Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Thursday, January 30, 2014

Bintang Hypervelocity, Bintang dengan Kecepatan 3 Juta km Per Jam

Bintang Hypervelocity di galaksi Bima Sakti. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: Julie Turner, Vanderbilt University, ESA
Astronom menemukan 20 bintang hypervelocity (hypervelocity stars) yang mengorbit pusat Bima Sakti dalam kecepatan yang super cepat sehingga bisa menyebabkan bintang itu terlempar ke luar dari Bima Sakti. Bintang Hypervelocity merupakan bintang dengan kecepatan orbit yang berbeda dari bintang secara umum di dalam galaksi. Pertama kali kelas bintang ini ditemukan oleh astronom Jack Hills pada tahun 1988 dan kemudian keberadaannya dikonfirmasi oleh Warren Brown, Margaret Geller, Scott Kenyon, dan Michael Kurtz pada tahun 2005. Bintang Hypervelocity (HVS) diyakini berasal dari awan Magellan besar (Large Magellanic Cloud).

Saking cepatnya periode orbitnya, kecepatannya bisa mencapai 2 juta mil per jam (3.218.688 km / jam). Diperkirakan bintang ini terbentuk saat ada sistem bintang ganda (bintang biner) dimakan oleh lubang hitam yang ada di pusat Bima Sakti, kemudian lubang hitam itu memuntahkan kembarannya dan melemparkannya dalam kecepatan yang super cepat, unkap mahasiswa astronomi dari Ohio University, keith Hawkins.

Besar dari bintang Hypervelocity ini bisa mencapai 4 kali dari Matahari kita, tapi ada juga yang lebih kecil. Mengamati bintang Hypervelocity sangatah sulit bagaikan mencari jarum di tumpukkan jerami, sebab ada miliaran bintang di galaksi Bima Sakti. Untuk itu astronom menggunakan teleskop Palomar 5 meter di California.

Diperkirakan ada lebih dari 1000 bintang Hypervelocity di galaksi kita ini. Jika jumlah bintang di Bima Sakti ada 100 miliar, maka jumlah itu amat sangat kecil (~0.000001%). (SP, WKP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, January 29, 2014

Video, Ilmuwan Tunjukkan Cara Berkebun di Mars

Michaela Musilova, seorang peneliti muda dari Slovakia mencoba menunjukkan kepada kita bagaimana cara bercocok tanam di Mars. Kelak jika manusia tinggal dan hidup di Mars, mereka harus bisa memenuhi kebutuhan hidup seperti makanan termasuk sayuran, buah-buahan, air, daging, dan sebagainya. Semua itu bertujuan agar manusia bisa bertahan hidup dan melanjutkan keberlanjutan spesiesnya di sana.

Tantangannya adalah Mars sangat berbeda jauh dengan Bumi. Lingkungan di sana begitu ekstrem dan tandus perlu usaha ekstra untuk mendapatkan semuanya. Berbeda dengan Bumi yang seperti sebuah supermarket dimana kita tinggal mengambil apa yang kita perlukan. Mars sungguh sangat berbeda. Nah, bagaimana cara bercocok tanam di sana, Musilova akan menjelaskan kepada Anda.

Sebagai informasi, Michaela Musilova adalah seorang astrobiologi yang mempelajari organisme yang mempunyai kemampuan hidup di kondisi ekstrem seperti gletser, dataran tinggi, gurun, dan sebagainya. Tidak menutup kemungkinan jika manusia sudah bisa pergi ke Mars, Musilova juga akan meneliti organisme apa yang bisa hidup di lingkungan Mars. Musilova pertama kali menyelesaikan pendisikan sarjananya di University College London, kemudian ia melanjutkan ke Caltech dan saat ini ia bekerja sebagai peneliti di JPL (Jet Propulsion Laboratory) NASA.

Penasaran seperti apa cara berkebun di Mars. Silahkan lihat pada video berikut:

Robot Penjelajah Bulan Milik China, Yutu Dikabarkan Rusak

Foto Yutu di Bulan yang diambil oleh Lunar Lander Chang'e-3. Image credit: Chinese Academy of Science
Kabar mengejutkan datang dari robot penjelajah Bulan China, Yutu (Jade Rabbit). Dilaporkan oleh kantor berita Xinhua, Yutu mengalami masalah mekanik yang menyebabkannya tidak dapat bergerak seperti yang seharusnya.

Kegagalan mekanik itu kemungkinan disebabkan oleh kondisi Bulan yang memang begitu ekstrem baik kondisi permukaannya maupun temperatur yang turun begitu cepat di malam hari dan naik dengan cepat di pagi dan siang hari. Hal itulah menyebabkan Yutu rusak.

Setelah berita rusaknya Yutu menyebar di dunia maya seperti Twitter, Banyak warga China yang sedih dan merespon berita itu dengan dukungan kepada Chinese Academy of Science selaku pembuat sekaligus pengendali robot Yutu. Saat ini ilmuwan sedang mencari cara bagaimana agar Yutu bisa bergerak kembali. Klik di sini untuk melihat foto-foto robot Yutu di Bulan. (SD/ Adi Saputro, www.astronomi.us)

Saturday, January 25, 2014

Foto-foto Robot Penjelajah Bulan Milik China, Yutu dan Lunar Lander Chang'e-3 di Bulan

Setelah pendaratan sukses robot penjelalah China, Yutu di Bulan pada 14 Desember 2013 lalu, Chinese Academy of Science merilis foto-foto Yutu dan wahana lunar lander Chang'e-3 di Bulan. Foto-foto tersebut sangat bersih dan jelas sehingga sangat menakjubkan.

Foto-foto ini diambil dari kamera Yutu dan Chang'e-3 diantaranya adalah foto menjelang dan saat pendaratan Chang'e-3 dan berjalannya Yutu di lokasi yang disebut dengan Mare Imbrium. Tampak hamparan tanah dan batu Bulan yang berwarna abu-abu dan coklat dengan langit gelap gulita.

Kesuksesan China mendaratkan wahana penjelajahnya ke Bulan menjadikan negara tersebut sebagai negara ke-3 yang berhasil mendaratkan wahana di obyek dekat Bumi setelah Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Berikut ini foto-fotonya (klik gambar untuk memperbesar):

Foto panorama di Mare Imbrium yang memperlihatkan wahana Chang'e-3 dan Yutu serta panorama pemandangan Bulan.
Foto panorama Bulan yang diambil oleh kamera yang terpasang pada Chang'e-3 memperlihatkan Lunar Rover Yutu.
Foto Yutu diambil dari kamera Chang'e-3.
Sekilas Yutu mirip dengan wahana Opportunity NASA yang bertugas di Mars.
Menjelang pendaratan Chang'e-3 di Mare Imbrium.
Ini dia Chang'e-3, wahana pendarat Yutu. Foto diambil oleh kamera Yutu.
Sisi lain dari Chang'e-3 Lunar Lander.
Adanya bendera China di Chang'e-3 membuktikan bahwa teknologi mereka juga sanggup seperti Amerika.
Kendaraan kecil penjelajah Bulan ini melakukan manuver pertamanya di Bulan.
Foto Bumi dari Bulan yang diambil oleh kamera panorama pada Chang'e- Moon Lander. Foto pertama Bumi dari Bulan setelah 40 tahun lebih berlalu sejak pendaratan astronot NASA terakhir pada tahun 1972.

Note: All image credit: Chinese Academy of Sciences

(UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Teleskop Herschel Deteksi Uap Air Keluar dari Ceres

Ilustrasi Ceres mengorbit Matahari dan mengeluarkan uap air. Image credit: smh.com.au
Teleskop Herschel  memberikan penemuan yang berharga bagi para astronom. Teleskop Herschel berhasil mendeteksi uap air di Ceres, sebuah planet kerdil yang berada di sabuk utama asteroid antara Mars dan Jupiter. Ukuran Ceres lebih besar dari asteroid dan lebih kecil dari planet sehingga disebut dengan planet kerdil.

"Ini adalah pertama kalinya uap air terdeteksi di Ceres maupun di sabuk asteroid secara umum dan sekaligus membuktikan bahwa Ceres memiliki permukaan berupa lapisan es," ungkap Michael Kuppers dari ESA (European Space Agency).

Para ilmuwan percaya bahwa lapisan es tebal di bagian dalam Ceres jika mencair maka jumlahnya akan melebihi umlah air tawar yang ada di Bumi kita ini. Ketika Orbit Ceres berada lebih dekat dengan Matahari, maka suasana di planet kerdil itu menjadi lebih hangat menyebabkan uap air muncul dan terdeteksi oleh teleskop Herschel. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, January 24, 2014

Lubang Hitam Ultramasif Cegah Pembentukan Bintang di Cluster Galaksi RX J1532

Foto gas panas (berwarna ungu) di cluster galaksi RX J1532.9+3021 (RX J1532) dengan lubang hitam supermasif dengan massa seribu triliun kali lipat massa Matahari kita. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: X-ray: NASA/CXC/Stanford/J.Hlavacek-Larrondo et al, Optical: NASA/ESA/STScI/M.Postman & CLASH team
Para astronom dengan menggunakan teleskop Chandra berhasil mengungkap rahasia kekuatan salah satu lubang hitam yang dikenal sebagai lubang hitam dengan kekuatan super besar. Lubang hitam itu mampu menciptakan struktur yang bergitu besar didaerah yang dikelilingi oleh gas panas sehingga mencegah terbentuknya bintang dilingkungan ekstrim tersebut.

Lubang hitam tersebut berada dalam sebuah gugus galaksi bernama RX J1532.9+3021 (RX J1532) yang jaraknya 3,9 miliar tahun cahaya dari Bumi. Foto di atas adalah foto komposit yang dioleah dari data sinar X yang diperoleh teleskop Chandra. Dari foto tersebut tampak gas panas berwarna ungu di sekitar cluster galaksi yang berwarna kuning. Saking masifnya kekuatan dari lubang ini sehingga setara dengan satu kuadriliun atau seribu triliun kali lipat kekuatan Matahari kita, sangat..sangat..sangat luar biasa.

Jumlah gas panas yang luar biasa besar di pusat cluster galaksi menyimpan teka-teki. Gas panas memancarkan sinar X yang dingin sehingga kepadatan gas di pusat galaksi harusnya mendingin dengan cepat. Tekanan gas yang mendingin kemudian akan masuk lebih dalam ke dalam galaksi sehingga akan membentuk miliaran bintang. Tapi anehnya tidak ditemukan satu bukti pun adanya bintang yang terbentuk. Sangat aneh sekali.

Penemuan ini sangat mengejutkan. Mengapa bintang tidak terbentuk padahal bahan baku pembentukan bintang begitu melimpah di sana?? Citra dari teleskop Chandra dan NSF's Karl G. Jansky VLA (Very Large Array) memberikan petunjuk jawaban atas teka-teki ini. Foto Sinar X yang diperoleh memperlihatkan adanya dua rongga besar di dalam gas panas pada sisi lain pusat galaksi. Lubang hitam supermasih terletak diantara kedua rongga dan menciptakan pancaran jet supersonik yang menembus gas panas dan mendorongnya ke samping (ke luar). Rongga itu kemudian meluas dan melepaskan energi yang menimbulkan panas yang mencegah gas untuk mendingin. Dan itulah yang menyebabkan bintang tidak terbentuk.

Untuk menghasilkan jet supersonik yang sangat dahsyat, lubang hitam haruslah mengkonsumsi banyak massa. Tapi ternyata lubang hitam yang satu ini lebih efisien. Lubang hitam ini mampu menghasilkan energi super besar dengan konsumsi bahan yang sedikit. Hal itu terungkap setelah tidak ditemukannya emisi sinar X sebagai hasil dari materi yang "dimakan" lubang hitam. Bagaiamana cara lubang hitam itu menghasilkan energi besar dari konsumsi materi yang sedikit?? Lubang hitam dengan massa 10 miliar kali Matahari kita jika berputar dengan sangat cepat maka akan menghasilkan jet yang lebih besar dari lubang hitam yang berputar perlahan dengan konsumsi materi yang sama.

Selain ditemukan dua rongga tadi, ternyata ada pula satu rongga lain yang ternyata tidak selaras dengan jet lubang hitam. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Kehidupan Sempat Ada di Mars Selama Ratusan Juta Tahun Sebelum Akhirnya Lenyap

Formasi batuan yang terdapat di suatu daerah Mars yang diduga merupakan sebuah danau. Struktur permukaan yang pecah terbuka pada batu memperkuat bukti pernah adanya air yang sedikit demi sedikit memahat batu itu menjadi seperti di atas. Batu tersebut tahan terhdap erosi yang diakibatkan oleh angin sehingga bentuknya tidak berubah. Klik gambar untuk mmperbesar. Image cerdit: Science/AAAS
Berdasarkan penelitian terbaru yang dilakukan para ilmuwan, mereka menyimpulkan bahwa Planet Mars dahulu pernah mampu menunjang kehidupan selama beberapa ratus juta tahun sebelum akhirnya lenyap seperti saat ini. Hal itu didapat dari wahana Opportunity yang telah menjelajah Mars selama lebih dari 10 tahun. Opportunity menemukan bukti bahwa air dengan tingkat keasaman netral pernah mengalir di planet tersebut 4 miliar tahun yang lalu. Bukti ini diperkuat dengan temuan Curiosity yang dipublikasikan pada 23 Januari 2014 yang menemukan sebuah tempat yang dulu adalah sebuah danau dan sistem air tanah yang pada waktu itu sangat berpotensi untuk adanya kehidupan sekitar 3,7 miliar tahun lalu.

"Air di danau itu pernah ada dalam jangka waktu yang lama," ungkap Ray Arvidson selaku principal investogator Opportunity. Lanjut ia mengatakan bahwa organisme primitif telah mampu bertahan hidup di Mars dalam jangka waktu yang lama, hampir mirip saat kehidupan di Bumi berawal.

Tidak lama setelah Opportunity mendarat di Mars, wahana MRO (Mars Reconnaissance Orbiter) NASA mendapati sebuah citra mineral lempung yang akaya akan aluminium di sekitar daerah yang dikenal sebagai Matijevic Hill. Dari situ kemudian Opportunity diarahkan untuk menuju ke lokasi tersebut. Setelah sampai di sana Opportunity mendapati fakta bahwa batuan yang ada di sana merupakan batuan yang sangat kuno yang usianya sekitar 4 miliar tahun. Batuan tersebut memiliki banyak formasi retakan yang menjadi bukti bahwa air berwujud cair pernah mengalir dalam waktu lama di tempat itu. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Pakaian Astronot ini Mampu Lindungi Astronot dari Efek Gravitasi Mikro Luar Angkasa

Uji coba skinsuit di fasilitas laboratorium gaya berat mikro. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA, Waldie
Efek gravitasi mikro di luar angkasa ternyata berakibat pada kesehatan para astronot khususnya pada tulangnya. Gaya gravitasi mikro menyebabkan tulang astronot menjadi memanjang dan menimbulkan rasa sakit yang amat sangat. Rasa sakit yang dirasakan umumnya terjadi di daerah punggung. Itu mereka rasakan saat mereka kembali ke Bumi dan bekerja seperti biasa. Untuk itulah Lembaga Antariksa Eropa (ESA) mendesain sebuah pakaian khusus yang bisa melindungi tubuh astronot dari pengaruh gaya berat mikro luar angkasa. Pakaian atau skinsuit ini sangat ketat sehingga seolah-olah meremas dan menekan tubuh manusia namun tetap nyaman dipakai.

Skinsuit yang dirancang ESA telah diuji coba dalam laboratorium simulasi gaya berat mikro oleh beberapa astronot dan hasilnya mereka cukup puas dengan performa skinsuit ini. Simon Evetts dari ESA selaku pimpinan riset skinsuit ini menyatakan bahwa mendesain pakaian seperti itu sangat menantang, ia mengungkapkan bahwa pakain tersebut harus benar-benar pas ukurannya sehingga dapat diperoleh manfaat yang dikehendaki dan tentunya harus nyaman dipakai.

Setelah melalui lab grabitasi mikro kemudian ilmuwan dengan menggunakan berbagai instrumen mengukur sejauh mana efek gravitasi mikro mempengaruhi tubuh astronot setelah memakai skinsuit. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA, Waldie
Skinsuit ini tampak biasa dari luar tapi memiliki teknologi canggih di dalamnya. Skinsuit ini dilengkapi dengan berbagai sensor untuk mendeteksi adanya perubahan pada tubuh astronot. Skinsuit ini sendiri terbuat dari bahan spandex dan rencananya akan digunakan pada misi penerbangan astronot ke ISS pada tahun 2015. Sebagai tambahan informasi, biasanya astronot bertugas di ISS sekitar enam bulan bahkan lebih, dan dengan adanya pakaian ini tubuh mereka akan terlindungi.(SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto