Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Wednesday, May 15, 2013

Ilmuwan Jelaskan Cara Berkebun dan Bercocok Tanam di Mars

Planet Mars. Image credit: NASA
Manusia telah mengambil langkah besar dengan mencoba mengeksplorasi planet di luar Bumi yaitu Mars. Selain karena Mars terletak tidak terlalu jauh dari Bumi, Mars nampaknya juga memiliki beberapa sumber daya yang bisa dimanfaatkan manusia. nah bagaimana cara manusia bisa bertahan hidup jika bertahan di planet merah tersebut??. beberapa ilmuwan mengungkapkan bahwa agar manusia bisa hidup di planet mars, maka yang dibutuhkan adalah ketersediaan Oksigen, tempat tinggal, makanan, dan air yang mana hal tersebut harus bisa diperoleh secara mandiri (bukan berasal dari Bumi) agar bisa berlangsung dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Sketsa kubah kaca dengan robot untuk bercocok tanam di Mars yang dibuat oleh Vanessa harden. Image credit: Vanessa Harden
Selain itu manusia juga memerlukan bantuan robot untuk membantu pekerjaan sehari hari termasuk dalam hal bercocok tanam / bertani. Untuk bercocok tanam di mars, diperlukan sebuah kubah kaca atau geodesik yang bisa menjaga sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan bunga terlindung dari sinar ultraviolet yang ekstrim di Mars. Selain mampu melindungi dari sinarultraviolet, hal itu juga bisa melindungi dari badai pasir yang sering terjadi di sana. Di dalam kubah kaca tersebut tanaman akan tetap mendapatkan sinar Matahari yang cukup. Selain kubah kaca, ketersediaan air juga sangat penting untuk mengairi lahan dan juga untuk diminum manusia. Untuk itu manusia perlu mencarinya dengan menambang es yang terdapat di bawah permukaaan Mars untuk kemudian dicairkan. Atmosfer Mars yang sebagian besar terdiri dari CO2 bisa digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis yang akan menghasilkan oksigen bagi manusia.

Semua hal tersebut saat ini sedang diuji dan dikembangkan oleh ilmuwan di Bumi dengan membuat eksperimen lingkungan serupa di planet Mars. Hal itu sangat penting sebelum manusia benar-benar berangkat ke planet Mars untuk membangun peradaban di sana. Salah satu ilmuwan yang melakukan eksperimen bercocok tanam di Mars adalah Vanessa Harden yang membuat robot AstroGardening yang akan membantu manusia untuk bertani lengkap dengan kubah kacanya.(UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Skylab, Stasiun Luar Angkasa Pertama Amerika Serikat

Skylab pertama pada misi ke Bulan (kiri), dan Skylab II pada SLS (kanan). Image credit: NASA
40 tahun lalu Amerika Serikat berhasil meluncurkan stasiun sekaligus laboratorium luar angkasa pertamanya yang disebut Skylab. Pada tahun 1973, Skylab diluncurkan dengan menggunakan roket Saturn V dan membawa 3 orang astronot. Stasiun luar angkasa Amerika seberat 85 ton tersebut terus mengorbit Bumi hingga tahun 1979 sebelum akhirnya memasuki atmosfer Bumi dan serpihannya jatuh di Australia bagan barat. Tidak ada yang terluka akibat hal itu, namun NASA akhirnya didenda 400 dollar oleh pemerintah Australia.
Skylab II. Image credit: NASA/MSFC
Generasi Skylab berikutnya (Skylab II) saat ini sedang dibuat oleh NASA yang diperkirakan dapat menampung 4 astronot sekaligus membawa perbekalan yang cukup untuk beberapa tahun tanpa harus dipasok dari Bumi. Pengembangan Skylab II tersebut bersamaan dengan dikembangkannya SLS (Space Launch System) NASA yang baru menggantikan Space Shuttle yang memakan banyak biaya dalam operasionalnya. Skylab II rencananya akan ditempatkan di antara Bumi dan Bulan pada tahun 2021. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, May 14, 2013

Lebih dari 78 Ribu Orang Mendaftar untuk Pergi ke Mars

Ilustrasi koloni manusia di planet Mars. Image credit: zmescience
Lebih dari 78.000 orang telah mendaftar untuk meraih kesempatan pergi ke planet Mars. Perjalanan satu arah tersebut ditujukan untuk membangun koloni manusia permanen di planet merah tersebut. Perusahaan asal Belanda yang meluncurkan ide tersebut, Mars One, pada 22 April lalu telah membuka aplikasi pendaftaran onlinenya dan berhasil mengumpulkan lebih dari 78.000 pendaftar. Dari situ akan dipilih empat orang saja untuk dikirim ke Mars pada tahun 2023.

Uniknya para pendaftar tersebut datang dari berbagai negara di dunia. Lebih dari 120 negara memiliki perwakilan pendaftar dengan mayoritas merupakan warga Amerika Serikat. Bass Lansdorp selaku CEO dari Mars One mengungkapkan bahwa target dari pendaftaran ini adalah 500 juta pendaftar. "Mars merupakan salah satu misi yang mewakili seluruh umat manusia dan hal itu akan benar jika semua orang di seluruh dunia dapat merasa terwakili. saya bangga bahwa ini bisa terjadi," ungkap Lansdorp. Selanjutnya ia mengatakan bahwa tidak satu pun dari ke empat orang nanti yang akan kembali ke Bumi.

Untuk misi koloni pertama, Mars One menganggarkan dana sekitar 6 miliar dollar yang kemudian akan menyusul misi koloni ke dua pada tahun 2025. Jika Anda berminat Anda juga bisa ikut mendaftar hingga 31 Agustus 2013 dan biaya pendaftaran 38 dollar atau setara dengan Rp. 372.400. Silahkan menuju ke link berikut untuk mendaftar, Mars One. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Keberadaan Debu Kosmik di Alam Semesta

Debu kosmik tampak sangat jelas berwarna hitam di galaksi NGC 1316. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: hubble
Jika kita bicara tentang obyek langit, pasti kebanyakan dari kita akan membayangkan obyek-obyek yang berukuran sangat besar seperti asteroid, bulan, planet, matahari, dan sebagainya. Padahal ada juga obyek langit yang berukuran mikro..Apa itu?? ia adalah debu kosmik. Alam semesta sendiri merupakan tempat yang sangat berdebu. Debu yang banyak tersebut tersamarkan oleh gelapnya ruang. Debu antariksa atau yang sering disebut juga dengan debu kosmik / cosmic dust adalah partikel berukuran mikro yang melayang di luar angkasa. Hanya sedikit dari debu kosmik yang berukuran 0.1 mm sehingga debu kosmik ini mirip seperti asap. Debu kosmik banyak dijumpai di sekitar Bintang-bintang muda yang baru lahir karena debu kosmik merupakan salah satu materi penyusun terbentuknya bintang dan planet.
Wujud debu kosmik dilihat dengan mikroskop elektron. Image credit: herschel
Skema daur ulang debu kosmik di alam semesta. Image credit: herschel
Debu kosmik ternyata juga didaur ulang oleh alam semesta. Debu kosmik yang dihasilkan bintang kemudian tertiup oleh angin surya dari ledakan bintang. Debu itu kemudian didaur ulang di ruang antar bintang dan membentuk awan gas / nebula yang kemudian bisa terbentuk lagi menjadi bintang. Debu kosmik bagi para astronom merupakan partikel yang sangat menggangu, sebab sifatnya yang menyerap cahaya dapat mengaburkan pandangan dalam proses pengamatan obyek langit. Karena sifatnya yang menyerap cahaya, ia kemudian memancarkan gelombang sinar inframerah yang dengan teleskop tertentu dapat ditangkap dan dianalisa. Salah satu teleskop canggih yang bisa melihat pancaran gelombang inframerah debu kosmik adalah teleskop Herschel. Teleskop tersebut mampu melihat debu kosmik yang bersuhu antara -173 s/d -265 derajat Celcius. (HSC, Adi saputro/ www.astronomi.us)

Monday, April 29, 2013

Bintang Betelguese, Bintang Raksasa Merah Terdekat dengan Bumi

Bintang Betelguese. Image credit:ESA/Herschel/PACS/L
Bintang Betelgeuse (Alpha Orionis) merupakan sebuah bintang raksasa merah yang berada di konstelasi Orion. Bintang tersebut merupakan bintang raksasa yang jaraknya paling dekat dengan Bumi yakni sekitar 640 tahun cahaya. Bintang ini berukuran 1000 kali lebih besar dan 100.000 kali lebih terang dari Matahari kita. Jika diibaratkan Matahari kita adalah Betelguese, maka permukaannya akan mencapai orbit di sabuk asteroid antara Mars dan Jupiter. Saking besarnya, kita bisa melihatnya di langit pada malam hari dengan mata telanjang. Bintang ini diklasifikasikan sebagai red supergiant dengan tipe M2lab yang merupakan klasifikasi bintang terbesar dan tingkat kecerahan cahaya yang tinggi.

Bintang ini sudah dikenal sejak jaman Ptolemy dan konon kabarnya tiga abad sebelum Ptolemy, bintang ini sudah dikenal oleh astronom China dan mereka melihat bintang tersebut berwarna kuning.

Bintang Betelgeuse termasuk bintang tua yang sudah mendekati masa akhir dari hidupnya. Tubuh yang semakin membesar dan suhu yang semakin menurun merupakan sebuah tanda sebuah bintang akan menuju kematian, termasuk Betelgeuse.

Tingkat kecerahan dan temperatur bintang. Image credit: ESO
Dalam foto bintang Betelguese terbaru yang didapat dari teleskop Herschel diperoleh gambar bahwa angin debu dari bintang tersebut bergerak menghantam ruang bintang lain di dekatnya sehingga membuatnya tampak seperti busur gelombang kejut yang bergerak dengan kecepatan 30 km per detik. Angin yang juga terdiri dari debu tersebut merupakan bukti bahwa massa dari bintang Betelguese yang semakin berkurang. Debu tersebut awalnya berasal dari tubuh bintang itu sendiri.

Lapisan dalam dari bintang Betelguese memperlihatkan struktur menonjol yang tidak simetris yang secara teknis mengeluarkan/ memancarkan serpihan debu bintang. Selain itu juga terdapat struktur lain yang linier yang letaknya lebih jauh di luar busur angin debu bintang yang menurut para astronom struktur tersebut merupakan hasil dari materi bintang Betelgeuse yang keluar saat bintang tersebut mengalami evolusi. Namun berdasarkan analisis terbaru menunjukkan bahwa struktur itu berhubungan dengan medan magnet galaksi atau juga tepi dari awan antarbintang yang ada di sekitar bintang Betelguese yang tersinari oleh cahaya bintang tersebut.

Jika ternyata struktur linier yang simetris itu merupakan obyek yang terpisah dari busur angin debu Betelgeuse, maka diperkirakan kedua struktur/ filamen tersebut akan bertabrakan sekitar 5000 tahun mendatang disusul oleh bintang Betelguese itu sendiri pada 12.500 tahun kemudian.

Kelak jika bintang Betelguese harus mengakhiri hidupnya dengan supernova, maka akan menjadi sesuatu yang indah jika dilihat dari Bumi. Bintang tersebut akan dapat dilihat pada siang bolong di langit selama berbulan-bulan. Namun diperkirakan hal itu baru akan terjadi jutaan tahun ke depan.(PS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Sunday, April 28, 2013

Tragedi Tunguska, Alien Pernah Selamatkan Bumi dari Kehancuran ?

Sampel kayu pohon yang tumbang akibat ledakan meteorit di Tunguska, Rusia. Image credit: gehkados
Seorang ilmuwan Rusia mengatakan bahwa Alien berusaha melindungi Bumi pada peristiwa jatuhnya meteorit raksasa di Tunguska, Rusia 101 tahun yang lalu. Ilmuwan bernama Yuri Lavbin tersebut mengungkapkan bahwa ia berhasil menemukan kristal kuarsa di lokasi ledakan meteorit. Ia menemukan 10 buah kristal yang berlubang dan diyakini bahwa lubang tersebut merupakan lubang yang berfungsi untuk menyatukan kristal-kristal tersebut ke dalam rantai. Uniknya beberapa kristal diantaranya memiliki gambar dengan corak yang aneh. "Kami tidak memiliki teknologi yang dapat mencetak gambar semacam ini pada kristal," ungkap Lavbin. Selain kristal kuarsa, kami juga menemukan zat besi silikat yang tidak ada di Bumi. Besi silikat tersebut hanya ada di luar angkasa.
Kristal Kuarsa yang ditemukan oleh Yuri Lavbin. Image credit: Mina
Ledakan besar di Tunguska terjadi pada 30 Juni 1908 dan sumber ledakannya sebenarnya masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini. Ledakan yang konon hampir setara dengan ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki Jepang tersebut meluluh lantakkan daerah seluas 2.150 kilometer persegi dan merubuhkan lebih kurang 60 juta pohon. Argumen yang paling kuat menyebutkan bahwa ledakan tersebut disebabkan oleh jatuhnya meteorit raksasa berukuran beberapa puluh meter besarnya. Anehnya tidak ada kawah maupun serpihan meteorit yang ditemukan. Ilmuwan mengatakan bahwa meteorit tersebut meledak sebelum menyentuh tanah sekitar 5-10 km dan gelombang kejutnya menghancurkan daerah di sekitarnya.
Ledakan tersebut mengakibatkan puluhan ribu pohon hancur dan bertumbangan. Image credit: xquastdaily
Penemuan kristal kuarsa dalam sebuah ekspedisi pada tahun 2004 tersebut menurut Lavbin merupakan hal yang sangat luar biasa. Dan kabarnya batu kristal seberat 50 kg tersebut kini dibawa ke kota Krasnoyarsk untuk dipelajari dan dianalisis. Namun hingga saat ini belum ada publikasi tentang hasil dari analisis tersebut.

Berita lain mengatakan bahwa ledakan besar tersebut disebabkan oleh ledakan pesawat luar angkasa alien untuk melindungi Bumi dari ancaman. Hal itu diungkapkan oleh Insinyur asal Uni Soviet, Alexander Kazantsev pada tahun 1946. Lebih jelas ia mengatakan bahwa sebuah pesawat alien bertenaga nuklir sedang mencari air tawar di danau Tunguska namun kemudian meledak. Kemungkinan Kazantsev terinspirasi dari kunjungannya ke Hiroshima pda akhir tahun 1945.

Kembali ke kristal kuarsa tadi. Menurut Lavbin bila 10 batu kristal tadi disatukan maka akan membentuk sebuah peta yang menurutnya peta tersebut merupakan sistem navigasi dari sebuah pesawat luar angkasa. Hal yang mendukung teori Lavbin adalah ada gambar sosok alien pada batu tersebut. Adalah aneh jika ada foto seseorang pada batu tersebut, ungkap Lavbin

Satu hal yang masih menjadi misteri yaitu hasil analisi dari batu kristal tersebut yang hingga saat ini belum dipublikasikan...hemm kita tunggu saja. (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, April 27, 2013

Galaksi Ini Mampu Membentuk Bintang Ratusan Kali Lebih Cepat dari Bima Sakti

Galaksi SDSS J1506 +54. Image credit: NASA
Astronom baru-baru ini berhasil menemukan sebuah galaksi yang mengubah gas yang ada disekitarnya menjadi bintang-bintang. Uniknya galaksi ini membakar gas tersebut dengan tingkat efisiensi pembakaran mencapai 100 persen. Astronom menemukan galaksi tersebut setelah melakukan pengamatan melalui IRAM Plateau de Bure interferometer di pegunungan Alpen Prancis, NASA's Wide-field Infrared Survey Explorer (WISE) dan teleskop Hubble NASA.

"Galaksi tersebut membakar gas mirip seperti mesin mobil bertenaga gas dan galaksi itu memiliki "mesin" gas yang sangat efisien" ungkap Jim Geach dari McGill University sebagai penulis utama dari penelitian ini di jurnal astrofisika. "Galaksi ini mirip sebuah mobil sport, bedanya galaksi ini merubah gas menjadi bintang pada tingkatan perubahan yang paling efisien," tambahnya lagi.

Galaksi yang bernama SDSS J1506 +54 itu ditemukan ketika astronom sedang melihat data survei infrared yang dihasilkan oleh WISE dan galaksi tersebut memiliki sinar inframerah yang begitu jelas yang setara dengan seribu miliar kali Matahari kita. "Karena WISE mampu mengamati seluruh bagian langit, maka galaksi ini terlihat sangat jelas dari objek yang lain," ucap Ned Wright dari UCLA selaku peneliti utama dari WISE.

"Galaksi ini membentuk bintang-bintangnya ratusan kali lebih cepat dari galaksi Bima Sakti kita dan ini merupakan proses pembentukan bintang yang paling ekstrim," ungkap Jim Geach. Astronom dengan menggunakan instrumen Iram Plateau de ure interferometer mengukur jumlah gas yang ada pada galaksi tersebut. Hasilnya dideteksi adanya sinar gelombang dari karbon monoksida sebagai indikator dari adanya gas hidrogen yang merupakan bahan bakar bintang.

Dari data tersebut kemudian astronom menggabungkannnya dengan data WISE dan Iram (untuk mengukur massa gas) dan para astronom berhasil mendapatkan ukuran efisiensi pembentukan bintang. Hasilnya menunjukkan bahwa afisiensinya mencapai batas maksimum teoritis yang dikenal dengan sebutan batas Eddington. Tepat didaerah pembentukan bintang baru, awan gas di dekatnya kemudian runtuh karena gravitasinya.

Saat gas memadat dan memiliki kekuatan untuk menekan atom  untuk memicu reaksi fusi nuklir, maka bintang baru akan lahir dan pada saat yang sama angin dan radiasi dari bintang-bintang baru tersebut dapat mencegah pembentukan bintang baru lainnya dengan menekan gas yang ada di sekitarnya untuk mencegah keruntuhan awan dan gas yang lebih besar.

Batas Eddington merupakan batas titik dimana gaya gravitasi menarik gas secara bersamaan yang besarnya seimbang dengan tekanan yang keluar dari bintang. Apabila melebihi batas Eddington tersebut maka wan gas akan meledak dan proses pembentukan bintang akan terhenti. "Kami melihat gas mengalir keluar dari galaksi ini jutaan mil perjam dan kemungkinan gas ini terdorong oleh radiasi yang kuat dari bintang-bintang yang ada di sana," ungkap Ryan Hickox, astrofisikawan dari Dortmouth College, Hanover.

Hal yang menyebabkan galaksi SDSS J1506 +54 menjadi sangat luar biasa adalah kemampuannya menghasilkan bintang yang sangat cepat dan periode evolusi galaksi yang juga sangat singkat yag kemungkinan galaksi tersbuet merupakan penggabungan dari dua galaksi yang berbeda. Diperkirakan beberapa puluh juta tahun lagi galaksi tersbeut akan kehabisan gas dan akan berubah menjadi galaksi elips yang besar. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, April 26, 2013

Foto Gerhana Bulan Sebagian 26 April 2013 dari Berbagai Negara

Gerhana Bulan sebagian yang terjadi pada 26 April 2013 berhasil diabadikan beberapa astrofotografer dari berbagai negara. Gerhana Bulan yang terjadi kali ini hanya sedikit saja bayangan yang terjadi (sekitar 1,47 % dari bayangan Bumi). Namun gerhana Bulan tersebut tetap dapat disaksikan di daerah Eropa Timur, Afrika, Timur Tengah, Timur Asia Tenggara, dan Australia bagian barat. Berikut ini foto-foto gerhana Bulan sebagian tersebut:

Gerhana Bulan sebagian terlihat di Inggris. Image credit: Sculptor Lil
Gerhana Bulan sebagian terlihat di Israel. Image credit: Gadi Eidelheit
Foto gerhana Bulan terlihat di Inggris: Image credit: Andrei Juravle
Foto gerhana Bulan sebagian yang terlihat di Jerman. Dalam Foto tersebut terlihat juga planet Saturnus berupa titik kecil pada bagian kiri atas foto. Image credit: Daniel Fischer


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto