Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Friday, January 24, 2014

Kehidupan Sempat Ada di Mars Selama Ratusan Juta Tahun Sebelum Akhirnya Lenyap

Formasi batuan yang terdapat di suatu daerah Mars yang diduga merupakan sebuah danau. Struktur permukaan yang pecah terbuka pada batu memperkuat bukti pernah adanya air yang sedikit demi sedikit memahat batu itu menjadi seperti di atas. Batu tersebut tahan terhdap erosi yang diakibatkan oleh angin sehingga bentuknya tidak berubah. Klik gambar untuk mmperbesar. Image cerdit: Science/AAAS
Berdasarkan penelitian terbaru yang dilakukan para ilmuwan, mereka menyimpulkan bahwa Planet Mars dahulu pernah mampu menunjang kehidupan selama beberapa ratus juta tahun sebelum akhirnya lenyap seperti saat ini. Hal itu didapat dari wahana Opportunity yang telah menjelajah Mars selama lebih dari 10 tahun. Opportunity menemukan bukti bahwa air dengan tingkat keasaman netral pernah mengalir di planet tersebut 4 miliar tahun yang lalu. Bukti ini diperkuat dengan temuan Curiosity yang dipublikasikan pada 23 Januari 2014 yang menemukan sebuah tempat yang dulu adalah sebuah danau dan sistem air tanah yang pada waktu itu sangat berpotensi untuk adanya kehidupan sekitar 3,7 miliar tahun lalu.

"Air di danau itu pernah ada dalam jangka waktu yang lama," ungkap Ray Arvidson selaku principal investogator Opportunity. Lanjut ia mengatakan bahwa organisme primitif telah mampu bertahan hidup di Mars dalam jangka waktu yang lama, hampir mirip saat kehidupan di Bumi berawal.

Tidak lama setelah Opportunity mendarat di Mars, wahana MRO (Mars Reconnaissance Orbiter) NASA mendapati sebuah citra mineral lempung yang akaya akan aluminium di sekitar daerah yang dikenal sebagai Matijevic Hill. Dari situ kemudian Opportunity diarahkan untuk menuju ke lokasi tersebut. Setelah sampai di sana Opportunity mendapati fakta bahwa batuan yang ada di sana merupakan batuan yang sangat kuno yang usianya sekitar 4 miliar tahun. Batuan tersebut memiliki banyak formasi retakan yang menjadi bukti bahwa air berwujud cair pernah mengalir dalam waktu lama di tempat itu. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Pakaian Astronot ini Mampu Lindungi Astronot dari Efek Gravitasi Mikro Luar Angkasa

Uji coba skinsuit di fasilitas laboratorium gaya berat mikro. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA, Waldie
Efek gravitasi mikro di luar angkasa ternyata berakibat pada kesehatan para astronot khususnya pada tulangnya. Gaya gravitasi mikro menyebabkan tulang astronot menjadi memanjang dan menimbulkan rasa sakit yang amat sangat. Rasa sakit yang dirasakan umumnya terjadi di daerah punggung. Itu mereka rasakan saat mereka kembali ke Bumi dan bekerja seperti biasa. Untuk itulah Lembaga Antariksa Eropa (ESA) mendesain sebuah pakaian khusus yang bisa melindungi tubuh astronot dari pengaruh gaya berat mikro luar angkasa. Pakaian atau skinsuit ini sangat ketat sehingga seolah-olah meremas dan menekan tubuh manusia namun tetap nyaman dipakai.

Skinsuit yang dirancang ESA telah diuji coba dalam laboratorium simulasi gaya berat mikro oleh beberapa astronot dan hasilnya mereka cukup puas dengan performa skinsuit ini. Simon Evetts dari ESA selaku pimpinan riset skinsuit ini menyatakan bahwa mendesain pakaian seperti itu sangat menantang, ia mengungkapkan bahwa pakain tersebut harus benar-benar pas ukurannya sehingga dapat diperoleh manfaat yang dikehendaki dan tentunya harus nyaman dipakai.

Setelah melalui lab grabitasi mikro kemudian ilmuwan dengan menggunakan berbagai instrumen mengukur sejauh mana efek gravitasi mikro mempengaruhi tubuh astronot setelah memakai skinsuit. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA, Waldie
Skinsuit ini tampak biasa dari luar tapi memiliki teknologi canggih di dalamnya. Skinsuit ini dilengkapi dengan berbagai sensor untuk mendeteksi adanya perubahan pada tubuh astronot. Skinsuit ini sendiri terbuat dari bahan spandex dan rencananya akan digunakan pada misi penerbangan astronot ke ISS pada tahun 2015. Sebagai tambahan informasi, biasanya astronot bertugas di ISS sekitar enam bulan bahkan lebih, dan dengan adanya pakaian ini tubuh mereka akan terlindungi.(SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, January 21, 2014

Wahana Opportunity Temukan Batu Misterius di Mars

Pada foto sebelah kiri dihari ke 3528, batu jelly doughnut belum ada, tapi selang beberapa hari yakni hari ke 3540, muncullah batu tersebut. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech
Setelah lama menjelajahi permukaan planet Mars selama lebih kurang sepuluh tahun sejak mendarat Januari 2004, wahana Opportunity banyak memberikan penemuan yang mengejutkan kita semua. Salah satunya adalah misteri sebuah batu yang sangat aneh dan sampai saat ini ilmuwan belum mengetahui dari mana batu ini berasal. Karena setelah dilihat dengan seksama, batu itu tampaknya berbeda dari batu yang ada di sekelilingnya. Batu itu seperti tanah liat yang baru terbentuk. Pertanyaannya mungkinkah saat ini di Mars memungkinkan untuk terbentuknya tanah liat seperti itu?? Menurut para ilmuwan tanah liat hanya bisa terbentuk puluhan atau bahkan ratusan juta tahun yang lalu saat planet tersebut masih dalam keadaan "basah" yang memiliki tingkat keasaman netral.  Batu aneh ini disebut oleh ilmuwan sebagai jelly doughnut yang berarti Donat Jelly.

Pada foto sebelumnya di hari ke 3528 batu tersebut belum ada, namun anehnya pada foto yang diambil hari 3540, batu itu tiba-tiba muncul dan menampakkan diri. Lalu dari manakah sebenarnya batu itu berasal ???

Ilmuwan Steve Squyres dari Cornell University yang mewakiliki NASA memberikan dua jawaban. Bisa jadi akibat manuver dari wahana Opportinity atau bisa juga merupakan material yang keluar sebagai akibat dari tumbukan meteorit atau proses dari dalam Mars sendiri. Namun untuk kepastiannya, mereka akan menelitinya lebih lanjut. "Mars bukanlah tempat yang statis (tetap) tapi ada proses yang berjalan di dalamnya", ungkap Squyres. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, November 9, 2013

Roket Masa Depan NASA Diuji di Terowongan Angin

Roket SLS NASA diuji di terowongan angin. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Dalam membuat suatu model kendaraan seperti roket, ilmuwan tidak harus melakukan pengujian dengan menerbangkan roket sungguhan ke langit tapi cukup dengan mensimulasikan penerbangannya di dalam terowongan angin. Hal itu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh angin terhadap model roket yang dibuat. Itulah yang dilakukan oleh NASA di NASA's Ames Research Center di Moffett Field, California dengan menguji desain roket masa depan mereka, SLS (Space Launch System).

Roket SLS sangatlah penting bagi NASA sebab roket itu adalah generasi penerus dari pesawat ulang alik yang mereka pensiunkan beberapa waktu lalu. Roket SLS diklaim memiliki kemampuan tinggi dengan biaya yang sangat murah dan hemat. Biaya yang hemat ini selanjutnya dapat digunakan untuk membiayai misi-misi NASA yang lain. Kemampuan SLS dengan kapsul Orion sebagai modulnya, dinilai mampu untuk membawa astronot menuju asteroid dan planet Mars dan misi-misi jauh lainnya.

tes diterowongan angin akan membuat para insiyur NASA mengetahui bagaimana pengaruh angin terhadap roket, seberapa besar model tersebut memiliki aerodinamika yang baik, seberapa besar getaran yang diterima roket dan batas toleransi yang bisa diterima dan sebagainya. Sebab bila roket mengalami getaran hebat maka akan sangat membahayakan. "Tes aeroakustik akan diselesaikan di NASA's Ames Research Center untuk meneliti ketidakstabilan aerodinamika," ungkap John Blevins selaku pemimpin departemen Aerodinamika dan akustik di NASA's Marshall Space Flight Center, Alabama.

Setidaknya ada empat variasi model kargo dan misi berawak dicoba dalam terowongan angin termasuk dengan mensimulasikan roket membawa kargo seberat 77 ton. Getaran yang muncul dari uji coba akan dianalisa. "karena getaran sangat terlokalisasi, maka ia dapat mempengaruhi bagaimana hardware pada roket dapat bekerja, ucap Andy Herron analis aeroakustik NASA. "Tugas kami adalah merancang sesuatu seperti kotak avionik. Kita akan menentukan bagimana perangkat keras atau hardware ditempatkan pada kendaraan agar tetap berfungsi dengan baik," tambah Andy.

Tes yang dilakukan daam terowongan angin sangat ekstrem. Roket SLS diuji dengan angin berkecepatan hingga 850 meter per detik. Harapannya calon roket terbesar di dunia itu bisa terbang dengan baik pada 2021 nanti. (ST, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, November 6, 2013

India Sukses Luncurkan Wahana Pengorbit ke Mars (Video)

Tanggal 5 September 2013 kemarin India sukses meluncurkan wahana Mars Orbiter ke planet Mars. Wahana India's Mars Orbiter itu diluncurkan dari Satish Dhawan Space Center di Sriharikota, India. Berikut ini Videonya
Info lebih lengkap silahkan klik di sini (Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, November 1, 2013

5 November Nanti India Akan Luncurkan Wahana Pengorbit ke Mars

Insinyur ISRO sedang mempersiapkan wahana India's Mars Orbiter. Image credit: ISRO
India, salah satu negara di benua Asia yang memiliki program luar angkasa terbaik, kini tengah bersiap untuk meluncurkan sebuah wahana pengorbit ke planet Mars. Misi yang disebut dengan Mars Orbiter Mission (MOM) itu semakin membuat persaingan teknologi luar angkasa semakin berlangsung sengit diantara negara-negara di benua Amerika, Eropa, dan Asia. Tujuan India mengirim wahana ke planet merah adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan mereka dibidang teknologi luar angkasa selain untuk melakukan beberapa penelitian ilmiah.

Wahana India's Mars Orbiter seberat 1,3 ton dengan dilengkapi dengan berbagai instrumen penelitian akan digunakan untuk mempelajari permukaan, topografi, dan atmosfer planet Mars. Wahana itu nantinya juga ditugaskan untuk mencari bukti keberadaan metana yang saat ini juga sedang dicari oleh robot penjelajah NASA, Curiosity.
Berbagai instrumen penelitian disematkan pada IMO. Image credit: ISRO
Selain menuai pujian dari banyak pihak, tak jarang juga yang mengkritik pemerintah India yang dinilai telah melakukan pemborosan sebab masih banyak hal yang sebanrnya harus dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat India yang mayoritas masih hidup dalam kemiskinan. Namun menurut mantan ilmuwan senior ISRO (Indian Space Research Organisation) K.R. Sridhara Murthy, beranggapan bahwa misi ini akan menjadi batu loncatan untuk banyak kemajuan India dimasa depan. Tapi ia menambahkan bahwa pemerintah juga tidak boleh mengesampingkan perhatian terhadap kesejahteraan masyarakatnya sendiri.
Roket PSLV-C25 yang digunakan untuk meluncurkan IMO. Image credit: ISRO
Untuk misi ke Mars, pemerintah India menganggarkan sekitar $70 juta dan ini relatif sangat kecil jika dibandingkan dengan misi NASA yang satu wahananya saja bisa menghabiskan dana ratusan juta dollar. Kita lihat saja pada 5 November 2013 nanti. Jika misi ini berhasil, maka India akan menjadi yang keempat yang berhasil menjalankan misi di Mars selain Rusia, Amerika Serikat, dan ESA (European Space Agency). (MD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, October 31, 2013

Mengenal Cincin Jupiter / Cincin Jovian

Sistem cincin Jupiter (cincin Jovian). Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL
Selama ini kebanyakan orang hanya mengenal planet Saturnus sebagai satu-satunya planet di tata surya yang memiliki cincin, padahal pada kenyataannya planet-planet lain juga memilikinya seperti planet Jupiter, Uranus, dan Neptunus. Cincin Jupiter atau yang sering disebut juga dengan cincin Jovian, pertama kali diamati oleh wahana Voyager 1 pada tahun 1979 yang kemudian pada tahun 1990 cincin Jupiter mulai diteliti secara intensif. Selama 23 tahun terakhir, teleskop Hubble juga terus mengamati cincin planet Jupiter.

Cincin Jupiter tidak sepopuler cincin Saturnus yang kemungkinan disebabkan oleh penampakannya yang samar dan gelap. Cincin Jupiter sebagian besar terdiri dari debu dan memiliki empat bagian/ lapisan utama. Bagian utama dan bagian lain yang dikenal sebagai cincin halo, berasal dari satelit alam/ bulan Jupiter yakni Metis dan Adrastea serta obyek kecil lainnya. Berdasarkan data dari wahana New Horizon yang melintasi planet Jupiter pada tahun 2006 didapat informasi bahwa struktur utama dari cincin Jupiter merupakan struktur halus. Dengan menggunakan filter inframerah, bagian utama dari cincin (kecuali cincin halo) memiliki warna kemerahan. Cincin halo sendiri cenderung berwarna biru. Ukuran dari partikel debu yang ada pada cincin utama berariasi dan yang terbesar berukuran sekitar 15 meter. Sedangkan pada cincin halo, terdiri dari partikel debu yang sangat kecil yakni hanya berukuran beberapa mikro. Cincin lain dimungkinkan untuk ada di sekitar orbit bulan Himalia. Kemungkinan ada bulan kecil yang menabrak Himalia yang menyebabkan beberapa serpihan Himalia terhempas ke luar dan membentuk cincin Jupiter. Dua laipsan paling lebar dari cincin saturnus berada pada orbit bulan Amalthea dan Thebe.

Cincin Amalthea merupakan bagian dari cincin Jupiter yang sangat lebar namun juga sangat tipis. Lebar lapisan cincin ini sekitar 53 ribu km dengan tebal cincin 2300 km. rata-rata partikel debu yang ada pada bagian cincin ini berkisar antara 0,2-5 meter. Cincin Thebe adalah bagian terluar sekaligus menjadi bagian terlebar dari cincin Jupiter. Bagian cincin ini memiliki lebar 97 ribu km dengan ketebalan 8400 km. Berdasarkan laporan dari wahana luar angkasa Galileo pada tahun 2002-2003, ukuran partikel debu dari bagian lapisan ini tidak jauh beda dengan lapisan Thebe.
Cincin Himalia yang ditemukan wahana New Horizon. Image credit: NASA
Selain keempat bagian atau lapisan cincin tadi, ternyata wahana New Horizon berhasil menemukan satu bagian lagi dari cincin Jupiter yang lebih kecil yang disebut cincin Himalia. Lapisan cincin ini adalah yang paling kecil yakni berdiameter 170 km. (WKP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Planet Kepler-78b, Planet Pertama yang Dikonfirmasi Memiliki Struktur Batuan Mirip Bumi

Ilustrasi planet kepler-78b mengorbit bintangnya hanya 8,5 jam saja. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: David A. Aguilar (CfA)
Astronom berhasil menemukan sebuah planet yang memiliki struktur batuan mirip seperti Bumi. Planet tersebut adalah Kepler-78b. Planet Kepler-78b juga mempunyai ukuran yang tidak jauh berbeda dengan Bumi yakni sekitar 1,7 kali massa Bumi dan 1,2 kali radius Bumi. Planet Kepler-78b mengorbit bintangnya dengan sangat cepat yaitu sekitar 8,5 jam saja. Itu membuat planet ini sangat tidak layak untuk mendukung adanya kehidupan dikarenakan suhunya terlalu panas. Namun banyak hal baru yang bisa diambil dari planet ini. Kepler-78b menjadi planet pertama yang dikonfirmasi memiliki ukuran dan massa yang hampir mirip dengan Bumi, dari situ ilmuwan bisa mengetahui tingkat kepadatan dan material penyusun planet tersebut. Diperkirakan mayoritas material penyusun Kepler-78b terdiri dari batu dan besi. Bintang dari planet ini sedikit lebih kecil dari Matahari kita dan berjarak 400 tahun cahaya dari Bumi di konstelasi Cygnus.
Perbandingan ukuran planet Kepler-78b dengan Bumi. Image credit: David A. Aguilar (CfA)
Planet Kepler-78b pertama kali diamati oleh teleskop pemburu planet, Kepler. Kemudian dengan menggunakan teleskop berbasis Bumi, astronom mempelajari periode kecepatan orbitnya. Tim astronom yang dipimpin oleh Andew Howard dari University of Hawaii melakukan pengamatan lebih intensif lagi dengan teleskop di Keck Observatory dan tim lainnya yang dipimpin oleh Francesco Pepe dari University of Geneva mengamatinya menggunakan teleskop di Observatorium La Palma di kepulauan Canary.

Direncanakan penelitian Kepler-78b akan dipresentasikan pada pertemuan Kepler Science Conference tanggal 4-8 November di Ames, Iowa, Amerika Serikat. Lebih dari 400 astrofisikawan dari Australia, China, Amerika, dan negara Amerika latin akan mengikuti konfrensi tersebut. (NS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto