Matahari dan Bumi = 149.597.871 km) dan sinyal yang dikirim Voyager 2 baru akan sampai ke Bumi sekitar 14 jam 4 menit. (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Sunday, January 20, 2013

LQG, Struktur Terbesar di Alam Semesta

LQG tampak menyerupai rantai yang terbentuk dari lingkaran-lingkaran kecil berwarna hitam. Tanda plus merah menandakan posisi quasar yang lebih kecil di LQG. Image credit: R. G. Clowes / UCLan
Sebuah tim astronom internasional yang dipimpin oleh Dr Roger Clowes dari University of Central Lancashire menemukan apa yang disebut dengan struktur terbesar di alam semesta. Sebuah grup quasar/ kuasar besar (LQG) diketahui memiliki ukuran diameter sekitar 4 miliar tahun cahaya. Tim astronom tersebut menerbitkan hasil penelitian mereka di jurnal bulanan Royal Astronomical Society. Quasar sendiri merupakan inti galaksi yang memiliki tingkat kecerahan cahaya yang sangat tinggi yang disebabkan adanya gas disekitar lubang hitam yang masuk ke lubang hitam yang kemudian memanas dan berpijar dengan sangat terang dan cerah.

Sejak tahun 1982 Quasar diketahui berada dalam satu kelompok yang kemudian membentuk kelompok besar yang disebut LQG (Large Quasar Group). Tim astronom tersebut mengidentifikasi LQG sebagai kelompok quasar yang sangat besar dan menantang prinsip kosmologi karya Albert Einstein tentang asumsi bahwa alam semesta jika dilihat pada skala yang cukup besar akan terlihat sama tidak perduli dari mana kita mengamatinya. Namun prinsip ini belum diobservasi secara mendalam dan masih memiliki keraguan. Untuk memberikan gambaran skala, galaksi Bima Sakti (Milky Way) dengan galaksi Andromeda dipisahkan dengan jarak 0,75 Megaparsec (Mpc) atau 2,5 juta tahun cahaya dan cluster galaksi bisa berjarak 2-3 Mpc. Namun LQG bisa mencapai 200 Mpc dan struktur memanjangnya mencapai 1200 Mpc (4 miliar tahun cahaya) yang berarti jika kita melaju dengan kecepatan cahaya, maka kita membutuhkan waktu 4 miliar tahun cahaya untuk melintasinya dan itu berarti 1600 kali lebih besar daipada jarak Bima Sakti ke Andromeda.

Meskipun sangat sulit memahami struktur yang sangat besar ini, namun bisa dikatakan bahwa LQG ini merupakan struktur terbesar yang ada di jagat raya dan menantang prinsip-prinsip kosmologis yang telah banyak diterima pada era Albert Einstein. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, January 16, 2013

Curiosity Akan Mulai Bor Batuan Mars

Daerah John Klein dimana terdapat fitur geologis menarik dan bukti kuat adanya air di Mars. Foto di sebelah kanan merupakan perbesaran dari foto di sebelah kiri. Foto ini diambil oleh Curiosity. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Saat ini tim NASA sedang memersiapkan robot Curiosity untuk mengebor batu planet Mars dan hal itu merupakan yang pertama kalinya sejak robot Curiosity mendarat di Mars 5 Agustus lalu. Tim akan mengebor batuan yang terdapat di daerah bernama John Klein dimana pada tempat itu ditemukan bukti kuat bahwa pada masa lampau air pernah mengalir dan terkumpul di tempat itu. Nama John Klein sendiri diambil dari nama salah satu deputi proyek Curiosity yang meninggal pada tahun 2011 lalu. "Pada dasarnya batu-batu di sana telah dirubah oleh air,"  ungkap John Grotzinger ilmuwan dari Caltech di Pasadena.

Curiosity akan mengebor batu Mars tersebut sedalam 2,5 cm. Batu yang akan dibor adalah batu yang memiliki alur warna mineral mencolok seperti pada gambar di atas. Di Bumi fitur seperti itu terbentuk oleh air yang mengalir melalui celah patahan," kata Nicolas Mangold dari University of Nantes di Perancis yang merupakan salah satu tim pengembangan Chemcam Curiosity. Selain itu ada juga bagian yang terbuka yang disebut Shaler, membuktikan adanya aliran sedimen yang beberapa diantaranya terlalu besar yang kemungkinan digerakkan oleh air dan angin. Dari keragaman geologi di daerah John Klein, ilmuwan mengatakan bahwa sangat dimungkinkan bahwa planet Mars dulu merupakan planet yang basah dan hangat. Berikut ini adalah contoh foto batu di mars yang akan dibor. Foto ini diambil oleh Curiosity di daerah yang bernama Sheepbed.

Terlihat aliran putih pada batu yang diidentifikasi sebagai kalsium sulfat. Foto ini diambil dengan kamera Mastcam Curiosity. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA

(SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Sunday, January 13, 2013

Astronom Temukan Ledakan Supernova Pertama di Alam Semesta

Supernova SCP-0401 yang disebut juga Mingus.
Image credit: Space Telescope Science Institute.
Astronom berhasil mengidentifikasi dan menemukan ledakan supernova terjauh sekaligus menjadi ledakan supernova tertua yang pernah ditemukan. Ledakan supernova yang diberi nama SN SCP-0401 (Mingus) tersebut berjarak lebih kurang 10 miliar tahun cahaya yang berarti hanya 3,7 miliar tahun setelah ledakan big bang yang maha dahsyat. "Ini adalah orang supernova paling jauh yang pernah ditemukan," kata David Rubin, seorang anggota international Supernova Cosmology Project (SCP) yang berbasis di Berkeley Lab.

Supernova tersebut termasuk kedalam kategori supernova Ia yang berasal dari sebuah bintang katai putih yang mencapai masa kritis dan meledak dalam ledakan termonuklir yang dahsyat. Sebenarnya supernova ini telah ditemukan dengan teleskop Hubble pada tahun 2004, namun belum teridentifikasi dengan jelas sampai akhirnya dipasanglah instrumen kamera baru untuk memperjelas hasil pengamatan teleskop Hubble. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto