Delta sungai di Mars. Image credit: SA/DLR/FU Berlin (G. Neukum) |
Bumi kita memiliki air di permukaannya, namun air juga terdapat di dalam kerak dan mantelnya. Kandungan air di lapisan mantel atas Bumi dan sebelum kerak berada diantara 50 dan 300 ppm (parts per million). Jumlah ini pun hampir mirip seperti yang ditemukan ilmuwan di planet Mars berdasarkan penelitian terhadap dua buah batu meteorit yang disebut shergottites yang terlempar akibat tumbukan asteroid pada 2,5 juta tahun lalu.
"Kami menganalisa dua meteorit yang memiliki sejarah yang sangat berbeda," ungkap Erik Hauri, peneliti utama dari carnegie Institute seperti yang dikutip astronomi.us dari universetoday.com, Minggu (24/06/2012). "Salah satu meteorit tersebut telah tercampur dengan unsur-unsur lain selama proses pembentukannya, semantara yang satu lagi tidak. Kami menganalisa kadar air mineral apatit dan menemukan adanya sedikit perbedaan antara kedua batu meteorit tersebut . Hasil penelitian menunjukkan bahwa air mengambil peranan dalam pembentukkan planet tersebut dan planet Mars mampu menyimpan air di dalam perutnya," tambahnya.
"Air di dalam mantel Mars membuat bergerak ke permukaan melalui aktivitas vulkanik," ungkap salah satu peneliti.
Seperti Bumi, Mars mendapatkan air dari elemen-elemen di tata surya seperti asteroid, meteorit dan sebagainya. Bumi masih memiliki air di permukaan. Hal tersebut sangat berbeda dengan apa yang terjadi di Mars. Air di planet tersebut hilang atau membeku, dan kedua planet baik Bumi atau Mars memiliki jumlah air yang ralatif sama di dalam mantelnya.
"Penelitan ini tidak hanya menjelaskan dari mana asal air di Mars, tapi juga manjelaskan mekanisme penyimpanan hidrogen pada semua planet terestrial pada saat pembentukannya," ucap mantan ilmuwan posdictoral Carnegie Institute Francis McCubbin yang memimpin penelitian ini.
Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal geologi edisi Juli. (Adi Saputro/ astronomi.us)