Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Monday, June 18, 2012

Voyager 1 Sudah Menerobos Batas Tata Surya

Voyagor 1 berhasil menembus dan memasuki ruang antar bintang. Image credit: NASA/JPL-Caltech
Setelah mengarungi alam semesta selama 35 tahun dengan kecepatan 35.000 mil per jam, Voyager 1 sudah berhasil menembus batas tata surya dan memasuki ruang antar bintang. Jaraknya saat ini lebih dari 11 miliar mil dari Bumi.

Data yang diperoleh dari Voyager 1, didapat adanya peningkatan radiasi kosmik dan itu mengindikasikan bahwa wahana tersebut meninggalkan wilayah sebaran gelembung Matahari di tata surya dan berpetualang ke alam "liar" di alam semesta.

Voyager 1. KLIK gambar untuk memperbesar. Image credit: wikipedia.org
Berikut adalah siaran pers dari JPL (Jet Propulsion Laboratory) NASA seperti yang dikutip dari universetoday.com, Senin (18/06/2012):

Hukum fisika mengatakan bahwa suatu hari nanti, Voyager akan menjadi obyek buatan manusia pertama yang memasuki ruang antar bintang, tapi kami masih belum tahu pasti kapan hal tersebut akan menjadi kenyataan, "kata Ed Stone, Ilmuwan proyek Voyager dari California Institute of Technology di Pasadena. "Data terbaru menunjukkan bahwa Voyager jelas berada di suatu daerah baru dimana hal-hal berubah lebih cepat. Hal ini sangat menarik. Kami sedang mendekati perbatasan tata surya.", tambahnya.

Data yang dibuat dalam 16 jam 38 menit, menunjukkan Voyager 1 berada pada jarak 11,1 miliar mil (17,8 miliar km) dari Voyager 1 ke antena penerima NASA’s Deep Space Network dan menunjukkan perubahan partikel yang diukur dengan dua telekop energi tinggi pada wahana berusia 35 tahun tersebut. Partikel energi ini dihasilkan saat bintang di kosmik kita mengalami supernova.

Dari Januari 2009 sampai Januari 2012, terjadi peningkatan yang signifikan sekitar 25 persen jumlah sinar kosmik galaksi yang dihadapi Voyager. Peningkatan spektrum energi terjadi sangat cepat, dimulai pada 7 Mei sinar kosmik telah meningkat 7 persen dalam seminggu, dan 9 persen dalam sebulan. Peningkatan ini merupakan salah satu dari tiga rangkaian data yang diperlukan untuk membuat perubahan yang signifikan dalam era baru ekspolasi luar angkasa. Mengukur intensitas partikel energi yang dihasilkan dalam heliosphere, gelembung partikel bermuatan yang berasal dari Matahari juga menjadi data yang sangat diperlukan.

"Saat Voyager 1 diluncurkan pada tahun 1977, banyak anggota tim yang bermimpi untuk mencapai batas ruang antar bintang. Tidak ada yang tahu berapa lama perjalanan menuju ke sana, atau jika di sana ada 2 wahana, begitu banyak waktu dan energi yang dibutuhkan untuk mencapainya." ucap Ed Stone, Ilmuwan proyek Voyager dari Caltech. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Sunday, June 17, 2012

Video: China Sukses Luncurkan Roket Shenzhou 9

Peluncuran roket Shenzhou 9, pembawa astronot wanita pertama China, Liu Yang. Image credit: China Academy of Launch Technology
Roket Shenzhou 9 pembawa 3 astronot termasuk astronot wanita pertama China, Liu Yang, sukses meluncur dengan baik dari tempat peluncuran di Jiuquan Satellite Launch Center sebelah utara provinsi Gansu pada hari Sabtu pukul 6.37 p.m waktu setempat. Chang Wanquan, pemimpin dari program luar angkasa China mengatakan bahwa roket telah memasuki orbit dan peluncuran berjalan dengan sukses.

Kru astronot yang dipimpin oleh Jing Haipeng seorang astronot veteran yang sudah dua kali ke luar angkasa, Liu Wang, seorang yang sudah berada di program luar angkasa China selama 14 tahun, akan melakukan manuver untuk proses docking manual dengan stasiun luar angkasa China Tiangong 1.

Selain dua kru pria tersebut, astronot ke tiga adalah seorang wanita. Ia adalah Liu Yang. Ia adalah seorang pelatih atau instruktur penerbang pesawat tempur. Liu akan melakukan eksperimen medis dan serangkaian uji coba luar angkasa lainnya.

Dikutip dari spacedaily.com, Sabtu (16/06/2012), Perwakilan dari Presiden China Hu Jintao, Liu Yandong membacakan pesan dari presiden perihal kesuksesan peluncuran tersebut. "Saya ingin menyampaikan selamat dan salam hangat yang tulus kepada semua pihak yang berpartisipasi, ini merupakan sebuah terobosan besar dalam program luar angkasa negara,".

Misi ini sendiri akan berlangsung selama 13 hari. Para astronot akan melakukan proses docking manual dengan Tiangong 1 di orbit pada kecepatan tinggi. Sebelumnya proses docking yang sama pernah dilakukan. Bedanya hal tersebut dilakukan secara jarak jauh dari Bumi. "Hal ini untuk menguji kemampuan astronot dalam menilai posisi, koordinasi, dan psikologi," ucap Jing Haipeng kepada wartawan sesaat sebelum peluncuran.

Ditambahkan oleh Jing Haipeng bahwa dirinya dan kedua rekannya telah dilatih sebanyak 1.500 kali untuk melakukan prosedur docking ini untuk memastikan tidak akan terjadi kesalahan.

China akan membangun stasiun luar angkasa besar sendiri pada tahun 2020 mendatang dan ini merupakan suatu langkah besar untuk mencapainya. Berikut ini videonya

(Adi Saputro/ astronomi.us)

Saturday, June 16, 2012

Mayor Liu Yang, Astronot Wanita Pertama China

Mayor Liu Yang, astronot wanita pertama China. Image credit: spacedaily.com
Terungkap sudah siapa sosok wanita China pertama yang akan menjadi astronot dan sekaligus menjadi wanita pertama yang akan pergi ke luar angkasa. Dia adalah Mayor Liu Yang. Wanita berusia 33 tahun ini merupakan pelatih pilot pesawat tempur China dan telah menghabiskan waktu selama 2 tahun untuk dikarantina dan menjalani pelatihan menjadi astronot.

"Hari pertama telah dikatakan padaku bahwa aku tidak berbeda dari astronot pria," ucap Liu seperti yang dikutip dari spacedaily.com, Sabtu (16/06/2012). Liu Yang sendiri seorang pelatih penerbang pesawat tempur yang sudah menikah, namun belum memiliki anak, ucap penyiar CCTV.

Liu bergabung ke program luar angkasa sejak tahun 2010 dan dia dipilih karena hasil tesnya yang sangat baik. Liu dan dua kru pria, komandan misi Jing Haipeng (45 tahun), dan Liu Wang (43 tahun), akan lepas landas pada hari Sabtu 16 Juni 2012 pukul 6.37 p.m dari Jiuquan Space Base di utara Gurun Gobi China dengan menggunakan roket Shenzhou 9 untuk kemudian melakukan bergabung dengan stasiun luar angkasa China, Tiangong 1. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Friday, June 15, 2012

Mars Rover Curiosity Diduga Terkontaminasi Mikroba Bumi

Curiosity sedang menjadi tes uji coba. Image credit: NASA /JPL - Caltech
Caltech menerima banyak laporan tentang kemungkinan Mars Rover Curiosity terkontaminasi mikroba Bumi dan efeknya juga akan mencemari planet Mars dengan mikroba tersebut. Padahal sebelumnya semua bagian termasuk roda dan sebagainya telah melalui prosedur pengawasan dan pensterilan yang ketat, lalu dimana letak permasalahannya?

Pada tahun 1967, PBB mengeluarkan resolusi tentang perjanjian dan prinsip yang mengatur kegiatan setiap negara dalam mengeksplorasi antariksa termasuk Bulan dan Objek luar angkasa lainnya. Setiap negara yang mendaftar perjanjian tersebut wajib menghindari kontaminasi berbahaya dari setiap studi luar angkasa yang dilakukan. Setiap misi diberikan kategori I sampai V tergantung apakah misi tersebut merupakan misi terbang lintas, pengorbit, pendarat, ataukah misi kembali ke Bumi dan tujuannya apakah itu planet, bulan, komet, atau asteroid. Selain itu apakah misi tersebut juga bisa memberikan petunjuk tentang sesuatu hal yang berpotensi menunjang kelangsungan kehidupan di Bumi. Misalnya Cassini merupakan misi yang masuk kategori II, dan Curiosity dikategorikan sebagai misi IVc.

Setiap tahap dari misi yang dilakukan, dimonitor secara teliti dan hati-hati. Dari tahap konstruksi meliputi ruangan yang bersih dan steril dengan aliran udara yang lancar, pakaian tim ahli yang mampu meminimalisir mikroba seperti pemakaian baju khusus, masker, sarung tangan, sepatu, dan sebagainya. Seluruh komponen dari pesawat luar angkasa telah disterilkan dengan teknologi dry heat microbial reduction dengan menutupnya dalam sebuah BioShield dan dipanaskan dalam oven bersuhu 111,7 derajat Celcius selama 30 jam. Untuk komponen yang gampang rusak, digunakan suhu yang lebih rendah. Selanjutnya komponen diletakkan dalam ruang hampa dan hidrogen peroksida dimasukkan ke dalam ruang sterilisasi agar terjadi konsentrasi uap tertentu.

Diharapkan nanti setelah Mars Rover Curiosity mendarat di planet Mars, Curiosity tidak akan dijalankan hingga beberapa saat untuk mensterilkan wahana penjelajah tersebut dari mikroba, sebab diketahui bahwa paparan sinar ultraviolet di Mars mampu membunuh 81 sampai 96 persen mikroba atau bakteri yang mungkin ada pada wahana tersebut.

Masalah terkontaminasinya Curiosity muncul tahun lalu setelah peluncuran. Diketahui bahwa tahapan planetary protection tidak dilakukan dengan benar selama pembuatan komponen bor Curiosity. Seharusnya semua bagian dari Curiosity berada dalam kotak steril sampai pendaratannya di planet Mars, namun kotak tersebut dibuka untuk menguji kontaminasi dari salah satu bagian dari komponen kepala bor. Dan hal ini menyimpang dari SOP yang seharusnya dilakukan. Teflon dan molibdenum disulfida dari segel dalam perakitan bor bisa menular dan mencemari sampel yang diambil selama misi Curiosity di Mars sehingga membuat sampel tersebut sulit untuk dianalisis. Tim dari MSL sedang mencoba untuk mengatasi masalah ini seperti dengan mengoperasikan bor dengan kecepatan lebih rendah, menggunakan sekop pada Curiosity untuk mengambil sampel dan menggunakan roda untuk memecahkan batu. Semua ini dilakukan agar sampel yang diambil nantinya benar-benar sampel asli Mars dan tidak terkontaminasi apapun dari planet lain termasuk Bumi yang dapat mempengaruhi analisis data dari sampel tersebut. Rencananya Curiosity akan mendarat di planet Mars pada bulan Agustus mendatang.(universetoday.com, Adi Saputro/ astronomi.us)

Thursday, June 14, 2012

Ilmuwan Temukan Danau Metana Raksasa di Titan

Ilustrasi danau di Titan. Image credit: nationalgeographic.com
Sebuah danau metana berhasil ditemukan di Titan, bulan Saturnus. Danau tersebut terletak di tengah bukit pasir di daerah tropis Titan. Danau tersebut terletak di suatu daerah yang dikatakan oleh para ilmuwan sebagai daerah yang kering.

Titan memiliki awan, hujan, dan danau seperti di Bumi. Bedanya di Titan air berganti dengan metana. Namun, danau di Titan saat ini terlihat hanya di kutubnya saja.Sedangkan di daerah tropis mengering, diduga metana cair menghilang melalui saluran metana cair bawah tanah.

Gambar yang dikumpulkan oleh wahana antariksa Cassini yang mengorbit Saturnus sejak tahun 2004, menunjukkan adanya sebuah danau metana besar berada di daerah tropis dan luasnya sekitar 2.400 km persegi dan dalam sekitar 1 meter.

"Danau tropis di Titan memiliki ukuran yang sebanding dengan ukuran Great Salt Lake di Utah," ungkap Caitlin Griffith, seorang ilmuwan planet dari University of Arizona seperti dikutip dari space.com, Kamis (14/06/2012). "Penelitian kami juga menunjukkan bahwa ada beberapa kolam kecil dan dangkal mirip rawa di Bumi dengan tingkat kedalaman dari lutut sampai mata kaki," tambahnya.

Danau metana di daerah tropis Titan tidak stabil. "Metana di daerah tropis menguap dengan cepat dan dibawa oleh sirkulasi Titan ke daerah kutub dimana di sana muncul danau besar," ucap Griffith.

Penemuan ini benar-benar suatu hal yang tidak terduga. "Danau di daerah kutub mudah untuk dijelaskan tapi tidak dengan danau di daerah tropis," kata Griffith. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Tingkat Keasinan Berbagai Laut dan Samudera di Dunia

Peta tingkat keasinan dari laut dan samudera di Bumi. KLIK gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA, Norman Kuring, Goddard Space Flight Center.
Seberapa asin air laut di Bumi? pertanyaan tersebut dijawab oleh instrumen Satelite de Aplicaciones Cientificas (SAC) yang mengumpulkan data dan gambar persebaran garam dan tingkat keasinan dari berbagai laut dan samudera di seluruh dunia.

Satelit yang diluncurkan pada 10 Juni 2011 lalu itu mendapatkan data bahwa samudera Atlantik lebih asin dari samudera Pasifik dan samudera Hindia. Hal itu juga menunjukkan bahwa sungai terpanjang di dunia (sungai Nil) membawa lebih banyak air tawar dari darat menuju laut. Dan di daerah tropis, curah hujan tinggi membuat air laut di khatulistiwa menjadi lebih segar. (space.com, Adi Saputro/ astronomi.us)

Wednesday, June 13, 2012

Astronom Teliti Bulan Terkecil Planet Jupiter, S/20120 J 2

Bulan S/2010 J 1 (dilingkari hijau). Image credit: Palomar Observatory/University of British Columbia
Bulan S/20120 J 2 merupakan bulan terkecil planet Jupiter. Bulan ini ditemukan pada bulan September 2010 bersama dengan satelit lainnya yaitu S/2010 J 1. Bulan S/20120 J 2 memiliki diameter 2 km sedangkan S/20120 J 1 memiliki diameter yang lebih besar yaitu 3 km. Para ilmuwan terus mengamati dua bulan Jupiter tersebut sejak awal pendeteksian untuk mengumpulkan informasi tentang dua satelit alam itu dan orbitnya.

S/20120 J 1 memiliki jarak rata-rata dengan Jupiter sekitar 23.450.000 km dan memerlukan waktu 2,02 tahun untuk sekali memutari Jupiter. Bulan S/20120 J 2 memiliki jarak 21.010.000 km dan memerlukan waktu 1,69 tahun untuk sekali mengelilingi Jupiter.

"Sangat menyenangkan untuk mengetahui bahwa S/20120 J 2 merupakan bulan terkecil di tata surya dan ditemukan dari Bumi," kata Mark Alexandersen dari University of British Columbia, seperti yang dikutip dari space.com, Rabu (13/06/2012).

Bulan yang tidak teratur milik Jupiter dan Saturnus dilihat dari orbit dan warnanya diperkirakan terbentuk dari Bulan besar yang kemudian ditabrak oleh komet atau asteroid pada masa lampau. S/20120 J 1 sepertinya berasal dari kelompok Carme, sedangkan S/20120 J 2 kemungkinan berasal dari kelompok Ananke, kata peneliti.

Jupiter memiliki Bulan yang sangat beragam dan beberapa diantaranya memiliki bentuk yang tidak teratur seperti S/20120 J 1 dan S/20120 J 2. Kemudian Bulan lain yang berukuran besar seperti Io, Europa, Ganymede, dan Callisto. Ganymede menjadi Bulan terbesar di tata surya dengan diameter 5.268 km dan itu lebih besar dari planet Merkurius.

Studi tentang penemuan dan penelitian Bulan S/20120 J 1 dan S/20120 J 2 akan dilakukan musim panas ini di The Astronomical Journal. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Tuesday, June 12, 2012

Video: Teleskop Spitzer Tangkap Citra Planet Mirip Bumi, Cancri 55 E

Ilustrasi Planet Cancri 55 E. Image credit: NASA/JPL-Caltech
NASA's Spitzer Space Telescope berhasil menangkap citra Planet 55 Cancri E yaitu sebuah planet dengan ukuran dua kali Bumi dan kemungkinan mendukung kehidupan. Planet yang disebut dengan "Super Earth" ini pertama kali ditemukan pada tahun 2004 dan Spitzer berhasil mendeteksi planet tersebut melalui sinar inframerah yang berasal dari planet itu sendiri.

Planet Cancri 55 E sendiri memiliki masa 8.57 kali massa Bumi dengan radius 1.63 kali Bumi dan kepadatan 10.9 ± 3.1 g cm-3 (rata-rata kepadatan Bumi adalah 5.515 g cm-3). Termasuk kategori Rocky Super Earth.

Jarak planet ini relatif dekat dengan Bumi yaitu 41 tahun cahaya. Planet ini terkunci oleh efek pasang surut (efek tidal seperti yang terjadi pada bulan) jadi salah satu sisinya akan selalu menghadap bintangnya. Namun kondisi atmosfer yang kurang, tidak membawa cukup panas ke sisi gelapnya. Sisi yang menghadap bintang diperkirakan memiliki temperatur 1,726 derajat Celcius, cukup panas untuk melelehkan logam.

Berikut ini adalah video citra inframerah planet Cancri 55 E yang diambil oleh teleskop Spitzer


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto