Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Thursday, September 12, 2013

Robot ExoMars Akan Gunakan Spektrometer untuk Deteksi Karotenoid di Mars

Robot ExoMars yang akan dikirim ESA ke planet Mars pada tahun 2018. Rencananya spektrometer Raman akan dipasang pada robot ini. Image credit: ESA
Ilmuwan ESA (European Space Agency) dikabarkan akan memasang sebuah spektrometer Raman pada robot penjelajah Mars (Mars rover) yang akan dikirim oleh ESA ke planet merah tersebut pada tahun 2018 mendatang. Menurut mereka spektrometer Raman itu akan mampu mendeteksi sisa-sisa bekas kehidupan di Mars dan sangat sensitif untuk mendeteksi sisa-sisa mikroorganisme bahkan jika itu sudah rusak sekalipun.

Seperti yang diketahui bahwa atmosfer planet Mars sangat tipis dan minus medan magnet global sehingga permukaan Mars tidak terlindungi dari paparan radiasi dari luar angkasa. Radiasi kosmik yang terjadi ini sangat berbahaya bagi manusia begitu juga dengan sisa-sisa petunjuk kehidupan di sana.

Spektrometer Raman dapat mengungkap dengan rinci komposisi mineral dalam batuan, molekul organik, dan tanda-tanda kehidupan itu sendiri. Spektrometer Raman memiliki kemampuan untuk mendeteksi molekul karotenoid yang ada dalam bakteri sebagai perlindungan terhadap kondisi lingkungan yang ekstrem sehingga menurut astrobiologis karotenoid ini bisa digunakan sebagai petunjuk valid adanya kehidupan di Mars.

Karotenoid dapat bertahan dalam paparan radiasi dengan tingkat 15000 kali lipat dari radiasi yang bisa membunuh manusia. Namun itu karotenoid bisa benar-benar lenyap jika terkena radiasi 10 kali lipat dari tingkat radiasi tadi.

Mengapa sangat sulit mencari bukti kehidupan di planet Mars?? Jawabannya karena permukaan Mars sudah terlalu lama terpapar oleh radiasi kosmik selama ratusan bahkan ribuan juta tahun. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, September 11, 2013

Tiga Astronot ISS Berhasil Kembali ke Bumi dengan Selamat

Tiga astronot berhasil kembali ke Bumi dengan selamat setelah menyudahi misi selama hampir 6 bulan mereka di ISS. Dengan menggunakan kapsul Soyuz, mereka mendarat di sebuah padang rumput di Kazakhstan. Mereka adalah Pavel Vinogradov (Rusia), Alexander Misurkin (Rusia), dan Chris Cassidy (Amerika).

"Semua berjalan baik dan sangat lancar," ungkap Vinogradov. "Kapsul Soyuz TMA-08M mendarat di sebelah tenggraa kota Jezkagan pada pukul 06:58 waktu Moskow dan pendaratan tersebut berjalan seperti yang direncanankan," ungkap roscosmos, badan antariksa Rusia dalam situs resminya.

Mereka bertiga diberangkatkan ke ISS pada 29 Maret 2013 lalu dan menjalankan misi selama 167 hari dan berhasil mencapai ISS dalam waktu kurang dari enam jam dari normalnya dua hari untuk mengorbit dan docking. Rusia berhasil mengembangkan teknik baru dan saat ini untuk menuju IS kapsul Soyuz tidak perlu mengorbit Bumi sebanyak 30 kali tapi hanya 4 kali saja dan itu berhasil mempersingkat waktu secara signifikan.

Saat ini hanya dua astronot yang ada di ISS yakni Fyodor Yurchikhin dari Rusia dan astronot Luca Parmitano dari Italia. (ST, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Misteri 20 Tahun Terjawab, Persebaran Materi Gelap dalam Sebuah Galaksi

Galaksi Fornax, galaksi kerdil yang menjadi galaksi satelit dari galaksi Bima Sakti. Image credit: ESO/Digitized Sky Survey 2
Para astronom di University of Texas dengan menggunakan super komputer terbaru yang canggih berhasil mengungkap misteri yang telah bertahan selama 20 tahun yakni apakah materi gelap (dark matter) menyebar secara merata di dalam sebuah galaksi. John Jardel, mahasiswa pasca sarjana sekaligus peneliti studi ini mengungkapkan bahwa distribusi atau penyebaran materi gelap bervariasi antara galaksi satu dengan galaksi lainnya.

Materi gelap tidak mengeluarkan cahaya tapi para astronom dapat mendeteksinya melalui gravitasi dari obyek lain seperti bintang. Banyak teori yang megungkapkan bahwa materi gelap berasal dari bintang mati dan sebagainya namun tidak ada yang tahu dengan pasti. Meskipun begitu peran materi gelap ini sangat penting sebab alam semesta didominasi oleh materi gelap ini. Satu-satunya cara untuk memahami bagaimana alam semesta ini berevolusi hingga mencapai keadaannya sekarang yaitu dengan mengetahui apa peran dari materi gelap ini.

Galaksi kerdil umumnya mengandung 1000 kali lebih banyak materi gelap daripada materi normal. Galaksi normal seperti Bima Sakti hanya memiliki jumlah materi gelap 10 kali lipat dari materi normalnya.Dalam 20 tahun terakhir ilmuwan berdebat tentang bagaimana materi gelap ini tersebar atau terdistribusi di dalam galaksi. Menurut astronom obsevasional dengan menggunakan data dari teleskop mereka berpendapat bahwa materi gelap memiliki distribusi yang seragam di dalam galaksi. Astronom teoretikus yang didukung dengan simulasi komputer pada tahun 1990-an mengatakan bahwa kepadatan materi gelap terus berkurang dari inti galaksi hingga ke tepinya. Inilah yang mengundang perdebatan selama bertahun-tahun.

Dengan super komputer terbaru, Lonestar yang memiliki 5.840 processor di University of Texas mampu menyelesaikan data hingga 62 teraflops sehingga sangat mampu untuk melakukan perhitungan super kompleks. Jardel dan kawan-kawan mengamati galaksi satelit yang mengorbit Bima Sakti seperti Carina, Draco, Fornax, Sculptor, dan Sextans. Dengan menggunakan data yang diolah dari super komputer tadi ia menemukan bahwa kepadatan materi hitam terus menurun dari pusat galaksi namun ada juga yang tetap konstan. Tapi ketika semua galaksi itu dianalisis bersama-sama didapatkan kecimpulan bahwa pendapat astronom teoretikuslah yang benar. "Ketika anda hanya mengamati satu galaksi, beberapa dari mereka terlihat sangat berbeda. Namun ketika kita merata-rata beberapa galaksi secara bersama-sama maka perbedaan tadi akan saling membatalkan," ungkap Jardel.

Ilmu pengetahuan selalu memiliki misteri lainnya yakni bagaimana sebenarnya interaksi antara materi gelap dengan materi normal sehingga dapat membentuk sebuah galaksi. Itu akan masih terus diteliti dan pasti aan terungkap. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, September 10, 2013

Bakteri Bisa Tumbuh Lebih Besar dan Ganas di Luar Angkasa

Media untuk penelitian bakteri yg dibawa pesawat ulang alik Atlantis. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: plosone
Berdasarkan penelitian terbaru yang dipublikasikan oleh para ilmuwan, didapatkan fakta bahwa bakteri ternyata bisa tumbuh dan berkembang menjadi lebih besar dan ganas di tempat dengan gaya gravitasi mikro seperti di luar angkasa. Pada misi Atlantis terdahulu, dilakukan sejumlah percobaan dengan membuat media koloni hidupnya bakteri (biofilm) untuk kemudian dilihat perkembangannya. Ternyata bakteri tumbuh menjadi lebih besar dan lebih tebal. Hal itu tentu sangat membahayakan bila sampai masuk ke dalam tubuh manusia. "bakteri tumbuh selama penerbangan luar angkasa dan memiliki lebih banyak sel-sel hidup, memiliki biomassa yang lebih banyak, dan juga lebih tebal daripada bakteri yang ada pada kondisi gravitasi normal," ungkap juru bicara NASA dalam sebuah jumpa pers.

Jenis bakteri yang diamati adalah Pseudomonas aeruginosa yang tumbuh cepat selama tiga hari dalam sebuah media urin buatan. Menurut NASA media urin buatan sangat cocok sebagai tempat koloni bakteri terbentuk, baik di dalam atau di luar tubuh manusia dan mengingat itu juga termasuk limbang di pesawat ulang allik, maka media urin buatan dipilih untuk mengatahui sejauh mana efeknya terhadap kesehatan astronot.
Sampel bakteri Pseudomonas aeruginosa. Image credit: google
Hasil penelitian. Image credit: plosone
Hasil penelitian. Image credit: plosone
Setiap media tempat tumbuh bakteri diberi membran selulosa dimana bakteri bisa tumbuh di sana. Metode yang sama juga telah diterapkan pada penelitian di Bumi. "Ini masih dalam tahap awal penelitian dan memerlukan peneletian lebih lanjut lagi untuk mengetahui bagaimana haya gravitasi mikro mempengaruhi pertumbuhan bakteri atau mikroorganisme lain," ungkap Cynthia Collins dari Rensselaer Polytechnic Institute. "Sebelum kita mengirim astronot ke luar angkasa, kita harus meyakinkan dulu bahwa mereka telah disterilisasi dari bakteri dan mikroorganisme lain untuk mengurangi resiko mereka sebagai pembawa dan tempat tumbuhnya bakteri yang dapat menyebar ke astronot lain dan juga peralatan yang ada," tambah Collins. (UT, PS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, September 7, 2013

NASA Sukses Luncurkan Wahana LADEE ke Orbit Bulan (Video)

NASA akhirnya sukses meluncurkan wahana robotik LADEE (Lunar Atmosphere and Dust Environment Explorer) dari Mid-Atlantic Regional Spaceport, NASA's Wallops Flight Facility, Wallops Island, Virginia pada 6 September 2013 pukul 11:27 p.m waktu setempat. Peluncuran dilakukan dengan menggunakan roket Minataur V yang aslinya adalah roket rudal balistik tapi sudah dimodifikasi dan bisa digunakan untuk membawa satelit dan wahana antariksa lainnya.

Tujuan peluncuran wahana LADEE adalah untuk mengetahui dan mengumpulkan informasi mengenai struktur dan komposisi atmosfer Bulan.

Berikut ini adalah video peluncurannya



Klik link berikut untuk mengetahui informasi lengkap tentang wahana LADEE ini http://www.astronomi.us/2013/08/nasa-siap-luncurkan-wahana-ladee-untuk.html

Friday, September 6, 2013

Quasar, Pancaran Cahaya yang Terangnya Melebihi Miliaran Bintang

Quasar. Image credit: NASA/ESA
Kita sering mendengar istilah Quasar (kuasar). Apa sebenarnya Quasar itu??. Istilah Quasar sendiri pertama kali mulai dikenal pada tahun 1960-an. Saat itu astronom sedang melakukan pengamatan dengan menggunakan The Robert C. Byrd Green Bank Telescope (GBT). Mereka mendeteksi gelombang streaming dari beberapa obyek di galaksi Bima Sakti. Namun kemudian muncul sebuah gelombang aneh yang berasal dari sebuah obyek. Obyek tersebut nampak kecil dan sangat terang. Mereka menyebutnya dengan Quasi Stellar Objects atau dikenal dengan Quasar. Setelah itu muncul pertanyaan obyek apakah itu dan bagaimana terbentuknya??.

Awalnya astronom menduga bahwa itu adalah distorsi gravitasi dari lubang hitam, ujung dari lubang cacing (worm hole), atau bahkan sebuah peradaban lain selain Bumi yang sanggup mengambil energi dari bintang-bintang sebagai sumber tenaga. Jarak obyek itu sangat jauh sekitar 4 miliar tahun cahaya dan mampu menghasilkan energi sebanding dengan sebuah galaksi dengan ratusan miliar bintang. Apa yang menyebabkan hal seperti itu??

Pada tahun 1980 astronom mulai menyepakati teori galaksi aktif sebagai sumber dari Quasar. beberapa mekanisme akan membuat ledakan dan pancaran sinar seperti itu.  Kita sama-sama mengetahui bahwa kebanyakan galaksi besar mempunyai lubang hitam supermasif di pusatnya yang massa miliaran dari massa Matahari kita. Ketika debu dan gas berada terlalu dekat dengan lubang hitam, maka akan membentuk piringan yang berputar di sekitar lubang hitam tadi. Piringan tersbeut kemudian memanas hingga mencapai suhu jutaan derajat dan munculah ledakan berupa radiasi magnetik yang bisa membentuk sebuah pancaran jet yang tegak lurus. Itulah yang sikenal dengan AGN (Active Galactic Nucleus). Jika kita melihat bagian tengah dari ledakan tadi maka itulah Quasar dan jika kita melihat dari bawah piringan yang berputar maka itu dinamakan Blazar. Keduanya adalah obyek yang sama hanya berbeda posisi melihatnya.
Terlihat dengan jelas piringan gas dan debu yang berputar disekitar lubang hitam dan kemudian terjadi pancaran jet yang keluar. Image credit: NASA
Pancaran jet keluar dari Quasar. Image credit: NASA
Jadi kesimpulannya apa itu Quasar? Kuasar adalah Cahaya yang dihasilkan oleh debu dan gas yang berputar pada daerah disekitar lubang hitam sebagai hasil dari gesekan yang kemudian memanas dan bersinar kemudian menimbulkan ledakan radiasi magnetik yang sangat terang.

Galaksi Bima Sakti sendiri punya lubang hitam supermasif di pusatnya tapi tidak memiliki AGN atau Active Galactic Nucleus sehingga tidak ada Quasar. Namun dalam 10 miliar tahun ke depan saat galaksi Bima Sakti bertabrakan dengan galaksi Andromeda isa saja Quasar terjadi. (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, September 5, 2013

Serpihan Terbesar Meteorit yang Jatuh di Rusia Berhasil Ditemukan

Serpihan meteorit yang berhasil ditemukan di Chelyabinsk, Rusia. Image credit: en.rian.ru
Ilmuwan Rusia dalam sebuah pernyataan resmi telah mengumumkan bahwa telah ditemukan serpihan terbesar dari meteorit yang jatuh di Rusia pada 15 Februari 2013 lalu. Serpihan meteorit yang ditemukan oleh warga Rusia yang tidak disebutkan namanya itu berukuran berat sekitar 3-4 kg. Lokasi penemuannya sendiri berada di desa Timiryazevsky, Chelyabinsk, Rusia. Oleh pemerintah Rusia, penemu serpihan meteorit tersebut diberikan penghargaan dan saat ini serpihan meteorit itu di bawa ke Chelyabinsk State University untuk dianalisa lebih lanjut.

Untuk mengingat kembali, pada 15 Februari 2013 lalu meteorit sebesar 18 meter dengan berat 10 ton meledak di atas kota Chelyabinsk, wilayah Ural, Rusia. Ledakan tersebut menghasilkan gelombang kejut yang sangat dahsyat yang setara dengan ledakan 440 ribu ton TNT. Akibatnya 1200 orang terluka akibat terkena pecahan kaca. Untungnya meteorit tersebut jatuh di danau Chebarkul yang membeku dan membentuk lubang dengan diameter 8 meter. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Foto Cantik Galaksi Bima Sakti dan Airglow yang Bersinar

Image credit: Miguel Claro
Fotografer asal Portugal Miguel Claro berhasil mengambil foto pemandangan yang menakjubkan dari danau Alqueva pada malam hari. Tampak begitu jelas galaksi Bima Sakti yang bercahaya. Dari foto itu kita bisa melihat daerah paling tengah di galaksi Bima Sakti yang terletak di konstelasi Scorpio dan Sagitarius di mana di sana terdapat Nebula Lagoon (M8) dan Nebula Trifid (M20).
Image credit: Miguel Claro
Di bagian langit bawah pada foto tampak ada cahaya kuning dan hijau. Itu bukan aurora Borealis melainkan airglow. Apa itu airglow?? Secara ilmiah Airglow atau nightglow adalah emisi cahaya yang sangat lemah pada atmosfer sebuah planet sehingga langit malam tidak benar-benar gelap. Pada atmosfer Bumi, airglow merupakan sebuah fenomena optik dimana cahaya Matahari di bagian Bumi yang terang, menyebar di atmosfer ke sisi langit gelap Bumi.

Fenomena airglow ini pertama kali ditemukan dan diselidiki oleh ilmuwan Swedia, Anders Angstrom pada tahun 1868. Angstrom menemukan berbagai macam reaksi kimia yang menghasilkan energi elektromagnetik sebagai bagian dari proses terbentuknya airglow.

Warna kuning yang tampak berasal dari emisi cahaya dari atom natrium pada ketinggian hingga 92 km dan cahaya hijau di atasnya merupakan emisi cahaya dari atom oksigen dengan ketinggian 90-100 km. Fenomena ini juga bisa dilihat dari ISS. Sangat cantik ya :-D (Adi Saputro/ www.astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto