Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Wednesday, October 23, 2013

Saking Besarnya Gaya Gravitasi, Galaksi ini Bisa Berfungsi Sebagai Kaca Pembesar

Obyek yang disebut J1000+0221 yang sebenarnya merupakan sebuah galaksi dengan gravitasi super besar. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/ESA/A. van der Wel
Secara kebetulan teleskop Hubble berhasil menangkap sebuah obyek yang disebut J1000+0221 yang merupakan sebuah lensa gravitasi dari sebuah galaksi yang terletak 9 miliar tahun cahaya dari Bumi. Foto yang diambil oleh teleskop Hubble tersebut sebenarnya foto dari dua buah galaksi. Galaksi pertama adalah galaksi yang menciptakan efek lensa (seperti kaca pembesar) yang memperjelah tampilan dari galaksi yang berada sejalan dengannya namun lebih jauh lagi jaraknya. Ilmuwan NASA menyebut fenomena ini sebagai lensa gravitasi dan pertama kalinya fenomena ini diteorikan oleh fisikawan terkenal dunia, Albert Einstein. "Penemuan ini benar-benar secara kebetulan," ungkap Arjen van der Wel dari Max Planck Institute for Astronomy di Heidelberg, Jerman.

Tingkat keselarasan obyek J1000+0221 dengan galaksi dibelakangnya sangat sempurna sehingga bisa terbentuk "cincin" di sekitar obyek. Ilmuwan mengatakan bahwa hal ini sangatlah jarang dan mereka merasa begitu beruntung melihat fenomena ini. Lebih jauh ilmuwan mengungkapkan bahwa galaksi yang ada di belakang obyek J1000+0221 diperbesar 22 kali lipat oleh lensa gravitasi tersebut. Berikut adalah prinsip kerja bagaimana fenomena itu ada dan diamati oleh teleskop Hubble.
Prinsip kerja dari pengamatan obyek J1000+0221. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: ALMA (ESO/NRAO/NAOJ), L. Calçada (ESO), Y. Hezaveh
Diperkirakan galaksi lensa memiliki tingkat pembentukkan bintang yang sangat banyak sehingga mampu menciptakan gravitasi yang mampu berfungsi seperti kaca pembesar. "Ini adalah penemuan yang aneh dan menarik, dan itu benar-benar kebetulan. Ini akan menjadi bab baru dalam pengertian kita tentang evolusi galaksi di alam semesta pada masa lalu," tambah Arjen van der Wel. (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Kapsul Cygnus Mulai Meninggalkan ISS dan Akan "Bunuh Diri" di Atmosfer Bumi

Kapsul Cygnus undocking dengan ISS. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Kapsul / modul Cygnus buatan Orbital Sciences Corp yang telah merapat dengan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) selama hampir satu bulan akhirnya pada hari Selasa 22 Oktober 2013 kemarin mulai meninggalkan ISS. Kapsul Cygnus akan memasuki atmosfer Bumi untuk kemudian "menghancurkan" dirinya.

Tidak seperti kapsul Dragon milik SpaceX yang reusable dan memiliki kemampuan untuk kembali ke Bumi, kapsul Cygnus Orbital Sciences tidak memiliki kemampuan untuk itu. Kapsul tersebut hanya untuk sekali pakai. Rencananya kapsul itu akan masuk ke atmosfer Bumi di atas Samudera Pasifik sebelah Timur dari Selandia Baru. Kapsul Cygnus akan "bunuh diri" bersama dengan sampah yang diangkut dari ISS. (ST, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, October 19, 2013

Asteroid 2013 TV135 Berpotensi "Menghantam" Bumi Pada 2032

Asteroid. Image credit: NASA/Caltech
Dilaporkan oleh media berita Rusia, RIA Novosti bahwa astronom Ukraina dari Crimean Astrophysical Observatory baru-baru ini menemukan asteroid dengan diamater 400 meter yang diberi nama 2013 TV135 yang saat ini sedang berada pada lintasan yang berbahaya dan berpotensi menghantam Bumi pada tahun 2032. Diperkirakan kekuatan hantaman asteroid ini sebesar 2,5 mega ton TNT. Hal itu diperkuat juga dengan pernyataan dari Wakil Perdana Menteri Rusia, Dmitry Rogozin melalui akun Twitternya yang membenarkan bahwa ditemukan sebuah asteroid berukuran 400 meter yang dapat mengancam Bumi.
Perkiraan sementara lintasan orbit asteroid 2013 TV135 yang diperkirakan menabrak Bumi pada tahun 2032. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL/Caltech
Astronom hanya memiliki waktu sekitar satu minggu untuk meneliti asteroid ini sebelum bergerak lebih jauh untuk kemudian datang dengan jarak yang lebih dekat pada empat tahun ke depan. Oleh sebab itu astronom dari Minor Planet Center di Inggris akan meneliti lebih lanjut dengan meningkatkan keakuratan perhitungan dan prediksi lintasan asteroid 2013 TV135. NASA melalui JPL juga akan ikut mengamati asteroid ini dan mereka tentu juga akan melakukan perhitungan dengan instrumen canggih yang dimiliki, terlebih mereka juga memiliki program Near-Earth Object yang bertujuan untuk mencaritahu adanya obyek yang berpotensi membahayakan Bumi. (NS, PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Dalam Satu Jam, Data Center NASA Menyimpan Ratusan Terabyte Data

Super computer NASA, Pleiades yang ada di NAS (NASA Advanced Supercomputing). Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Sebagai lembaga antariksa terbesar di dunia dengan puluhan bahkan ratusan misi serta wahana, NASA membutuhkan suatu media yang mampu menyimpan data dalam jumlah yang sangat banyak. Setiap harinya wahana NASA yang berada di luar angkasa mengirimkan ratusan bahkan ribuan paket data per wahana. NASA membutuhkan data center raksasa sebagai pusat penyimpanan datanya sehingga data yang dikirim wahana dapat disimpan untuk kemudian diteliti dan dipelajari serta digunakan sebagai arsip NASA. Eric De Jong selaku peneliti visualisasi sistem NASA mengungkapkan bahwa ratusan terabyte data diterima NASA dalam setiap jamnya. Sebagai gambaran bahwa data sebanyak satu terabyte jika dicetak pada kertas akan membutuhkan bahan baku kertas sebanyak 50.000 pohon. Super computer / komputer super cepat yang ada pada data center raksasa sangat mutlak diperlukan untuk dapat mengakomodir kebutuhan data yang terus bertambah tersebut. Dalam satu data center, NASA bisa memiliki beberapa super computer. Salah satunya super computer Pleiades yang ada di NAS (NASA Advanced Supercomputing), Mauntain View, California. Super computer Pleiades memiliki processor Intel Xeon 162,496 (32,768 additional GPU cores), RAM total 417 TB, total data yang bisa disimpan 9,3 petabyte (1 Petabyte = 1024 Terabyte, 1 Terabyte = 1024 Gigabyte).

Menurut Eric De Jong, ada tiga aspek penting dalam pengelolaan data yakni penyimpanan, pengolahan, dan akses. Ibarat perpustakaan raksasa, para librarian harus membuat suatu sistem dimana ketika pembaca ingin mencari suatu buku atau dokumen tertentu, mereka akan dapat dengan mudah mendapatkannya dan itulah salah satu tugas dari Eric. Ia menambahkan bahwa saat ini mereka sedang membangun sebuah software yang mampu menghandle data secara massal. meningkatnya trend cloud computing juga mendorong ilmuwan NASA untuk semakin berfikir kreatif. Menurut mereka daripada membuat hardware yang berbiaya mahal, mereka lebih memilih untuk membuat softwarenya sehingga dapat menekan pengeluaran anggaran yang saat ini dirasa sangat besar.
John Kusterer, kepala Atmospheric Science Data Center (ASDC) sedang berada di dalam data center. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
NASA memiliki data center yang salah satunya berada di Langley Virginia. Ruang data center yang disebut Atmospheric Science Data Center (ASDC) mengumpulkan data dari wahana Cloud-Aerosol Lidar and Infrared Pathfinder Satellite Observations (CALIPSO) yang mengumpulkan segala informasi tentang atmosfer Bumi. Data center ini menyimpan data sebesar 16 petabyte dan memiliki kebih dari 1000 processor komputer untuk mengumpulkan dan mengolah data yang masuk. Satu petabyte setara dengan kita menonton video HD (High Definition) selama 13,3 tahun. Oleh sebab itu bisa dikatakan bahwa NASA adalah pemilik data astronomi terbesar di dunia. (NS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, October 15, 2013

Sepuluh Tahun Mengarungi Tata Surya, Wahana Rosetta Akan Dibangkitkan dari "Tidur" Panjangnya

Ilustrasi wahana Rosetta dan Philae landing craft mendekati untuk kemudian mendarat di komet 67P/Churyumov-Gerasimenko
Setelah 10 tahun lamanya menempuh perjalanan di luar angkasa, akhirnya wahana tanpa awak miliki ESA (European Space Agency) yang bertugas untuk meneliti komet 67P/Churyumov-Gerasimenko akan memasuki fase start dalam waktu 100 hari ke depan setelah melalui masa hibernasi. Sejak 11 Oktober 2013 lalu, ESA telah melakukan hitung mundur selama 100 hari ke depan wahana itu akan dibangkitkan dari tidur panjangnya selama 2,7 tahun. Wahana bernama Rosetta tersebut diluncurkan pada Maret 2004 dengan menggunakan roket Ariane 5 untuk mengungkap sejarah, komposisi, dan evolusi dari komet kuno 67P/Churyumov-Gerasimenko yang merupakan sisa-sisa dari terbentuknya sistem tata surya 4,5 miliar tahun yang lalu. Nama "Rosetta" sendiri diambil dari nama batu Mesir kuno yang ditemukan di kota Rashid, dekat sungai Roseta yang berisi tentang petunjuk membaca huruf hiroglif Mesir dalam bahasa Yunani kuno.
Peluncuran wahana Rosetta dengan roket Ariane 5 pada Maret 2004. Image credit: ESA
Tidak seperti wahana tanpa awak lainnya, wahana Rosetta ini dilengkapi dengan robot pendarat yang disebut Philae landing craft yang bisa mendarat dan menempel di permukaan komet.
Rute perjalanan wahana Rosetta. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: ESA
Seperti wahana Voyager NASA yang sudah lebih dari 36 tahun mengarungi kejamnya samudera luar angkasa, wahana Rosetta juga sudah mengalami ekstrimnya kondisi samudera tersebut. Selama 10 tahun, wahana Rosetta sudah melewati Bumi sebanyak tiga kali takni pada Maret 2005, November 2007, dan November 2009. Melewati Mars pada Februari 2007, melewati asteroid Steins pada September 2008, melewati asteroid Lutetia pada Juli 2010 dan sejak Juni 2011, wahana Rosetta memulai kembali tidur panjangnya dan semakin jauh menjelajah tata surya. Saat ini status wahana tersebut berada dalam fase hibernasi untuk menghemat dan menyimpan tenaga. Panel surya mengarah pada posisi sedemikian rupa sehingga dapat dengan maksimal mendapatkan energi Matahari untuk disimpan dan digunakan seminimal mungkin. Hanya komputer dan penghangat instrumen yang tetap aktif agar wahana tidak membeku. Dan setelah 31 bulan sejak Juni 2011, wahana Rosetta akan dibangkitkan oleh ESA dari tidurnya pada 20 Januari 2014.

Setelah bangun dari tidurnya, wahana Rosetta akan menghangatkan sistem navigasi yang ada pada dirinya untuk kemudian berhenti berputar dan mengarahkan antena utamanya ke Bumi untuk bisa berkomunikasi dengan Bumi dan mencari tahu apakah wahana itu masih berfungsi normal atau tidak. saat itu diperkirakan wahana Rosetta berada pada jarak 9 juta km dari komet 67P/Churyumov-Gerasimenko dan akan terus mendekat dengan manuver utama pada Mei 2014. Setelah melakukan pemetaan komet 67P/Churyumov-Gerasimenko, robot pendarat Philae akan diturunkan pada lokasi yang tepat pada November 2014. Philae akan meneliti nukleus komet dan menganalisa komposisi ilmiahnya.

Awalnya wahana Rosetta tidak dibuat untuk meneliti komet 67P/Churyumov-Gerasimenko. Wahana tersebut ditujukan untuk meneliti komet Comet 46P/Wirtanen. Tapi karena terjadi insiden gagalnya roket Ariane pada Desember 2002 menyebabkan jadwal peluncuran wahana Rosetta diundur selama 14 bulan. AKibatnya sasaran obyek penelitianpun dirubah dan komet 67P/Churyumov-Gerasimenko terpilih menjadi gantinya. Misi wahana Rosetta ini diadwalkan berakhir pada Desember 2015.

Alasan kuat mengapa ESA sangat tertarik mempelajari komet adalah karena komet begitu berjasa sebagai "pembawa" air di Bumi dan membuat Bumi menjadi layak untuk terciptanya kehidupan. (AS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Monday, October 14, 2013

Foto Matahari Terbenam di Planet Mars

Foto Matahari terbenam di planet Mars yang diabadikan oleh wahana Spirit pada 19 mei 2005 di dekat kawah Gusev Mars. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/Caltech
Melihat sunset (matahari terbenam) di Bumi itu sudah biasa. Nah, bagaimana jika kita melihat Matahari terbenam di planet Mars???...itu baru luar biasa. Itulah yang dilakukan oleh robot penjelajah Mars NASA, Spirit. Robot kecil itu berhasil mengamati dan mengabadikan momen sunset di planet Mars. Uniknya walaupun langit planet Mars berwarna merah, tapi mengapa ketika Matahari akan terbenam, langit berubah menjadi berwarna biru dan itu justru kebalikan dari Bumi ??
Saat Matahari terbenam di Mars, Matahari dan langit di sekitarnya tampak berwarna biru. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/Caltech
Saat Matahari terbenam, langit Mars juga berwarna sedikit pink. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/Caltech
Matahari terbenam di Mars tidak sama dengan di Bumi. Di Bumi saat Matahari terbenam langit akan berwarna oranye atau kuning. Sedangkan di Mars saat Matahari terbenam langit akan berwarna biru. Mengapa bisa terjadi demikian??. Seperti yang pernah kita pelajari di bangku sekolah, cahaya Matahari memiliki beberapa panjang gelombang cahaya yang berbeda. Jika kita menggunakan sebuah prisma, maka cahaya Matahari yang melalui prisma itu akan berwarna seperti warna pelangi. Saat siang hari di Mars, partikel debu yang ada di udara dan atmosfer Mars akan menyerap gelombang cahaya biru dan menyebarkan gelombang cahaya merah di seluruh langit Mars.

Sunset di Bumi. Image credit: Neilsphotography
Saat Matahari terbenam, cahaya Matahari yang datang melintasi cakrawala akan berwarna biru sebab gelombang cahaya merahnya telah disebar oleh partikel debu yang ada di udara dan atmosfer Mars sehingga yang tersisa hanyalah gelombang cahaya biru. Jadi ketika kita melihat ke arah matahari saat sunset di Mars, maka Matahari dan langit di sekitarnya akan tampak berwarna biru, sedangkan langit yang letaknya agak jauh dari sunset tetap berwarna merah dan cenderung pink. Kondisi yang terbalik terjadi di planet kita di mana partikel yang lebih besar di atas atmosfer Bumi menyerap gelombang cahaya biru sehingga gelombang cahaya yang bisa lewat adalah gelombang cahaya merah. (NP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Sunday, October 13, 2013

Warna-warna Asli Planet di Tata Surya

Planet-planet di tata surya kita. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Jika kita melihat foto beberapa planet di tata surya, tidak jarang kita temukan adanya perbedaan warna antara foto satu dengan foto lainnya padahal obyek yang dilihat masih sama. Terkadang wahana antariksa yang mengambil foto dari planet atau obyek antariksa mengambilnya dalam bentuk false color. Hal itu biasanya dilakukan untuk mempermudah proses pengamatan dan penelitian. Astronom akan mengubahnya ke dalam format true color dengan menggunakan komputer agar obyek yang ada di foto akan sama persis jika kita melihatnya langsung dengan mata kepala kita sendiri. Berikut adalah warna-warna asli (true color) planet-planet yang sama ketika kita melihatnya dengan mata sendiri.

1. Merkurius
Warna planet ini abu-abu. Planet ini merupakan planet berbatu yang tidak memiliki atmosfer.

2. Venus
Warna planet ini putih kekuningan. Itu diakibatkan oleh adanya lapisan asam sulfat berupa awan tebal yang menyelimuti planet tersebut.

3. Bumi
Warna planet kita jika dilihat dari luar angkasa adalah biru muda dan putih (awan). Lautan dan cahaya yang menyebar di atmosfer Bumi menyebabkan Bumi terlihat biru. Daratan benua tampak coklat, kuning, dan hijau tergantung dari mana kita melihatnya.

4. Mars
Planet ini berwarna merah dan lebih mengarah ke oranye. Maka tidaklah salah kalau planet ini juga disebut juga planet merah. Warna tersebut berasal dari warna batuan dan tanah di sana serta persebaran cahaya di atmosfernya yang tipis.

5. Jupiter
Planet ini adalah planet gas dan tidak memiliki permukaan padat sehingga yang kita lihat hanyalah awan di atmosfernya. Warna planet ini cenderung menarah ke oranye dan putih. Warna putih berasal dari awan amonia, sedangkan warna oranye berasal dari awan amonium hidrosulfida.

6. Saturnus
Planet ini juga merupakan planet gas. Warnanya kuning pucat. Kabut amonia berwarna putih menyelimuti planet ini.

7. Uranus
Warna planet gas ini adalah biru muda yang berasal dari warna awan metana yang ada di atmosfernya.

8. Neptunus
Warna Neptunus adalah biru muda. Mirip seperti Uranus hanya saja Neptunus lebih gelap. Hal itu disebabkan jaraknya yang lebih jauh dari Matahari daripada Uranus.

Tambahan: Planet kerdil Pluto diperkirakan berwarna coklat muda. Walaupun belum pernah dikunjungi oleh wahana antariksa, namun warna itu didapat dari es metana yang bercampur dengan debu di permukaan planet. Harapannya wahana NASA New Horizon yang diperkirakan akan tiba pada 2015 bisa mengungkap warna asli planet kerdil ini. (CL, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, October 12, 2013

Bukti Komet Tertua Ditemukan di Perhiasan Raja Tutankhamun Mesir

Bros milik raja Tutankhamun Mesir yang pada bagian batu kuningnya merupakan batu yang dihasilkan oleh dampak komet 28 juta tahun lalu. Klik gambar untuk memperbesar Image credit: University of the Witswatersrand
Sekelompok tim ilmuwan dari Afrika Selatan menemukan bukti komet pertama dan tertua yang masuk ke atmosfer Bumi dan meledak. Hal itu diungkapkan oleh Jan Kremer dari University of Johannesburg di Afrika Selatan yang menyatakan bahwa sebuah batu hitam yang ditemukan beberapa tahun lalu di Mesir ternyata merupakan inti komet tertua yang ditemukan di Bumi dan setelah diteliti ternyata batu itu berhubungan dengan perhiasan raja Firaun Tutankhamun. Silika sebagai dampak dari komet itu ternyata dijadikan bros oleh raja Mesir Tutankhamun. 28 Juta tahun lalu komet memasuki atmosfer Bumi di atas daratan yang saat ini adalah Mesir. Komet itu memanaskan pasir di bawahnya hingga mencapai suhu 2000 derajat Celcius sehingga membentuk kaca silika kuning yang sangat banyak dan mencakup area seluas 6000 kilometer persegi di gurun Sahara.
Raja Tutankhamun. Image credit: google
Silika kuning yang tercipta itu ternyata ditemukan di bros milik Tutankhamun, raja Firaun Mesir yang terkenal yang memerintah dari tahun 1333-1323 SM. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto