|
Asteroid. Image credit: mnn.com |
Pertahanan terhadap asteroid selalu fokus pada persenjataan besar seperti hulu ledak nuklir atau laser. Namun, para peneliti dari Strathclyde yakin memiliki trik jitu.
Terdapat dua teknisi dari
University of Strathclyde yang beranggapan, menggantikan penggunaan senjata laser besar praktis, ‘serbuan’ pesawat luar angkasa kecil seberat 453 kg diyakini masih mampu menangkisnya.
Pada konferensi di Atlanta Georgia, Alison Gibbings dan Massimiliano Vasile, mengusulkan ‘serbuan’ kerikil bertenaga surya bisa membelokkan asteroid sejauh 35,4 ribu kilometer. Jarak ini sudah cukup untuk menyelamatkan Bumi dari hantaman asteroid.
‘Gerombolan’ ini akan diluncurkan ke orbit dengan roket tunggal yang kemudian membentuk ‘kawanan’ untuk menyerang batu ruang angkasa berdiameter 250 meter itu. Hingga kini, penelitian pada ‘perisai asteroid’ untuk Bumi hanya fokus pada satelit besar bersenjata besar.
Namun para peneliti Strathclyde ini, memikirkan satelit ‘tempur’ yang ukurannya lebih kecil dan mampu bekerjasama menghancurkan asteroid besar. Vasile juga meneliti pendekatan lain, yakni menggunakan satelit kecil yang dipersenjatai laser.
Bukan menghantamkannya, satelit laser kecil ini akan ‘mengunyah’ asteroid yang mendekat. “Pendekatan yang kami kembangkan melibatkan pengiriman satelit kecil yang mampu terbang dalam formasi bersama asteroid dan menembakkan laser di jarak dekat,” katanya.
Penggunaan laser daya tinggi di angkasa masih dalam tahap perkembangan dan salah satu tantangan utama adalah memiliki daya tinggi, efisiensi tinggi dan kualitas laser tinggi di saat bersamaan.
“Masalah tambahan dari defleksi asteroid ini adalah, saat laser mulai merusak permukaan obyek, gumpalan gas dan puing-puing bisa mencemari pesawat dan laser. Namun, tes kami membuktikan, tingkat kontaminasi kurang dari harapan dan laser bisa terus berfungsi,” katanya.
Segerombolan satelit kecil yang terbang dalam formasi dan secara kooperatif menembak asteroid akan mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan metode terbaru yang fokus pada pesawat ruang angkasa berat dan besar.
Pada 100 tahun lalu, area vegetasi seluas 2.000 kilometer hancur saat obyek luar angkasa yang diyakini memiliki diameter 30-50 meter meledak di langit di atas Tunguska, Siberia. “Peristiwa kelas Tunguska diramalkan terjadi beberapa abad mendatang,” kata Vasile.
Asteroid yang lebih kecil lebih sering menghantam Bumi dan umumnya terbakar di atmosfer. Meski begitu, beberapa aseteroid berhasil mencapai tanah atau meledak di ketinggian rendah yang berpotensi menyebabkan kerusakan bangunan dan orang.
“Kita bisa mengurangi ancaman yang timbul dengan armada pesawat luar angkasa ukuran kecil dan menengah yang dilengkapi laser untuk menangkisnya. Sistem kami merupakan sistem yang terukur,” katanya.
Versile mengaku, saat ini sedang menyelidiki penggunaan konsep yang sama untuk menghilangkan kotoran ruang angkasa. Jumlah obyek di orbit diklasifikasikan sebagai puing-puing yang terus meningkat dan tanpa ada solusi yang diterima secara luas untuk menghilangkannya.
Para peneliti di
University of Strathclyde yakin, pesawat dengan laser bisa digunakan menurunkan orbit asli dari puing-puing ruang angkasa dan mengurangi kemacetan.
“Jumlah sampah yang ada di orbit disebut sindrom Kessler di mana kepadatan menjadi sangat tinggi hingga tabrakan antar obyek bisa menyebabkan peningkatan sampah secara eksponensial,” paparnya.
Meski ada pemantauan signifikan untuk melacak benda-benda, tak ada sistem khusus untuk menghilangkannya. “Keuntungan utama menggunakan teknik ini adalah, laser tak harus ditembakkan dari tanah. Jika ditembakkan dari tanah, proses ini akan terhambat jarak dan hanya bisa menembak puing dalam bentuk busur pendek,” tutupnya. (inilah.com, astronomi.us)