Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Friday, June 15, 2012

Mars Rover Curiosity Diduga Terkontaminasi Mikroba Bumi

Curiosity sedang menjadi tes uji coba. Image credit: NASA /JPL - Caltech
Caltech menerima banyak laporan tentang kemungkinan Mars Rover Curiosity terkontaminasi mikroba Bumi dan efeknya juga akan mencemari planet Mars dengan mikroba tersebut. Padahal sebelumnya semua bagian termasuk roda dan sebagainya telah melalui prosedur pengawasan dan pensterilan yang ketat, lalu dimana letak permasalahannya?

Pada tahun 1967, PBB mengeluarkan resolusi tentang perjanjian dan prinsip yang mengatur kegiatan setiap negara dalam mengeksplorasi antariksa termasuk Bulan dan Objek luar angkasa lainnya. Setiap negara yang mendaftar perjanjian tersebut wajib menghindari kontaminasi berbahaya dari setiap studi luar angkasa yang dilakukan. Setiap misi diberikan kategori I sampai V tergantung apakah misi tersebut merupakan misi terbang lintas, pengorbit, pendarat, ataukah misi kembali ke Bumi dan tujuannya apakah itu planet, bulan, komet, atau asteroid. Selain itu apakah misi tersebut juga bisa memberikan petunjuk tentang sesuatu hal yang berpotensi menunjang kelangsungan kehidupan di Bumi. Misalnya Cassini merupakan misi yang masuk kategori II, dan Curiosity dikategorikan sebagai misi IVc.

Setiap tahap dari misi yang dilakukan, dimonitor secara teliti dan hati-hati. Dari tahap konstruksi meliputi ruangan yang bersih dan steril dengan aliran udara yang lancar, pakaian tim ahli yang mampu meminimalisir mikroba seperti pemakaian baju khusus, masker, sarung tangan, sepatu, dan sebagainya. Seluruh komponen dari pesawat luar angkasa telah disterilkan dengan teknologi dry heat microbial reduction dengan menutupnya dalam sebuah BioShield dan dipanaskan dalam oven bersuhu 111,7 derajat Celcius selama 30 jam. Untuk komponen yang gampang rusak, digunakan suhu yang lebih rendah. Selanjutnya komponen diletakkan dalam ruang hampa dan hidrogen peroksida dimasukkan ke dalam ruang sterilisasi agar terjadi konsentrasi uap tertentu.

Diharapkan nanti setelah Mars Rover Curiosity mendarat di planet Mars, Curiosity tidak akan dijalankan hingga beberapa saat untuk mensterilkan wahana penjelajah tersebut dari mikroba, sebab diketahui bahwa paparan sinar ultraviolet di Mars mampu membunuh 81 sampai 96 persen mikroba atau bakteri yang mungkin ada pada wahana tersebut.

Masalah terkontaminasinya Curiosity muncul tahun lalu setelah peluncuran. Diketahui bahwa tahapan planetary protection tidak dilakukan dengan benar selama pembuatan komponen bor Curiosity. Seharusnya semua bagian dari Curiosity berada dalam kotak steril sampai pendaratannya di planet Mars, namun kotak tersebut dibuka untuk menguji kontaminasi dari salah satu bagian dari komponen kepala bor. Dan hal ini menyimpang dari SOP yang seharusnya dilakukan. Teflon dan molibdenum disulfida dari segel dalam perakitan bor bisa menular dan mencemari sampel yang diambil selama misi Curiosity di Mars sehingga membuat sampel tersebut sulit untuk dianalisis. Tim dari MSL sedang mencoba untuk mengatasi masalah ini seperti dengan mengoperasikan bor dengan kecepatan lebih rendah, menggunakan sekop pada Curiosity untuk mengambil sampel dan menggunakan roda untuk memecahkan batu. Semua ini dilakukan agar sampel yang diambil nantinya benar-benar sampel asli Mars dan tidak terkontaminasi apapun dari planet lain termasuk Bumi yang dapat mempengaruhi analisis data dari sampel tersebut. Rencananya Curiosity akan mendarat di planet Mars pada bulan Agustus mendatang.(universetoday.com, Adi Saputro/ astronomi.us)

Thursday, June 14, 2012

Ilmuwan Temukan Danau Metana Raksasa di Titan

Ilustrasi danau di Titan. Image credit: nationalgeographic.com
Sebuah danau metana berhasil ditemukan di Titan, bulan Saturnus. Danau tersebut terletak di tengah bukit pasir di daerah tropis Titan. Danau tersebut terletak di suatu daerah yang dikatakan oleh para ilmuwan sebagai daerah yang kering.

Titan memiliki awan, hujan, dan danau seperti di Bumi. Bedanya di Titan air berganti dengan metana. Namun, danau di Titan saat ini terlihat hanya di kutubnya saja.Sedangkan di daerah tropis mengering, diduga metana cair menghilang melalui saluran metana cair bawah tanah.

Gambar yang dikumpulkan oleh wahana antariksa Cassini yang mengorbit Saturnus sejak tahun 2004, menunjukkan adanya sebuah danau metana besar berada di daerah tropis dan luasnya sekitar 2.400 km persegi dan dalam sekitar 1 meter.

"Danau tropis di Titan memiliki ukuran yang sebanding dengan ukuran Great Salt Lake di Utah," ungkap Caitlin Griffith, seorang ilmuwan planet dari University of Arizona seperti dikutip dari space.com, Kamis (14/06/2012). "Penelitian kami juga menunjukkan bahwa ada beberapa kolam kecil dan dangkal mirip rawa di Bumi dengan tingkat kedalaman dari lutut sampai mata kaki," tambahnya.

Danau metana di daerah tropis Titan tidak stabil. "Metana di daerah tropis menguap dengan cepat dan dibawa oleh sirkulasi Titan ke daerah kutub dimana di sana muncul danau besar," ucap Griffith.

Penemuan ini benar-benar suatu hal yang tidak terduga. "Danau di daerah kutub mudah untuk dijelaskan tapi tidak dengan danau di daerah tropis," kata Griffith. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Tingkat Keasinan Berbagai Laut dan Samudera di Dunia

Peta tingkat keasinan dari laut dan samudera di Bumi. KLIK gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA, Norman Kuring, Goddard Space Flight Center.
Seberapa asin air laut di Bumi? pertanyaan tersebut dijawab oleh instrumen Satelite de Aplicaciones Cientificas (SAC) yang mengumpulkan data dan gambar persebaran garam dan tingkat keasinan dari berbagai laut dan samudera di seluruh dunia.

Satelit yang diluncurkan pada 10 Juni 2011 lalu itu mendapatkan data bahwa samudera Atlantik lebih asin dari samudera Pasifik dan samudera Hindia. Hal itu juga menunjukkan bahwa sungai terpanjang di dunia (sungai Nil) membawa lebih banyak air tawar dari darat menuju laut. Dan di daerah tropis, curah hujan tinggi membuat air laut di khatulistiwa menjadi lebih segar. (space.com, Adi Saputro/ astronomi.us)

Wednesday, June 13, 2012

Astronom Teliti Bulan Terkecil Planet Jupiter, S/20120 J 2

Bulan S/2010 J 1 (dilingkari hijau). Image credit: Palomar Observatory/University of British Columbia
Bulan S/20120 J 2 merupakan bulan terkecil planet Jupiter. Bulan ini ditemukan pada bulan September 2010 bersama dengan satelit lainnya yaitu S/2010 J 1. Bulan S/20120 J 2 memiliki diameter 2 km sedangkan S/20120 J 1 memiliki diameter yang lebih besar yaitu 3 km. Para ilmuwan terus mengamati dua bulan Jupiter tersebut sejak awal pendeteksian untuk mengumpulkan informasi tentang dua satelit alam itu dan orbitnya.

S/20120 J 1 memiliki jarak rata-rata dengan Jupiter sekitar 23.450.000 km dan memerlukan waktu 2,02 tahun untuk sekali memutari Jupiter. Bulan S/20120 J 2 memiliki jarak 21.010.000 km dan memerlukan waktu 1,69 tahun untuk sekali mengelilingi Jupiter.

"Sangat menyenangkan untuk mengetahui bahwa S/20120 J 2 merupakan bulan terkecil di tata surya dan ditemukan dari Bumi," kata Mark Alexandersen dari University of British Columbia, seperti yang dikutip dari space.com, Rabu (13/06/2012).

Bulan yang tidak teratur milik Jupiter dan Saturnus dilihat dari orbit dan warnanya diperkirakan terbentuk dari Bulan besar yang kemudian ditabrak oleh komet atau asteroid pada masa lampau. S/20120 J 1 sepertinya berasal dari kelompok Carme, sedangkan S/20120 J 2 kemungkinan berasal dari kelompok Ananke, kata peneliti.

Jupiter memiliki Bulan yang sangat beragam dan beberapa diantaranya memiliki bentuk yang tidak teratur seperti S/20120 J 1 dan S/20120 J 2. Kemudian Bulan lain yang berukuran besar seperti Io, Europa, Ganymede, dan Callisto. Ganymede menjadi Bulan terbesar di tata surya dengan diameter 5.268 km dan itu lebih besar dari planet Merkurius.

Studi tentang penemuan dan penelitian Bulan S/20120 J 1 dan S/20120 J 2 akan dilakukan musim panas ini di The Astronomical Journal. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Tuesday, June 12, 2012

Video: Teleskop Spitzer Tangkap Citra Planet Mirip Bumi, Cancri 55 E

Ilustrasi Planet Cancri 55 E. Image credit: NASA/JPL-Caltech
NASA's Spitzer Space Telescope berhasil menangkap citra Planet 55 Cancri E yaitu sebuah planet dengan ukuran dua kali Bumi dan kemungkinan mendukung kehidupan. Planet yang disebut dengan "Super Earth" ini pertama kali ditemukan pada tahun 2004 dan Spitzer berhasil mendeteksi planet tersebut melalui sinar inframerah yang berasal dari planet itu sendiri.

Planet Cancri 55 E sendiri memiliki masa 8.57 kali massa Bumi dengan radius 1.63 kali Bumi dan kepadatan 10.9 ± 3.1 g cm-3 (rata-rata kepadatan Bumi adalah 5.515 g cm-3). Termasuk kategori Rocky Super Earth.

Jarak planet ini relatif dekat dengan Bumi yaitu 41 tahun cahaya. Planet ini terkunci oleh efek pasang surut (efek tidal seperti yang terjadi pada bulan) jadi salah satu sisinya akan selalu menghadap bintangnya. Namun kondisi atmosfer yang kurang, tidak membawa cukup panas ke sisi gelapnya. Sisi yang menghadap bintang diperkirakan memiliki temperatur 1,726 derajat Celcius, cukup panas untuk melelehkan logam.

Berikut ini adalah video citra inframerah planet Cancri 55 E yang diambil oleh teleskop Spitzer

Monday, June 11, 2012

Dengan Radar, Cassini Ambil Gambar Permukaan Titan

Daerah di Titan yang disebut "Xanadu". Terlihat pola bukit pasir dan kawah. Image credit: NASA
Bulan milik Saturnus, Titan, merupakan bulan yang memiliki lapisan atmosfer 10 lebih tebal dari Bumi. Selain tebal, atmosfernya juga berkabut sehingga menyulitkan wahana antariksa untuk melihat permukaannya. Namun wahana luar angkasa Cassini yang telah lama meneliti planet Saturnus dan Titan, menggunakan radar untuk melihat permukaannya. Dan hasilnya, terlihat sebuah daerah yang diberi nama "Xanadu". Disana peneliti menemukann bukit pasir yang memiliki motif yang mirip seperti yang ada di Mesir dan Namibia. Selain itu di sebelah kanan atas (sedikit hitam), terlihat adanya kawah.

Selain itu peneliti juga menemukan sungai, bukit, dan lembah yang dipercaya terbentuk oleh es dan metana cair atau etana.

Roket Shenzou 9 Akan Bawa Astronot Wanita Pertama China

Roket Shenzou 9. Image credit: thehindu.com
Setelah menunggu lama, China akhirnya meluncurkan misi luar angkasa berawak berikutnya. Roket Shenzou 9 yang akan membawa para astronot direncanankan akan diluncurkan pada pertengahan Juni ini. Astronot tersebut untuk kemudian akan dikirim ke laboratorium luar angkasa China, Tiangong 1. Misi berawak China ke luar angkasa pertama kali yaitu pada tahun 2008. Sehinga jarak diantara misi berawak satu dengan ke dua cukup lama, hampir 4 tahun.

Lamanya jeda misi kemungkinan disebabkan karena China sedang melakukan penelitian yang lebih mendalam dan mengembangkan teknologi yang lebih canggih lagi sebab wahana kapsul Shenzou pembawa astronot akan melakukan "docking" dengan wahana luar angkasa China lainnya, Tiangong 1. Mirip seperti kapsul Soyuz atau kapsul Dragon SpaceX merapat dengan ISS. Setelah dirasa penyempurnaan yang dilakukan cukup, China akhirnya meluncurkan Tiangong 1 pada tahun 2011, dan selanjutnya meluncurkan roket tanpa awak Shenzou 8 untuk melakukan uji coba merapat dengan Tiangong 1.

Peluncuran Shenzou 9 ini dikabarkan juga akan membawa serta astronot wanita pertama China. (space-travel.com, astronomi.us)

Saturday, June 9, 2012

Foto Kawah Mars Buktikan Perubahan Iklim di Mars

Kawah Kalocsa (kiri) dan kawah Danielson (kanan) di Mars. Image credit: ESA
Foto kawah Mars yang diambil oleh ESA's Mars Express baru-baru ini menunjukkan perubahan iklim di planet tersebut.

Pada 19 Juni 2011, Mars Express meneliti daerah yang disebut dengan Arabia Terra. Di sana terdaat dua kawah yang menjadi fokus penelitian yaitu kawah Danielson dan kawah Kalocsa. Nama kawah Danielson diambil dari nama Goerge E Danielson, orang yang mengembangkan kamera pada beberapa wahana luar angkasa yang menjalankan misi ke Mars. Diameter kawah Danielson mencapai 60 km. Sedangkan kawah Kalocsa memeiliki diameter 33 km. Nama kawah tersebut diambil dari nama kota di Hungaria yang memiliki observatorium astronomi terbaik di negara tersebut.

Pada kawah danielson ditemukan adanya sedimen yang dibentuk oleh air, kemungkinan dari penampungan air bawah tanah saat planet Mars dahulu masih memiliki air dalam wujud cair. Namun nampaknya sebelum sedimen tersebut terhapus oleh angin Mars.

Dari situ peneliti menukan apa yang disebut dengan Yardang, yaitu bukit pasir yang terbentuk dari batuan dasar atau gabungan materi oleh partikel debu dan pasir yang dibawa oleh angin. Arah motif dari Yardang membuat peneliti berteori bahwa angin dari timur laut mengendapkan sedimen asli dan kemudian menyebabkan erosi pada kedua Yardang. Bukit sepanjang 30 km terlihat membagi dua Yardang.

Di dasar kawah Danielson ditemukan petunjuk bahwa adanya beberaa lapisan sedimen yang memiliki ketebalan yan hampir sama dan terpisah. beberapa peneliti ercaya bahwa ini menunjukkan fluktuasi periodik pada iklim Mars yang dipicu oleh perubahan reguler di sumbu rotasi planet.

Hal yang berbeda ditemukan di kawah Kalocsa. Tidak terlihat adanya lapisan sedimen. Kemungkinan hal ini disebabkan letaknya yang lebih tinggi dan kawah tidak menekan penampungan air di bawah tanah. Selain itu ada juga hipotesis bahwa kawah ini terbentuk setelah air di Mars menghilang. (marsdaily.com, Adi Saputro/ astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto