Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Monday, February 21, 2011

Sensus: Ada 50 Miliar Planet di Bima Sakti

Para ilmuwan antariksa mengadakan sensus kosmik pertama di galaksi Bima Sakti. Hasilnya, diperkirakan ada 50 miliar planet di galaksi tersebut.

Setidaknya ada 500 juta planet di wilayah yang tidak terlalu panas dan tidak tidak terlalu dingin di mana mungkin ada kehidupan. Perkiraan jumlah ini didasarkan hasil sementara yang diperoleh teleskop pemburu planet, Kepler milik Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA.

Ilmuwan Kepler, William Borucki, mengatakan, jumlah planet tersebut diperoleh dari pengamatan zona kecil di langit malam, lalu membuat estimasi dengan dasar asumsi, setiap bintang memiliki sejumlah planet. Kepler menghitung planet-planet tersebut saat melintas antara Bumi dan orbit bintang.

Sejauh ini, Kepler telah menemukan 1.235 kandidat planet yang diperkirakan bisa menopang kehidupan, 54 di antaranya berada di zona Goldilocks. Misi Kepler bukan untuk memeriksa setiap planet, namun memberi gambaran pada para astronom tentang jumlah planet, khususnya yang berpotensi ditinggali makhluk hidup.

Borucki dan rekan-rekannya menggambarkan, satu dari dua bintang memiliki planet, dan satu dibanding 200 bintang memiliki planet yang berpotensi ditinggali makhluk hidup. Estimasi ini diumumkan dalam konferensi tahunan American Association for the Advancement of Science, Sabtu 19 Februari 2011.

Ini baru perkiraan minimum, sebab bintang-bintang tersebut bisa memiliki lebih dari satu planet. Kepler pun belum mampu melihat planet-planet di sisi luar bintang.

Misalnya, jika Kepler berjarak 1.000 tahun cahaya dari Bumi dan melihat ke Matahari, ketika Venus melintas, hanya ada kemungkinan 1:8 Kepler melihat Bumi.

Untuk mendapatkan estimasi total jumlah planet, para ilmuwan menggunakan frekuensi yang telah diterapkan dan mengaplikasikannya ke beberapa bintang di Bima Sakti.

Sebelum sensus dilakukan, para ilmuwan berasumsi, ada 100 miliar bintang di Bima Sakti, sementara itu, tahun lalu, para astronom Universitas Yale, memperkirakan ada 300 miliar bintang.

Jumlah sebanyak itu hanya ada di galaksi Bima Sakti. Bayangkan jumlah seluruh planet di alam semesta. Apalagi, jumlah galaksi diperkirakan ada 100 miliar.

Borucki mengatakan, kalkulasi teranyar berdasar sensus ini akan mengantarkan kepada pertanyaan, adakah kehidupan lain di luar sana. "Pertanyaan berikutnya, mengapa mereka tidak mengunjungi kita di Bumi," kata Borucki, seperti dimuat Associated Press, Minggu 20 Februari 2011. Jawabannya? "Saya tidak tahu," tukas dia.

Tags: Jumlah planet di galaksi bima sakti 20 miliar, Sensus: Ada 50 Miliar Planet di Bima Sakti, Waw Sensus: Ada 50 Miliar Planet di Bima Sakti

Source: http://teknologi.vivanews.com/news/read/205526-sensus--ada-50-miliar-planet-di-bima-sakti

Sunday, February 20, 2011

Kelahiran Planet Akhirnya Berhasil Diabadikan

Sistem keplanetan mulanya adalah pusaran gas dan kondensasi debu yang berada di piringan "bayi" bintang. Ketika gravitasi mulai menarik keduanya, materi mengumpul dan mulai menyusun sebuah bentuk. Gravitasi terus mengumpulkan debu hingga terbentuk planet.

Sejauh ini kelahiran planet nyaris belum pernah disaksikan. Namun, citra yang diambil Christian Thalmann dari Max Planck Institute for Astronomy di Heidelberg, Jerman, berhasil membuat kita bisa menyaksikan rupa awal pembentukan planet, atau lebih luasnya sistem keplanetan.

Thalman dan timnya berhasil menangkap citra detail dari pembentukan piringan sistem keplanetan. Piringan tersebut mengelilingi bintang muda yang berjarak 450 tahun cahaya dari bumi. Bagian dalam yang terang dan berbentuk bujur membentuk celah pada piringan itu.

Citra yang diambil Christian Thalmann dari Max Planck Institute for Astronomy di Heidelberg, Jerman.
Celah yang berbentuk elips tampak miring dan berada di dekat pusat. Hal itu menunjukkan adanya sebuah planet yang seolah menyibak seluruh materi di sekitarnya, membentuk celah, dan mengorbit mengelilingi bintang induknya. Akhirnya sebuah planet lahir dan mulai berevolusi.

Citra tersebut diambil dengan kamera pemburu planet yang terpasang di teleskop Subaru. Citra ini bisa memberikan gambaran tentang awal kelahiran tata surya tempat kita berdiam. Penelitian Thalman dipublikasikan di The Astrophysical Journal Letter beberapa waktu lalu.

Tags: Proses kelahiran sebuah planet, Proses terbentuknya planet, Kelahiran Planet Akhirnya Berhasil Diabadikan, Kini Kelahiran Planet Akhirnya Berhasil Diabadikan

Source: http://sains.kompas.com/read/2011/02/19/18552329/Kelahiran.Planet.Akhirnya.Berhasil.Diabadikan

Keren, 8 Planet di Satu Bingkai Foto!

Wahana luar angkasa Messenger, yang kini ergerak untuk mengorbit Merkurius, berhasil menjepret citra keseluruhan tata surya. Dalam citra tersebut terdapat delapan planet anggota tata surya plus Bulan sebagai satelit Bumi. Semuanya ada dalam satu bingkai foto.

Untuk mendapatkan citra tersebut, Messenger mengambil 34 citra selama dua minggu pada November 2010. Ilmuwan yang bekerja pada proyek wahana luar angkasa itu kemudian mengoleksi citra tersebut dan menggabungkannya menjadi sebuah citra tata surya yang utuh.

Citra tata surya tersebut menggambarkan Venus sebagai salah satu planet paling terang di sudut kiri. Di dekat Venus terdapat Bumi beserta Bulan. Uranus dan Neptunus tampak sangat samar, sedangkan Jupiter terlihat cemerlang di dekat Neptunus dan Uranus.

ika Voyager 1 memotret tata surya dari Neptunus ke arah Matahari, maka Messenger memotret tata surya dari sudut pandang sebaliknya, yaitu dari Matahari ke arah Uranus.
Di bagian paling kanan gambar terdapat Mars, Merkurius, serta Venus yang seolah tampak berdekatan. Sementara di bagian lain yang tak begitu jelas, sebenarnya Messenger juga berhasil memotret satelit-satelit Jupiter, yakni Callisto, Ganymede, Europa, serta Io.

"Citra ini menggambarkan bahwa Bumi merupakan anggota 'rukun tetangga' tata surya yang terbentuk oleh sebuah proses yang berlangsung selama 4,5 miliar tahun lalu," kata Sean Solomon, kepala investigator dalam misi Messenger yang berasal dari Carnegie Institution of Washington.

Keseluruhan planet dan satelit tersusun dalam sabuk berbentuk S yang sempit.

"Tak mudah untuk menemukan momen saat planet berada dalam satu bidang pandang dari perspektif tertentu," kata Solomon, yang mengaku timnya mengalami kendala dalam menangkap gambar dalam arah tertentu.

Para ilmuwan menggunakan perangkat lunak (software) untuk menyimulasikan lokasi Messenger sehingga bisa mengetahui planet yang terlihat dari kamera. Mereka juga harus menyesuaikan beberapa foto sehingga citra planet yang diambil bisa ditampilkan seutuhnya meskipun dengan beberapa ketidaksempurnaan.

Dengan citra yang diambil tersebut, Messenger berhasil melengkapi potret yang diambil oleh Voyager 1 pada 1990. Voyager 1 memotret tata surya dari Neptunus ke arah Matahari, sedangkan Messenger memotret tata surya dari sudut pandang sebaliknya, yaitu dari Matahari ke arah Uranus.

"Melihat tata surya kita yang bagai titik cahaya mengingatkan betapa beruntungnya kita sebab memiliki kesempatan untuk mendekat dan mengeksplorasi keragaman serta geologi setiap planet dan bulan yang luar biasa," kata Brett Denevi dari Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory di Laurel.

Messenger telah terbang melintas Merkurius sebanyak tiga kali sejak diluncurkan pada 2004. Wahana luar angkasa ini akan memasuki orbit Merkurius pada 18 Maret. Nama Messenger merupakan akronim Mercury Surface, Space Environment, Geochemistry, and Ranging.

Tags: Gambar seluruh planet di tata surya dalam satu bingkai foto, Waw Keren, 8 Planet di Satu Bingkai Foto!, Mantab Keren, 8 Planet di Satu Bingkai Foto!

Source: http://sains.kompas.com/read/2011/02/19/17021699/Keren.8.Planet.di.Satu.Bingkai.Foto.

Saturday, February 19, 2011

FOTO: Bintang Baru Lahir di Galaksi Tetangga

Teleskop ruang angkasa Hubble kembali menangkap gambar fantastis. Kali ini, gambar yang ditangkap tidak berada di galaksi tata surya melainkan galaksi tetangga kita, NGC 2841. Galaksi ini merupakan salah satu galaksi terdekat yang sengaja dipilih untuk meneliti pembentukan bintang.

Foto menakjubkan yang baru dirilis oleh badan ruang angkasa NASA itu memperlihatkan sebuah galaksi besar dengan taburan bintang-bintang kecil berwarna biru layaknya batu permata. Fantastis.

Gambar ini diambil dengan instrumen baru teleskop Hubble, yakni Wide Field Camera 3 (WFC3). Dengan kemampuan yang dimilikinya, NASA berhasil menangkap gambar secara detail bahkan sampai memperoleh komposisi warna biru solid pada permukaan bintang.

Sekadar diketahui, galaksi berbentuk spiral, yang lebih dikenal dengan sebutan NGC 2841 ini terletak di konstelasi Ursa Major, sekitar 46 juta tahun cahaya dari Bumi.

Bintang Baru Lahir di Galaksi NGC 2841

Sebelumnya, jika ingin melihat gambar dengan resolusi lebih besar, Anda bisa mengunjungi link berikut ini.

Jika diamati, cahaya bintang paling terang terpusat di tengah galaksi. Sementara cahaya spiral adalah debu yang menjadi siluet limpahan bintang paruh baya.

Objek samar-samar berwarna merah jambu pada gambar merupakan emisi nebula. Hal ini menandakan bintang tersebut benar-benar baru saja lahir.

Peneliti mengatakan, foto NGC 2841 di atas adalah bagian dari studi baru bagi ilmuwan untuk memahami dan mempelajari pembentukan bintang di alam semesta. Para ilmuwan akan mengamati lingkungan yang berbeda di sekitar galaksi tersebut untuk menjawab beberapa pertanyaan kunci.

"Para astronom tidak mengerti, misalnya, bagaimana sifat pembibitan bintang sehingga variatif sesuai dengan komposisi dan kepadatan gas yang ada. Mereka juga bahkan tidak tahu apa yang memicu pembentukan bintang pertama kali," kata peneliti, yang dikutip VIVAnews dari Space.com, Sabtu 18 Februari 2011.

Saat ini, WCF3 digunakan para astronom untuk mempelajari wilayah pembentukan bintang. Target observasi adalah gugusan (cluster) bintang dan galaksi serta tingkat kelahiran bintang di galaksi aktif. Misalnya, seperti Messier 82 hingga galaksi kurang aktif seperti NGC 2841.

Tags: FOTO: Bintang Baru Lahir di Galaksi Tetangga, FOTO: Bintang Baru Lahir di Galaksi NGC 2841

Source: http://teknologi.vivanews.com/news/read/205393-foto--bintang-baru-lahir-di-galaksi-ngc-2841

Mengenal Apa Itu Gaya Gravitasi

Mengapa kita tetap berpijak di atas permukaan bumi? Mengapa setiap benda yang jatuh selalu menuju pusat bumi? Mengapa bulan tetap mengelilingi bumi dan bumi bersama-sama bulan mengelilingi matahari? Mengapa demikian?

Disadari atau tidak, seringkali kita tidak memahami pengalaman kita hidup di dunia ini. Tentang ‘sesuatu’ yang menyebabkan kita tetap lekat di permukaan bumi. Apakah sesuatu itu? Mengapa sesuatu itu ada? Bagaimana cara ia bekerja?

Suatu pertanyaan sederhana seringkali memerlukan pemikiran yang mendalam untuk memperoleh jawabannya. Dan mungkin, sedikit sekali yang berupaya sungguh-sungguh, karena hal itu tampaknya sesuatu yang “biasa” dalam kehidupan sehari-hari. Kecuali anak-anak yang polos dan lugu serta ingin tahu yang seringkali mengusik kita dengan pertanyaan-pertanyaan mereka yang spontan tentang segala sesuatu yang mereka lihat dan rasakan. Yang terkadang terkesan lucu namun menyenangkan. Diantaranya mengapa benda jatuh selalu ke “bawah”?

Penjelasan yang kita terima seperti mereka juga belumlah tuntas, bahkan mungkin hingga saat ini. Sebenarnya, setiap orang tentu mengalami pengaruh gravitasi. Demikian juga dengan semua benda yang ada di sekitar kita. Walau tanpa kita sadari, semua benda yang terdiri dari partikel materi saling berinteraksi tarik-menarik satu sama lain. Gravitasilah yang memungkinkan kita tetap nyaman tinggal di permukaan bumi dan kita dapat menikmati indahnya cahaya bulan purnama di malam hari, juga kemilaunya sinar matahari di waktu senja dan pagi hari. Tanpa gravitasi, kita semua akan beterbangan “hilang” dalam ruang makrokosmos yang teramat luas akibat rotasi bumi. Tanpa gravitasi, bumi yang kita huni, bulan dan matahari serta planet-planet yang mengisi ruangan jagat raya ini akan berhamburan dalam gerak acak yang tak beraturan. Bersyukurlah kita, bahwasannya Allah telah menciptakan gravitasi sehingga kita pun mengalami proses kehidupan yang harmonis dengan lingkungan alam kita.

Namun, apakah “gravitasi” itu? Sejauh ini telah banyak usaha yang dilakukan untuk memahami fenomena gravitasi. Sejarah mengatakan, mula pertama gagasan gravitasi dipahami dan dijelaskan oleh tuan Isaac Newton dalam Philosophiae Naturalis Principia Mathematica yang sering juga disebut Principia yang muncul pertama kali tahun 1687 (walaupun sebenarnya gagasan gravitasi tersebut telah diperolehnya 22 tahun sebelumnya) yang antara lain menjelaskan hukum gravitasi universal di samping mengemukakan teori bagaimana benda bergerak dalam ruang dan waktu.

Hukum gravitasi universal menjelaskan bagaimana benda berinteraksi tarik-menarik. Gagasan hukum gravitasi universal dapat kita pahami sebagai berikut,”tiap benda dalam jagat raya ditarik ke arah semua benda lain oleh suatu gaya yang makin kuat dengan makin besarnya massa benda-benda itu, dan dengan dekatnya benda itu satu sama lain”. Artinya, setiap partikel materi yang berada di dalam jagat raya ini saling tarik-menarik satu sama lain yang besarnya gaya tarik-menarik tersebut bertambah besar bila jaraknya semakin dekat dan kandungan massa dari tiap-tiap partikel materi tersebut bertambah banyak.

Meskipun pengalaman kita hidup sehari-hari tidak merasakan hal demikian, hal ini dikarenakan oleh adanya kenyataan bahwa gaya gravitasi itu teramat lemah, sehingga pengaruh yang ditimbulkannya amat kecil untuk dapat kita rasakan.

Seiring dengan usaha pemahaman atas gaya interaktif lain yang ada di jagat raya ini, konsep medan telah diperkenalkan oleh ilmuwan fisika masyhur, Michael Faraday pada akhir abad 19 yang berusaha memahami gaya interaktif partikel bermuatan elektrik yang kita kenal sekarang sebagai gaya elektromagnetik (gagasan “partikel” untuk dunia mikroskopis adalah suatu model saja). Konsep medan ini kemudian dibuat umum hingga kemudian diterapkan juga pada gagasan gravitasi tuan Newton, yang dikenal dengan konsep medan gravitasi.

Konsep medan gravitasi ini memandang setiap partikel materi sebagai pengubah ruang medan gravitasi. Medan ini beraksi pada setiap partikel materi lain yang berada di dalam medan tersebut, yang seolah-olah “mengerahkan” gaya tarikan gravitasi pada partikel materi tersebut. Medan ini memainkan peranan perantara dalam pemikiran kita mengenai gaya-gaya interaksi di antara partikel-partikel materi.

Mungkin kita jadi berpikir, bahwa bila setiap partikel materi yang berada dalam medan gravitasi telah berusaha untuk mengerahkan daya tarikan gravitasi pada setiap partikel materi lain, maka terdapat “sesuatu” yang menjadi penghubung sehingga terjadi interaksi antar partikel-partikel materi.
Pengenalan konsep kuantum dan penelitian mutakhir dari partikel elementer memungkinkan pemahaman yang jauh lebih baik daripada sebelumnya mengenai mekanisme gravitasi. Hasilnya adalah, diduga ada “partikel interaktif” yang dikenal dengan nama graviton sebagai pembawa gaya gravitasi yang memungkinkan partikel-partikel materi berinteraksi. Partikel interaktif tersebut tidak memiliki massa, bersifat maya-karena belum ada kenyataan eksperimental yang menemukan partikel interaktif tersebut. Karena graviton tidak bermassa, maka sebagai akibatnya ia dapat dipertukarkan pada jarak yang jauh sekali yang meliputi seluruh volume ruang jagat raya. Sebagai ilustrasi, berapa “keliling” jagat raya ini bila dikatakan bahwa di dalamnya terdapat sekitar 100 milyar galaksi yang tiap-tiap galaksi berisi sekitar 100 milyar bintang! Jumlah ini adalah suatu pendekatan saja, boleh jadi jumlah yang sebenarnya melebihi aproksimasi di atas. Sementara itu, dari pengamatan yang dilakukan terdeteksi bahwa antar galaksi saling bergerak menjauhi satu sama lain mirip dengan balon karet yang kita tiup, dengan kecepatan yang semakin bertambah besar dengan bertambah jauhnya jarak antar galaksi. Menurut prediksi, bahkan hal ini akan tetap berlangsung sekitar 5 atau 10 milyar tahun lagi.

http://www.lhup.edu/~dsimanek/scenario/img008.gif

Meskipun gaya gravitasi mempunyai kekuatan yang lemah bila dibandingkan dengan gaya-gaya lain yang terdapat di jagat raya ini, ia dapat mempunyai kekuatan yang sangat besar, bila kita meninjau suatu misal, sebuah objek langit yang mengalami pemampatan materi dan telah kehilangan energi termonuklirnya yang ia pergunakan untuk melangsungkan hidup, akan mengalami pengerutan yang sangat hebat. Bintang yang ambruk tersebut akan mengerut mencapai ukuran yang sangat kecil karena efek tarikan gravitasinya yang sangat kuat. Objek semacam inilah yang sering kita kenal sebagai lubang hitam, suatu objek yang menjadi perhatian utama saat ini dikarenakan ia memiliki sifat-sifat yang diramalkan dari teori kuantum dan teori relativitas umum, yang aneh, menawan dan menakjubkan. Mungkin sulit bagi kita untuk membayangkan terdapatnya objek yang demikian sangat rapat, bila suatu misal, dalam sebuah kelereng yang berdiameter dua cm mengandung sejumlah massa 80 milyar ton! Bintang yang mempunyai massa sekian itu akan terus-menerus mengerut dalam ukuran yang semakin kecil dan semakin rapat. Tarikan gravitasinya bahkan mampu menarik cahaya yang lewat mendekatinya.

Struktur atom dan struktur inti lubang hitam tidak lagi seperti yang telah kita kenal dalam teori atom dan teori nuklir, karena tarikan gravitasi telah menarik awan elektron di sekeliling inti dan menembusnya! Sifat-sifat apakah yang terjadi dan hukum bagaimanakah yang mampu menjelaskan adanya fenomena seperti itu, hingga saat ini masih dalam perumusan para fisikawan dunia. Dan akan selalu menjadi bahan kajian yang menarik karena ia merupakan aspek penting dalam pemahaman kita terhadap alam semesta, kelahiran serta proses evolusinya secara keseluruhan dalam suatu pemahaman utuh yang menunjukkan kebesaran Allah Yang Maha Rahman dalam menciptakan jagat raya ini.

Tags: Gaya gravitasi, Serba-serbi gaya gravitasi bumi, Seluk beluk gaya gravitasi

Source: http://www.indonesiaindonesia.com/f/94993-fenomena-gravitasi-menakjubkan/

Peneliti Mengungkap Teori Asal Usul Emas dan Platina

Sebuah penelitian di Amerika Serikat menemukan darimana sesungguhnya logam mulia emas dan platina, serta elemen lainnya.

Ternyata tabrakan hebat antara Bumi, Bulan dan Mars pada 4,5 miliar tahun lalu telah menyuntikkan elemen-elemen berharga ke bumi.

Pada hari-hari terakhir pembentukan planet, objek sebesar Pluto menabrak Bumi, kata para peneliti. Mars dan Bulan menyerap yang kecil, tapi penghancuran tetap luar biasa.



Dalam tabrakan kosmik traumatis itu telah mengetuk Bumi dari sumbunya hingga bergeser 10 derajat. Tapi tabrakan juga mengeluarkan emas dan elemen lainnya dan mungkin membawa sejumlah besar air ke Bulan, kata para peneliti.

"Kami dapat menggunakan informasi ini untuk memberitahu kami tentang percepatan pertumbuhan yang membesar dari bumi, bulan dan Mars," kata pemimpin studi Bill Bottke dari Southwest Research Institute di Boulder, Colorado.

Emas, platina, paladium dan lainnya yang disebut elemen "siderophile" memiliki afinitas yang kuat pada besi. Jadi elemen ini akan mengikuti besi ke dalam inti Bumi, Bulan dan Mars saat objek itu terbentuk dan bergerak dari kerak.

Tapi siderophiles ditemukan di bagian atas dalam jumlah berlimpah, sehingga ini masih menjadi tand tanya baru. "Kelimpahan elemen ini sangat tinggi," kata Bottke pada SPACE.com.

Tags: Terungkap asal usul emas dan platina, Peneliti Mengungkap Teori Asal Usul Emas dan Platina

Source: http://www.apakabardunia.com/2011/02/peneliti-mengungkap-teori-asal-usul.html, http://www.berita2.com/iptek/teknologi/8087-terungkap-asal-usul-emas.html

Friday, February 18, 2011

Badai Geomagnetik Matahari Ganggu Sistem Bumi

Gelombang partikel plasma dari letusan raksasa Matahari mengganggu kutub utara Bumi. Ini menciptakan aurora dan gangguan komunikasi radio.

Meskipun lolos dari badai geomagnetik dalam lingkup luas, fenomena alam ini tetap terjadi di garis lintang utara dan mencapai Norwegia serta Kanada.

“Ada pemadaman sporadis berdasarkan kejadian skala kecil tertentu,” ujar Dean Persnell, ilmuwan proyek Solar Dynamics Observatory NASA di Goddard Space Flight Center.



Ia juga menegaskan keberadaan perubahan kondisi kecil di beberapa kawasan meskipun tidak sampai taraf parah. Fenomena ledakan Matahari ini terjadi Selasa lalu dengan letusan spektakuler di bintik matahari berukuran seperti Jupiter.

Letusan menciptakan semburan plasma partikel bermuatan yang sering disebut coronal mass ejection (CME) sekitar 560 mil per detik, ungkap pihak Solar Dynamics Observatory.

Tembakan langsung dari CME bisa memicu badai geomagnetik raksasa sehingga partikel yang memantul medan geomagnetik bumi memblokir komunikasi radio, mengganggu sistem navigasi GPS dan menyebabkan listrik padam.

Tags: Bahaya Badai Geomagnetik Matahari Ganggu Sistem Bumi, Badai Geomagnetik Matahari Ganggu Sistem Bumi

Source: http://teknologi.inilah.com/read/detail/1250072/badai-geomagnetik-matahari-ganggu-sistem-bumi

Dari Mana ya, Bintang-Bintang Mendapatkan Warnanya?

Bintang kita, Matahari, berwarna kuning sangat pucat. Tetapi bintang-bintang memiliki ragam warna yang mencengangkan.

Ada satu kelompok bintang yang disebut "Kotak Permata." Di tengah angkasa yang hitam beludru terdapat sebidang bintang-bintang biru safir, dengan satu bintang oranye berkilau di tengah.

Perbedaan warna bintang tergantung pada suhu mereka yang sangat berbeda-beda. Beginilah cara kerjanya.

Cahaya adalah radiasi yang bergerak dalam gelombang. Jarak antara puncak satu gelombang dan puncak gelombang berikutnya disebut sebagai panjang gelombang.

Gelombang cahaya sangat pendek. Sependek apa? Bayangkan membagi satu sentimeter menjadi 100.000 bagian. Beberapa dari bagian ini disatukan adalah panjang gelombang cahaya.

Semakin merah warna bintang maka suhunya semakin rendah

Kita tahu dari pengalaman sehari-hari bahwa warna sebuah benda dapat berubah saat suhunya berubah.

Ambil tongkat besi dan masukkan ke perapian. Saat besi hitam dingin tadi memanas, kilau pucat kemerahan menyebar di permukaannya.

Saat bertambah panas, besi menjadi makin merah. Kalau kamu masih bisa terus memanaskan, besi itu akan berubah dari merah ke oranye ke kuning ke putih, dan akhirnya ke biru.

Para ilmuan telah menemukan hukum alam yang memberi tahu bagaimana warna dan suhu berhubungan. Saat zat bertambah panas, kebanyakan radiasi datang darinya memiliki lebih banyak energi dan panjang gelombang yang lebih pendek.


Cahaya biru memiliki panjang gelombang yang lebih pendek dari pada cahaya merah. Jadi benda panas yang mengeluarkan cahaya biru tentunya lebih panas dari pada yang berkilau merah.

Atom gas-gas panas dalam bintang mengeluarkan partikel-partikel cahaya yang disebut foton. Semakin panas gas, semakin tinggi energi foton, dan semakin pendek gelombang cahayanya.

Jadi bintang paling panas dan paling muda mengeluarkan cahaya putih kebiruan. Dengan terpakainya bahan bakar nuklir, mereka cenderung mendingin.

Akibatnya, bintang tua yang mendingin biasanya mengeluarkan cahaya merah. Bintang setengah baya, seperti Matahari, bersinar kuning.

Matahari kita jaraknya hanya 150 juta km. Kita dapat melihat dengan jelas apa warnanya. Tetapi bintang-bintang yang lebih jauh dari Matahari berjarak trilyunan km lebih, dan sukar untuk diketahui, walaupun dengan teleskop yang paling kuat sekalipun.

Jadi para ilmuan membiarkan sinar bintang yang datang melewati filter-filter, atau melalui alat yang disebut spektograf. Ini mengungkapkan berapa banyak cahaya dari setiap panjang gelombang yang datang dari sebuah bintang.

Para astronom menetukan warna keseluruhan sebuah bintang dengan mencatat panjang gelombang cahaya mana yang paling kuat.

Begitu mereka mengetahui warnanya, maka mereka dapat menerka suhu permukaannya menggunakan rumus matematika sederhana. Dengan suhu itu, mereka juga bisa mendapatkan gambaran berapa umur bintang itu.

Tags: Dari Mana ya, Bintang-Bintang Mendapatkan Warnanya?, Kira-kira Dari Mana ya, Bintang-Bintang Mendapatkan Warnanya?

Source: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=7031776


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto