Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Friday, November 30, 2012

Wahana NASA Temukan Air Berwujud Es di Merkurius

Daerah kutub utara yang memiliki kandungan es. Es ditandai dengan warna kuning. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory/Carnegie Institution of Washington/National Astronomy and Ionosphere Center, Arecibo Observatory
Pesawat luar angkasa NASA yang mengorbit planet Merkurius, MESSENGER berhasil menemukan kumpulan air berwujud es di kutub utara planet Merkurius.

Di Merkurius suhu permukaan bisa mencapai 427 derajat Celcius. Namun di sekitar kutub utara, terdapat daerah yang secara permanen terlindung dari panas Matahari. Di situlah wahana MESSENGER menemukan sejumlah deposit air berwujud es dan dimungkinkan bahan organik lainnya. Es tersebut terdeteksi di 85 derajat lintang utara hingga pusat kutub utara dan tersebar sejauh 65 derajat ke utara.

"Dalam beberapa bulan ke depan, wahana MESSENGER akan difokuskan untuk mengamati daerah tersebut untuk mendapatkan tampilan visual yang lebih baik," ungkap Gregory Neumann, Ilmuwan dari NASA's Goddard Space Flight Center.

Sejauh ini para ilmuwan juga meyakini bahwa di kutub selatan planet Merkurius juga terdapat es. Namun sayangnya orbit MESSENGER saat ini tidak memungkinkan untuk melakukan pengamatan ke daerah tersebut secara lebih detail. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Sifat-Sifat Khusus yang Dimiliki Cahaya

Sifat-Sifat Khusus Lainnya Yang Dimiliki Cahaya Selain cahaya mengalami pembiasan dan pemantulan cahaya juga mempunyai sifat khas lainnya yaitu :
  1. Cahaya merambat membentuk garis lurus. Sinar merupakan kata lain untuk cahaya tunggal yang merambat, sedangkan berkas sinar terdiri dari beberapa sinar yang merambat dalam arah tertentu. Berkas sinar dapat berupa kumpulan sinar sejajar, divergen (menyebar), atau konvergen (mengumpul). 
  2. Cahaya dapat berinterferensi atau mengalami penguatan/pelemahan intensitas karena penggabungan dua gelombang cahaya. Penguatan atau pelemahan ditentukan oleh beda fase masing-masing gelombang cahaya. 
  3. Cahaya juga mengalami difraksi yakni dibelokkan ke arah tertentu oleh celah kecil serta polarisasi yakni pengkutupan arah getaran gelombang cahaya. 
 Dengan mengetahui sifat-sifat cahaya, kita dapat lebih memahami tentang bagaimana cahaya merambat dari sumbernya sampai ke mata kita. Bintang yang tampak berupa titik cahaya dapat kita pastikan sebagai cahaya tunggal, bukan sebagai berkas cahaya

(Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Cassini Ambil Foto Pusaran Awan di Kutub Utara Planet Saturnus

Foto pusaran awan di atas kutub utara planet Saturnus yang diambil oleh wahana Cassini. Image credit: NASA/JPL/Space Science Institute. Color composites by Jason Major 
Wahana Cassini yang mengorbit planet Saturnus berhasil mengambil gambar pusaran awan berputar yang berada di kutub Utara planet tersebut. Foto pusaran awan tersebut diambil pada 27 November 2012 lalu dan saat itu Cassini berada sekitar 238,045 mil (383,097 km) dari planet Saturnus. Foto di atas adalah foto berformat RAW yang belum mengalami proses editing apa pun.

Bagi Anda yang penasaran dengan foto berwarnanya, berikut adalah hasil olah foto yang dilakukan oleh Jason Major sorang ahli desain grafis sekaligus penulis topik astronomi di website Discovery News.


Ukuran pusaran awan dari foto yang diambil Cassini tadi diperkirakan memiliki lebar 3000-4000 km dan diperkirakan itu adalah sebuah badai dahsyat.

Selain foto di atas, foto lain yang menunjukkan pusaran awan berbentuk heksagonal (segi enam) yang juga terjadi di atas kutub utara planet Saturnus bisa Anda lihat di bawah ini


Dan setelah diolah, maka foto berwarnanya seperti ini:


Diameter pusaran heksagonal tersebut diperkirakan mencapai 25.000 km (15.500 mil). Cukup besar sehingga mampu menampung 4 Bumi jika dimasukkan ke dalamnya.

Benar-benar gambar yang indah dan cantik bukan :-)

(UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, November 27, 2012

Mempelajari Bintang Semakin Mudah dengan Layanan Baru Google Chrome

Mempelajari bintang di jagat raya kini semakin mudah dengan menggunakan layanan Google Chrome 100,000 starts. Image credit: techno.okezone.com
Bagi Anda yang suka dengan dunia Astronomi dan ingin mengetahui, mempelajari, dan melihat bintang tapi tidak memiliki instrumen astronomi seperti teleskop, maka Anda tidak usah bingung. Anda tetap dapat mempelajari bintang melalui layar komputer di rumah Anda. Google melalui browser buatannya (Google Chrome) membuat sebuah layanan baru yang disebut dengan 100,000 stars. Dengan layanan terbaru tersebut, Anda bisa mengatahui letak, posisi, dan formasi Bintang di galaksi Bima Sakti yang didukung oleh data-data dan gambar dari berbagai sumber terpercaya seperti NASA dan ESA.

Saat mengunjungi halaman berikut 100,000 stars, Anda dengan menggunakan mouse komputer bisa melakukan zoom in dan zoom out saat mengeksplorasi bintang. Saat Anda melakukan zooming, Maka Anda akan disuguhkan informasi-informasi penting mengenai bintang tersebut. Selama melakukan eksplorasi, Anda juga akan disuguhi musik aransemen ciptaan SamHulick sebagai musik pengantarnya. Sebagai informasi, layanan tersebut hanya bisa digunakan jika kita menggunakan browser Google Chrome. Bagi Anda yang belum memilikinya silahkan download di sini. (OZ, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Monday, November 26, 2012

Astrofotografer Abadikan Foto Prominensa Matahari Berbentuk Pohon

Foto prominensa atau filamen Matahari berbentuk menyerupai pohon yang diambil oleh Alan Friedman. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: Alan Friedman
Alan Friedman dengan menggunakan teleskop khusus Matahari dan Grasshopper CCD camera berhasil mengambil gambar prominensa atau lidah api yang sangat besar dan terang yang mencuat keluar dari permukaan Matahari dan seringkali berbentuk loop (putaran). Uniknya Alan berhasil mengambil foto prominensa dengan bentuk menyerupai pohon raksasa yang besarnya melebihi Bumi. Alan mengabadikan foto tersebut dalam efek gambar hidrogen-alpha.

Sebagaimana yang tampak pada gambar di atas, Alan menambahkan sebuah titik lingkaran hitam di bagian kiri atas gambar sebagai pembanding ukuran Bumi dengan prominensa berbentuk pohon tadi.

Prminensa juga dikenal dengan sebutan filamen Matahari sebab walaupun terlihat cuku terang bila ilihat dari luar angkasa, namun cahayanya tidak lebih terang dari Matahari itu sendiri. (UT, WP, Adi Saputro/ www.astronomi.us

Saturday, November 24, 2012

Mengenal Planet Kerdil Pluto dan Karakteristiknya

Foto Pluto yang diambil oleh teleskop Hubble. Image credit: Hubble, NASA
Setelah diklasifikasikan ke dalam kelas Planet selama 76 tahun, Akhirnya Pluto dieliminasi pada tahun 2006 dan hanya dimasukkan ke dalam kelas planet kerdil/ planet katai (dwarf planet). Menjadi pertanyaan kenapa Pluto tidak dikategorikan ke dalam Planet? salah satu jawabannya adalah karena ukurannya yang kecil dan efek gravitasi yang juga kecil di permukaannya. Pada 7 September 2006, nama Pluto diganti dengan nomor saja, yaitu 134340. Nama ini diberikan oleh Minor Planet Center (MPC), organisasi resmi yang bertanggung jawab dalam mengumpulkan data tentang asteroid dan komet dalam tata surya kita.

Pluto memiliki radius sekitar 715 mil (1.151 km) kurang dari 20 persen radius Bumi. Diameter Pluto sekitar 1.430 mil (2.302 km) atau sekitar 2/3 diameter Bulan. Jika kita berjalan mengelilingi ekuator Pluto, maka kita akan menempuh jarak 4.494 mil (7.232 km) dan jarak itu hanya 1.400 km lebih jauh dari panjang pulau Jawa.

Pluto sendiri ditemukan pada 18 Februari 1930 oleh Clyde W. Tombaugh. Permukaan Pluto diperkirakan terdiri dari batuan yang tertutup oleh es. Massanya sekitar 1,31 kg x 1.022 atau sekitar dua per sepuluh persen massa Bumi. Volumenya sekitar 1,5 miliar kg km kubik (6,4 miliar km kubik). Kepadatannya 2,05 gram per sentimeter kubik, sekitar 40 persen dari kepadatan Bumi. Dalam sekali mengelilingi Matahari, Pluto membuthkan sekitar 248,09 tahun (2 abad lebih). Walaupun kecil, Pluto memiliki lima satelit yaitu Charon, Hydra, Nix, P4 dan P5.

Karena jarak yang relatif jauh dari Bumi (7.375.927.931 km), pengamatan sulit untuk dilakukan. Namun hal ini akan berbeda saat wahana New Horizon yang dikirm untuk mempelajari Pluto sampai di sana pada 2015 mendatang. (Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, November 23, 2012

Venera 13, Wahana Pertama yang Berhasil Ambil Foto Berwarna Permukaan Venus

Foto permukaan planet Venus yang diambil Venera 13. Image credit: NASA
Wahana pesawat luar angkasa buatan manusia yang berhasil mengejutkan dengan mendarat dan sekaligus mengambil foto berwarna permukaan planet Venus adalah wahana milik Uni Soviet, Venera 13. Wahana tersebut berhasil mendarat dan mengambil foto permukaan planet Venus pada 1 Maret 1982.

Perlu diketahui bahwa planet Venus merupakan planet ke-dua terdekat dengan Matahari setelah Merkurius yang jaraknya dengan Matahari sekitar 108 juta km. Keberhasilan wahana Venera 13 waktu itu sungguh sangat mengejutkan sebab karena sangat dekat dengan Matahari, suhu permukaan planet Venus bisa mencapai 465 derajat Celcius.
Foto permukaan planet Venus yang diambil Venera 13. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Wahana pertama buatan manusia yang pertama kali terbang menuju Venus adalah Mariner 2 buatan Amerika Serikat yaitu pada 14 Desember 1962 dan didapat hasil bahwa Venus merupakan planet panas dengan tekanan yang tinggi dan awan tebal menutupi permukaan.

Uni Soviet sendiri pertama kali berhasil mengirimkan wahananya ke Venus pada 18 Oktober 1967 dengan wahana Venera 4 dan wahana tersebut berhasil mengirimkan informasi kembali ke Bumi saat memasuki atmosfer Venus. Wahana Venera 9 merupakan wahana pertama yang berhasil mengirimkan foto permukaan planet Venus ke Bumi namun dalam foto hitam putih dan Venera 9 sendiri rusak akibat tidak mampu menghadapi kerasnya tekanan dan panas di sana. 7 tahun setelah peluncuran Venera 9, pada 1 Maret 1982, wahana Venera 13 berhasil mengambil foto/ gambar berwarna pertama dari permukaan Venus. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Satelit Planck Berhasil Abadikan Foto "Jembatan" Cluster Galaksi

"Jembatan penghubung" berupa gas panas terlihat menghubungkan dua cluster galaksi. Image credit: Sunyaev–Zel’dovich effect: ESA Planck Collaboration; optical image: STScI Digitized Sky Survey 
Satelit Planck berhasil menemukan "jembatan penghubung" berupa gas panas yang menghubungkan cluster galaksi Abell 399 (bawah) dan cluster galaksi Abell 401 (atas). Kedua galaksi tersebut berada miliaran tahun cahaya dari Bumi dan jembatan gas tersebut panjangnya mencapai 10 juta tahun cahaya.

Gambar di atas menunjukkan panjang gelombang optik dua cluster galaksi yang diambil oleh teleskop berbasis darat (ground-based telescope) dan efek Sinyaev-Zel'dovich (berwarna oranye) dengan satelit Planck. (RO, Adi Saputro/ www.astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto