Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Sunday, August 14, 2011

Apa Jadinya Jika Matahari Mati Tetapi Kita Masih Hidup

Matahari kita itu tidak abadi. 5 miliar tahun lagi mengembang jadi red giant dan mati. Acara ini bereksperiman apa jadinya kalo kejadian itu dipercepat di masa manusia masih hidup.





Sebelum bahas kejadianya kita bahas dulu gimana caranya matahari bisa terus bersinar. Untuk bersinar & menghasilkan panas, matahari perlu bahan bakar, yaitu hidrogen yang difusi menjadi helium di inti matahari. Kalo hidrogen udah menipis, inti matahari akan mengalami penekanan sehingga reaksi fusi yang mengonsumsi hidrogen semakin intens (semakin boros bahan bakar). Hal ini berujung pada kematian matahari & bintang2 lain juga mengalami hal serupa.



Proses kematian matahari mengakibatkan bencana global dalam beberapa tahapan.


Spoiler for tahap pertama:

Tahap pertama suhu bumi jadi 50-60 derajat celsius.
Pesawat susah lepas landas suhu segitu, tenaganya harus lebih kuat.
Orang2 di seluruh dunia kepanasan semua.



Tanaman mati.

Es dikutub mencair. Permukaan laut dunia naik 60 meter. Kota2 pantai tenggelam.



Spoiler for tahap kedua:
Tahap berikutnya: 100 derajat. Manusia yg selamat pindah ke bawah tanah. Semua manusia di permukaan mati.



Klo mau ke permukaan musti pake baju astronot.


Kota2 terbengkalai.


Sumber2 air mendidih. Manhattan bukan pulau lagi tapi kumpulan gedung di bukit (soalnya airnya udah ga ada).
Organisme terakhir yg masih idup cuma cyanobacteria yg tahan panas.



Magnetosfer (medan magnet bumi) tembus dibombardir partikel2 radiasi matahari.




Spoiler for tahap ketiga:
Tahap berikutnya: 300 derajat.
Baju astronot udah ga bisa melindungi. Yg tinggal di bawah tanah juga mati.
Semua barang2 yg peninggalan kita du permukaan meleleh.



Beton penyusun gedung retak karena airnya menguap, akhirnya gedung2 rubuh. Tapi bangunan kuno seperti piramid & stonehenge masih bertahan krn ga pake beton.





Laut sudah kosong, kalaupun masih berair, airnya panas.
Konsentrasi O2 rendah hingga di bawah 10% (karena panas & kalah sama konsentrasi uap air). Akibatnya walaupun panas, ga bisa kebakar krn kurang O2.


Spoiler for tahap keempat:
Tahap berikutnya: Matahari makin membengkak & hidrogen bahan bakarnya makin sedikit. Merkurius & Venus udah ketelen. Suhu bumi 1300 derajat.

Piramid & stonehenge akhirnya meleleh.
Ga ada kehidupan lagi di bumi termasuk bakteri seolah2 ga pernah ada kehidupan di bumi.
Tetes air terakhir udah menguap ke angkasa. Di angkasa molekul H2O kena radiasi matahari & terpisah jadi H & O. Hidrogen pergi ke angkasa, tapi oksigen jatuh lagi ke bumi. Karena O2 udah ada lagi, sekarang bumi terbakar.



Bumi berubah menjadi planet merah yang terdiri dari batu meleleh tanpa bekas2 peradaban. Zona layak huni bergeser ke daerah orbit Jupiter, Saturnus, Uranus yang dulunya dingin.

Dan akhirnya bumi ditelan matahari.





The End.

Tapi ini semua cuma hipotesa yang baru akan terjadi 5 miliar thn lagi. Saat itu manusia entah sudah punah atau pindah ke planet lain. Kejadian ini cuma bisa disaksikan jauh dari luar bumi. Saat ini kita harus bersyukur karena Tuhan masih mengijinkan kita hidup di bawah belas kasihan matahari.

Gw tambahin jalur hidup bintang (termasuk matahari). Matahari kita ikutin jalur yang atas. Sekarang masih average star.



Wah, Partikel Antimateri Ternyata Selimuti Bumi

Ilmuwan temukan sabuk tipis partikel antimateri mengelilingi Bumi. Temuan ini menjadi temuan pertama yang belum pernah diketahui ilmuwan sebelumnya.

Temuan yang diterbitkan dalam Astrophysical Journal Letters ini memastikan teori awal menyebutkan, antimateri dalam bentuk antifoton bisa terperangkap medan magnet planet hunian manusia ini seperti dikutip UPI.

Sejumlah kecil antifoton ini ditemukan di antara sabuk Van Allen yang memerangkap materi ‘normal’. Antifoton ini dideteksi satelit yang diluncurkan pada 2006 yang digunakan untuk mempelajari sinar kosmik alami dan partikel energi tinggi yang menuju Bumi dari matahari dan dari luar tata surya.

"Pita ini menjadi ‘sumber melimpah antifoton di dekat Bumi," ujar penulis Alessandro Bruno dari University of Bari di Italia.

Medan magnet menjaga antifoton tetap bersatu hingga bertemu partikel materi normal dalam atmosfer Bumi ketika partikel tersebut hancur oleh cahaya, tutup ilmuwan itu.

NASA Rilis Citra Awal Tabrakan Galaksi




Citra tabrakan dua galaksi yang dirilis NASA, bagian atas bagian atas adalah galaksi VV 340 Utara sementara di bagian bawah adalah galaksi VV 340 Selatan.
NASA merilis citra tabrakan antar galaksi Kamis (11/8/2011) lalu. Dalam citra itu, Badan Antariksa Amerika Serikat itu menunjukkan kondisi awal tabrakan antar galaksi yang kemudian membentuk galaksi VV 340 atau Arp 302.

Tampak dalam citra itu sepasang galaksi, bagian atas bagian atas adalah galaksi VV 340 Utara sementara di bagian bawah adalah galaksi VV 340 Selatan. Jutaan tahun kemudian, dua galaksi itu bertabrakan dan akhirnya bersatu, persis seperti yang diprediksikan pada Bimasakti dan Andromeda.

Citra yang ditangkap adalah bagian dari Great Observatories All-Sky Luminous Infrared Galaxy Survey, yang mengombinasikan data Chandra X-Ray, teleskop antariksa Hubble, teleskop infrared luar angkasa Spitzer dan Galaxy Evolution Explorer (GALEX) observatory.

Galaksi VV 340 terletak 450 juta tahun cahaya dari Bumi. Karena bersinar terang dalam hasil pengamatan infrared, maka galaksi ini disebut Luminous Infrared Galaxy.

Analisa citra lebih lanjut dengan Chandra X ray menunjukkan, VV 340 Utara memiliki sebuah lubang hitam supermasif. Ini diperkuat dengan emisi infra merah hasil observasi Spitzer yang juga didominasi oleh VV 340 Utara.

Sementara, Hubble dan GALEX menunjukkan bahwa emisi UV dan gelombang pendek berasal dari VV 340 Selatan. Ini menunjukkan, Vv 340 Selatan punya level pembentukan bintang yang lebih tinggi. Dari hasil analisa, astronom menyimpulkan bahwa pasangan VV 340 berevolusi dengan rate yang berbeda.

Tabrakan antar galaksi biasa terjadi dalam evolusi galaksi. Tabrakan yang terjadi tidak dalam arti yang sebenarnya, tapi lebih pada interaksi gravitasi antar galaksi. Dalam tabrakan galaksi, galaksi yang lebih kecil akan "kalah" dan menjadi bagian dari galaksi yang lebih besar.

Survei yang kemudian menghasilkan citra ini adalah bagian dari upaya astronom untuk memahami, mengapa Luminous Infrared Galaxy mengemisikan banyak radiasi inframerah.

Saturday, August 13, 2011

Alasan Mengejutkan Bumi Tak Butuh Bulan

Astronom Amerika melakukan simulasi stabilitas Bumi pada sumbunya. Hasil yang didapat cukup mengejutkan. Apa jadinya jika Bumi �memutuskan� bulan?

Astronom Amerika mengatakan, jika Bumi tak memiliki bulan, planet ini masih mampu mendukung keberadaan kehidupan. Peneliti yakin, efek stabilisasi dari bulan hanya terjadi pada rotasi Bumi dan hal ini tak sepenting yang dikira sebelumnya.

Ilmuwan telah lama berpendapat, tanpa adanya bulan, kemiringan Bumi akan terus berubah dan membuatnya mengalami fluktuasi dalam iklim, karena matahari bersinar hampir langsung ke kutub dan hal ini diyakini akan mempengaruhi kehidupan.

Namun astronom University of Idaho menunjukkan, tanpa adanya bulan, kemiringan Bumi hanya akan bergeser 10 derajat dan pengaruh planet lain di tata surya akan membuat planet hunian manusia ini tetap stabil.

Selain itu seperti dilaporkan Astrobiology Magazine dari NASA, astronom yakin bulan tak dibutuhkan planet lain di semesta agar bisa dihuni. Dibanding bulan di planet lain, bulan Bumi sangat besar dan hanya sekitar seratus kali lebih kecil dibanding orang tuanya.

Perbandingannya, Mars 60 juta kali lebih besar dibanding bulan terbesarnya, Phobos. Sementara bulan Bumi memang memberi stabilitas, data baru mengungkap, daya tarik planet lain, terutama Yupiter, akan mencegah Bumi berayun terlalu ganas.

�Karena Yupiter menjadi planet paling besar, planet ini bisa mempertegas batas rata-rata di tata surya,� ujar astronom Jason Barnes.

Tanpa bulan, Barnes dan rekan menemukan, Bumi hanya bergeser pada sumbunya 10-20 derajat selama setengah miliar tahun.

Perubahan satu atau dua derajat awalnya diduga bisa menjadi penyebab Zaman Es namun astronom yakin sementara pergeseran ini mempengaruhi iklim, �perubahan ini tak akan mempengaruhi kehidupan intelijen�.

�Bulan besar bisa menstabilkan (planet) namun dalam banyak kasus, bulan tak dibutuhkan,� tutupnya seperti ditulis Dailymail.

Friday, August 12, 2011

Kalung Emas di Luar Angkasa




Nebula Kalung yang berada pada jarak 15.000 tahun cahaya di konstelasi Sagitta diambil kamera Hubble.
Wide Field Camera 3 pada Teleskop Luar Angkasa Hubble menangkap citra "kalung emas" di luar angkasa pada 2 Juli 2011 lalu. Ini bukan kalung emas dalam makna sebenarnya, melainkan hanya bentuknya yang menyerupai untaian kalung emas. Gambar tersebut merepresentasikan bagian sebuah nebula bernama PN G054.2-03.4 atau Nebula Kalung.

Dalam citra yang ditangkap Hubble, struktur kalung emas di nebula tersebut dibungkus oleh bayangan berwarna yang sebenarnya gas berkerapatan tinggi. Ada tiga macam gas yang terdeteksi, hidrogen (biru), oksigen (hijau), dan nitrogen (merah).

Berdasarkan publikasi NASA, Senin (8/8/2011), diketahui bahwa adanya struktur kalung emas berkaitan dengan sejarah pembentukan nebula. Ini terkait dengan bagaimana bintang yang menua bisa melahap bintang lain di dekatnya dan dampak yang diakibatkannya.

Mulanya, ada dua bintang yang saling mengorbit dengan jarak dekat. Sekitar 10.000 tahun lalu, bintang yang ukurannya lebih besar menua, mengembang, dan melahap bintang lainnya. Meski demikian, bintang yang kecil tetap eksis dan mengorbit "di dalam" bintang besar, meningkatkan kecepatan rotasinya.

Bintang yang lebih besar pun berputar begitu cepat sehingga gas yang menyelimutinya mengembang. Karena adanya gaya sentrifugal, kebanyakan gas "melarikan" diri dari bagian ekuator bintang dan membentuk struktur kalung yang berwarna terang.

Lalu, di manakah pasangan bintang yang disebut-sebut? Dalam citra yang ditangkap Hubble, pasangan bintang tampak sebagai titik kecil berwarna terang di tengah kalung, diselimuti bayangan dominan warna hijau yang sesuai keterangan adalah oksigen.

Pasangan bintang diketahui berjarak sangat dekat, hanya beberapa juta kilometer. Kedua bintang mengorbit satu sama lain begitu cepat dengan periode hanya lebih sedikit dari satu hari. Pasangan bintang dan bagian keseluruhannya, Nebula Kalung, terletak pada jarak 15.000 km di konstelasi Sagitta.

Planet Terhitam Yang Pernah Ditemukan




TrES-2b, planet yang paling hitam.
Astronom berhasil menemukan planet terhitam yang mungkin lebih hitam dari arang. Planet itu bernama TrES 2-b dan merupakan planet gas raksasa seukuran Jupiter. Planet ini dideteksi pertama kali pada tahun 2006 oleh Trans Atlantic Exoplanet Survey (TReS).

TrES-2b hanya bisa merefleksikan kurang dari 1 persen cahaya bintang. "TrES-2b bahkan kurang reflektif dari cat akrilik hitam," kata David Kipping dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics seperti dikutip AFP, Jumat (12/8/2011).

TrES-2b mengorbit bintang GSC 03549-02811 yang terletak pada jarak 750 tahun cahaya dari Bumi tepatnya di konstelasi Draco. Jarak TrES-2b dengan bintangnya sangat dekat, hanya 5 juta kilometer. Bandingkan dengan jarak Bumi-Matahari yang mencapai 150 juta kilometer.

Karena jarak TrES-2b dan bintangnya dekat, suhunya begitu panas, atmosfernya dimasak hingga suhu 1.000 derajat celsius. TrES-2b mengemisikan cahaya merah redup, seperti warna kumparan pada kompor listrik yang dinyalakan.

Astronom telah menyelidiki sebab kehitaman planet. Memang, keberadaan senyawa penyerap cahaya seperti uap sodium, potassium, serta titanium oksida terdeteksi. Namun, semua senyawa itu belum bisa menjelaskan kehitaman ekstrem TrES-2b. "Belum jelas apa yang menyebabkan planet ini sangat gelap," kata David Spegel dari Princeton University yang juga terlibat penelitian.

Penyelidikan lanjut masih akan dilakukan nanti. Penemuan planet ini dipublikasikan di Monthly Notices Royal Astronomical Society, Inggris, bulan ini. TrES-2b adalah salah satu planet yang dideteksi dengan wahana antariksa Kepler.

Saturday, August 6, 2011

Video Pertama Dunia, Komet Hantam Matahari



London � Kejadian ini termasuk sangat langka. Selain itu kejadian ini terjadi sangat cepat. Karenanya, perhatikan baik-baik atau Anda akan melewatkannya.Hingga dini hari 6 Juli 2011, tak ada satu orang pun berhasil merekam video komet menghantam matahari. Namun, dalam tiga detik kejadian di lokasi dari Solar Dynamics Observatory NASA, semuanya berubah.

Dalam video tampak, komet bergerak dengan kecepatan sangat cepat dari kanan bawah layar sebelum akhirnya menghilang dari pandangan setelah menghantam permukaan matahari.
Komet menghantam matahari seperti ini bukanlah fenomena biasa terjadi. Sejumlah komet semacam ini disebut komet Kreutz. Nama Kreutz diambil dari astronom abad 19 Heinrich Kreutz yang pertama menemukan komet ini.

Komet ini diduga berasal dari komet raksasa yang pecah di waktu lampau. Hal itu menjelaskan mengapa komet ini mengikuti trakyektori serupa di sekitar matahari. Komet ini sebenarnya tak sempat benar-benar menabrak matahari karena menguap terlebih dahulu akibat panas bintang di tata surya itu.
Butuh 15 menit hingga akhirnya komet itu menguap.

Friday, August 5, 2011

NASA Temukan 'Aliran Sungai' di Mars

Kamera High Resolution Imaging Science Experiment (HiRiSE) yang ada pada Mars Reconaissance Orbiter (MRO) berhasil menangkap citra guratan pada kawah curam di Mars.

Para ilmuwan mempercayai, guratan tersebut merupakan tanda keberadaan air yang mengalir layaknya sungai.

http://assets.kompas.com/data/photo/2011/08/05/1011258620X310.jpg

"Ini adalah air masa kini, bukan yang terdapat di masa lalu," kata Alfred McEwen, pakar ilmu keplanetan dari University of Arizona yang terlibat penelitian ini.

Ia mengatakannya dalam konferensi pers yang diadakan NASA. "Penjelasan paling masuk akal dari hasil observasi sejauh ini adalah aliran air asin," sambung McEwen.

Meski demikian, ia buru-buru menegaskan bahwa hasil observasi yang dipublikasikan hari ini di jurnal Science ini bukanlah bukti keberadaan aliran air secara langsung. Meski demikian, alternatif penjelasan selain air mengalir masih belum ada.

"Membandingkan dengan Bumi, sulit menjelaskan bahwa guratan terbentuk dari aliran zat lain.

Pertanyaannya adalah, apakah ini terjadi di Mars, dan bila ya, mengapa hanya di tempat tertentu," jelas Richard Zurek, pimpinan proyek MRO dari Jet Propulsion Laboratory NASA.

McEwen menjelaskan, dari guratan yang ditinggalkan, tampak bahwa air yang mengalir memiliki kekentalan yang tinggi, membuatnya lebih mirip dengan aliran sirup.

Namun, McEwen menuturkan, "Kami belum tahu salinitas atau keasinan dari air yang mengalir itu."

Guratan-guratan itu merupakan guratan musiman yang terbentuk di musim panas membuat penampakan gelap dan seolah menghilang di musim dingin.

Guratan sudah ditemukan di 7 lokasi dan kemungkinan di 20 lokasi lainnya lagi. Salah satunya ada di sekitar kawah Newton.

Setiap lokasi penemuan kurang lebih memiliki 1000 guratan yang jika dilihat berbentuk seperti jari.

Lisa M Pratt, pakar biogeokimia dari Indiana Univerity mengatakan, guratan yang ditemukan bisa berpotensi menjadi tempat tinggal makhluk hidup, jika memang ada.

Di Bumi, mikroba bisa hidup di air asin yang tak pernah membeku, atau bahkan bisa mengalami dormansi di air beku.

"Ini sangat spekulatif karena kita tidak tahu apakah ada organisme di sana, atau apakah pernah ada sebelumnya," kata Pratt seperti dikutip the New York Times hari ini.

Guratan-guratan pada kawah Mars itu pertama kali terobservasi oleh pelajar University of Arizona, Lujendra Ojha. Ia tengah mempelajari perubahan kecil yang ada di planet Mars ketika akhirnya menemukan struktur guratan tersebut.

"Saya bingung saat pertama kali melihatnya dalam gambar setelah saya memproses dengan algaritma," kata Ojha.

"Tapi kami akhirnya sadar bahwa guratan itu ialah struktur berbeda dari yang ditemukan sebelumnya. Kami melihat bahwa ini struktur musiman dan bisa tumbuh hingga 200 meter dalam 2 bulan," sambung Ojha.

Konfirmasi struktur guratan yang tampak gelap dengan Compact Reconaissance Imaging Spectrometer for Mars (CRISM) memang tak menunjukkan tanda keberadaan aliran air secara langsung.

Tapi, ini tak menutup kemungkinan adanya aliran air yang cepat kering atau hanya dalam jumlah sedikit di bagian sub permukaan.

Menjelaskan penampakan guratan yang gelap dan kemampuannya berubah menjadi terang, McEwen mengatakan, "Guratan tampak gelap bukan karena aliran air yang basah. Aliran air asin bisa menyusun kembali butiran-butiran atau mengubah kekasaran permukaan sehingga tampak gelap. Bagaimana guratan tampak terang lagi saat temperatur turun, belum ada penjelasan."

McEwen mengatakan, "Ini masih misteri saat ini. Tapi saya pikir ini misteri yang bisa dipecahkan dengan penelitian lebih lanjut."

Sumber :
kompas.com


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto