Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Sunday, October 2, 2011

Tipe, Jenis, dan Bentuk Galaksi

Galaksi dapat dikelompokkan dalam tiga jenis utama: eliptik, spiral dan irregular. Karena sistem klasifikasi Hubble hanya berdasarkan pada pengamatan visual, klasifikasi ini mungkin melewatkan beberapa karakteristik penting dari galaksi, seperti laju pembentukan bintang (di galaksi starburst) dan aktivitas inti galaksi (di galaksi aktif).

Eliptik

Jenis-jenis galaksi berdasarkan sistem klasifikasi Hubble. E merupakan tipe galaksi eliptik, S merupakan galaksi spiral, dan SB merupakan galaksi spiral berbatang
Sistem klasifikasi Hubble membedakan galaksi eliptik berdasarkan tingkat keelipsannya, dari E0 yang hampir berupa lingkaran, hingga E7 yang sangat lonjong. Galaksi tersebut memiliki bentuk dasar elipsoid, sehingga tampak elips dari berbagai sudut pandang. Galaksi tipe ini tampak memiliki sedikit struktur dan sedikit materi antar bintang, sehingga galaksi tersebut memiliki sedikit gugus terbuka dan laju pembentukan bintang yang lambat. Galaksi tipe ini didominasi oleh bintang yang berumur tua yang mengorbit pusat gravitasi dengan arah yang acak. Dalam hal tersebut, galaksi tipe ini mirip dengan gugus bola.

Banyak galaksi besar yang berbentuk eliptik. Banyaknya galaksi berbentuk eliptik dipercaya terbentuk karena interaksi antar galaksi menghasilkan tabrakan dan penggabungan. Galaksi dapat tumbuh menjadi besar (misalnya jika dibandingkan dengan galaksi spiral), galaksi eliptik raksasa sering ditemukan didekat inti dari kelompok galaksi besar. Galaksi starburst merupakan akibat dari tabrakan antar galaksi dan dapat menghasilkan pembentukan galaksi eliptik.

Spiral


Galaksi Whirlpool (kiri), sebuah galaksi spiral tanpa batang.
Galaksi spiral terdiri dari piringan berupa bintang dan materi antar bintang yang berotasi, serta gembung pusat yang terdiri dari bintang-bintang tua. Terdapat lengan spiral yang menjulur dari gembung pusat. Dalam sistem klasifikasi Hubble, galaksi spiral ditandai sebagai tipe S, diikuti huruf (a, b, atau c) yang menunjukkan tingkat kerapatan dari lengan spiral dan ukuran dari gembung pusat. Galaksi Sa memiliki lengan spiral yang kurang jelas dan membelit secara rapat, serta gembung pusat yang relatif besar. Sedangkan galaksi Sc memiliki lengan spiral yang terbuka dan gembung pusat yang relatif kecil.


NGC 1300, contoh galaksi spiral berbatang.
Sebagian besar galaksi spiral memiliki bentuk batang linier yang memanjang ke dua sisi dari gembung inti, yang kemudian bergabung dengan struktur lengan spiral. Di sistem klasifikasi Hubble, galaksi ini dikategorikan sebagai SB, dan diikuti huruf (a, b atau c) yang mengindikasikan bentuk lengan spiralnya. Batang galaksi diperkirakan merupakan struktur sementara yang disebabkan oleh gelombang kejut dari inti galaksi, atau karena interaksi pasang surut dengan galaksi lain. Banyak galaksi spiral berbatang yang berinti aktif, kemungkinan karena adanya gas yang menuju ke inti melalui lengan spiral.

Galaksi Bima Sakti merupakan galaksi spiral berbatang ukuran besar dengan diameter sekitar 30 kiloparsecs dan ketebalan sekitar satu kiloparsec. Bima Sakti memiliki sekitar 200 milyar (2×1011) bintang dengan massa total sekitar 600 juta (6×1011) kali massa Matahari.

Morfologi lain

Hoag's Object, merupakan galaksi cincin.
Galaksi aneh (peculiar galaxies) merupakan galaksi yang memiliki sifat-sifat yang tidak biasa karena interaksi pasang surut dengan galaksi lain. Contohnya adalah galaksi cincin, yang memiliki struktur mirip cincin berupa bintang dan materi antar bintang yang mengelilingi inti kosong. Galaksi cincin diperkirakan terbentuk saat galaksi kecil melewati inti galaksi yang lebih besar. Kejadian tersebut mungkin terjadi pada galaksi Andromeda yang memiliki beberapa struktur mirip cincin jika diamati pada spektrum inframerah.

NGC 5866, merupakan galaksi lenticular. Credit: NASA/ESA
Galaksi lenticular merupakan bentuk pertengahan yang memiliki sifat baik dari galaksi eliptik maupun galaksi spiral, dan dikategorikan sebagai tipe S0 dan memiliki lengan spiral yang samar-samar serta halo bintang berbentuk eliptik. (Barred lenticular galaxies receive Hubble classification SB0.). (Sumber: wikipedia.org)

FOTO: Fenomena Halo Bulan Oleh Earl Matenga

Fenomena Halo Bulan oleh Earl Matenga. Credit: Earl Matenga
Biasanya kita sering melihat foto halo matahari, tapi jarang yang melihat atau mengabadikan foto halo bulan. Earl Matenga menangkap fenomena halo bulan dengan menggunakan kameranya pada 25 Maret 2010. Fenomena halo bulan sama seperti halnya halo matahari yaitu akibat pembiasan sinar  dari kristal es heksagonal yang sangat kecil di atmosfer. (Adi Saputro/Astronomi.us)

Saturday, October 1, 2011

Pengertian Rasi Bintang, Gugus Bintang, dan Konstelasi

Rasi bintang Orion. Credit: wikipedia.org
Suatu rasi bintang, gugus bintang atau konstelasi adalah sekelompok bintang yang tampak berhubungan membentuk suatu konfigurasi khusus. Dalam ruang tiga dimensi, kebanyakan bintang yang kita amati tidak memiliki hubungan satu dengan lainnya, tetapi dapat terlihat seperti berkelompok pada bola langit malam. Manusia memiliki kemampuan yang sangat tinggi dalam mengenali pola dan sepanjang sejarah telah mengelompokkan bintang-bintang yang tampak berdekatan menjadi rasi-rasi bintang. Susunan rasi bintang yang tidak resmi, yaitu yang dikenal luas oleh masyarakat tapi tidak diakui oleh para ahli astronomi atau Himpunan Astronomi Internasional, juga disebut asterisma. Bintang-bintang pada rasi bintang atau asterisma jarang yang mempunyai hubungan astrofisika; mereka hanya kebetulan saja tampak berdekatan di langit yang tampak dari Bumi dan biasanya terpisah sangat jauh.

Pengelompokan bintang-bintang menjadi rasi bintang sebenarnya cukup acak, dan kebudayaan yang berbeda akan memiliki rasi bintang yang berbeda pula, sekalipun beberapa yang sangat mudah dikenali biasanya seringkali ditemukan, misalnya Orion atau Scorpius.

Himpunan Astronomi Internasional telah membagi langit menjadi 88 rasi bintang resmi dengan batas-batas yang jelas, sehingga setiap arah hanya dimiliki oleh satu rasi bintang saja. Pada belahan bumi (hemisfer) utara, kebanyakan rasi bintangnya didasarkan pada tradisi Yunani, yang diwariskan melalui Abad Pertengahan, dan mengandung simbol-simbol Zodiak.

Beragam pola-pola lainnya yang tidak resmi telah ada bersama-sama dengan rasi bintang dan disebut asterisma, seperti Bajak (juga dikenal di Amerika Serikat sebagai Big Dipper) dan Little Dipper.

Macam-macam rasi bintang tersebut adalah sebagai berikut:

Constellation
Genitive
Abbr.
Area
(square
degs.)
Area
of sky
(%)
Order
of
size
Visibility range
(full)*
Visibility range
(partial)*
Number
of stars
≤ 6.5*
Origin*
Andromeda
Andromedae
And
722.3
1.751
19
90°N – 37°S
37°S – 68°S
152
1
Antlia
Antliae
Ant
238.9
0.579
62
49°N – 90°S
49°N – 65°N
42
6
Apus
Apodis
Aps
206.3
0.500
67
7°N – 90°S
7°N – 22°N
39
3
Aquarius
Aquarii
Aqr
979.9
2.375
10
65°N – 86°S
90°N – 65°N
172
1
Aquila
Aquilae
Aql
652.5
1.582
22
78°N – 71°S
90°N – 78°N,
71°S – 90°S
124
1
Ara
Arae
Ara
237.1
0.575
63
22°N – 90°S
44°N – 22°N
71
1
Aries
Arietis
Ari
441.4
1.070
39
90°N – 58°S
58°S – 79°S
86
1
Auriga
Aurigae
Aur
657.4
1.594
21
90°N – 34°S
34°S – 62°S
152
1
Boötes
Boötis
Boo
906.8
2.198
13
90°N – 35°S
35°S – 82°S
144
1
Caelum
Caeli
Cae
124.9
0.303
81
41°N – 90°S
62°N – 41°N
20
6
Camelopardalis
Camelopardalis
Cam
756.8
1.835
18
90°N – 3°S
3°S – 37°S
152
4
Cancer
Cancri
Cnc
505.9
1.226
31
90°N – 57°S
57°S – 83°S
104
1
Canes Venatici
Canum Venaticorum
CVn
465.2
1.128
38
90°N – 37°S
37°S – 62°S
59
5
Canis Major
Canis Majoris
CMa
380.1
0.921
43
56°N – 90°S
78°N – 56°N
147
1
Canis Minor
Canis Minoris
CMi
183.4
0.444
71
89°N – 77°S
77°S – 90°S
47
1
Capricornus
Capricorni
Cap
413.9
1.003
40
62°N – 90°S
78°N – 62°N
81
1
Carina
Carinae
Car
494.2
1.198
34
14°N – 90°S
39°N – 14°N
225
7
Cassiopeia
Cassiopeiae
Cas
598.4
1.451
25
90°N – 12°S
12°S – 43°S
157
1
Centaurus
Centauri
Cen
1060.4
2.571
9
25°N – 90°S
59°N – 25°N
281
1
Cepheus
Cephei
Cep
587.8
1.425
27
90°N – 1°S
1°S – 36°S
152
1
Cetus
Ceti
Cet
1231.4
2.985
4
65°N – 79°S
90°N – 65°N,
79°S – 90°S
189
1
Chamaeleon
Chamaeleontis
Cha
131.6
0.319
79
7°N – 90°S
14°N – 7°N
31
3
Circinus
Circini
Cir
93.4
0.226
85
19°N – 90°S
34°N – 19°N
39
6
Columba
Columbae
Col
270.2
0.655
54
46°N – 90°S
62°N – 46°N
68
4
Coma Berenices
Comae Berenices
Com
386.5
0.937
42
90°N – 56°S
56°S – 77°S
66
2
Corona Australis
Coronae Australis
CrA
127.7
0.310
80
44°N – 90°S
53°N – 44°N
46
1
Corona Borealis
Coronae Borealis
CrB
178.7
0.433
73
90°N – 50°S
50°S – 64°S
37
1
Corvus
Corvi
Crv
183.8
0.446
70
65°N – 90°S
78°N – 65°N
29
1
Crater
Crateris
Crt
282.4
0.685
53
65°N – 90°S
83°N – 65°N
33
1
Crux
Crucis
Cru
68.4
0.166
88
25°N – 90°S
34°N – 25°N
49
4
Cygnus
Cygni
Cyg
804.0
1.949
16
90°N – 28°S
28°S – 62°S
262
1
Delphinus
Delphini
Del
188.5
0.457
69
90°N – 69°S
69°S – 87°S
44
1
Dorado
Doradus
Dor
179.2
0.434
72
90°S – 20°N
41°N – 20°N
29
3
Draco
Draconis
Dra
1083.0
2.625
8
90°N – 4°S
4°S – 42°S
211
1
Equuleus
Equulei
Equ
71.6
0.174
87
90°N – 77°S
77°S – 87°S
16
1
Eridanus
Eridani
Eri
1137.9
2.758
6
32°N – 89°S
90°N – 32°N
194
1
Fornax
Fornacis
For
397.5
0.964
41
50°N – 90°S
66°N – 50°N
59
6
Gemini
Geminorum
Gem
513.8
1.245
30
90°N – 55°S
55°S – 80°S
119
1
Grus
Gruis
Gru
365.5
0.886
45
33°N – 90°S
53°N – 33°N
55
3
Hercules
Herculis
Her
1225.1
2.970
5
90°N – 38°S
38°S – 86°S
245
1
Horologium
Horologii
Hor
248.9
0.603
58
23°N – 90°S
50°N – 23°N
30
6
Hydra
Hydrae
Hya
1302.8
3.158
1
54°N – 83°S
90°N – 54°N
238
1
Hydrus
Hydri
Hyi
243.0
0.589
61
8°N – 90°S
32°N – 8°N
33
3
Indus
Indi
Ind
294.0
0.713
49
15°N – 90°S
43°N – 15°N
42
3

(Sumber: wikipedia.org, ianridpath.com)

Mengenal Astrolab, Instrumen Astronomi Pada Era Klasik

Astrolab pada abad ke-16. Credit: wikipedia.org
Astrolab adalah instrumen astronomi zaman dahulu yang digunakan oleh astronom, navigator, dan astrolog pada era klasik. Astrolab banyak digunakan untuk menentukan lokasi dan memprediksi posisi matahari, bulan, planet, dan bintang; menentukan waktu lokal dengan diketahui letak bujur dan letak lintang; survei; serta triangulasi.

Pada era Islam abad pertengahan, astrolab terutama digunakan untuk mempelajari astronomi, navigasi, survei, penentu waktu, salat, serta menentukan arah kiblat. Astrolog dari Eropa menggunakan astrolab untuk horoskop. (Sumber: wikipedia.org)

Astrometri, Cabang Astronomi yang Mempelajari Posisi dan Pergerakan Bintang


Bintang. Credit: science.nationalgeographic.com


Astrometri adalah cabang dari astronomi yang memusatkan perhatian pada posisi bintang dan benda langit lainnya, jarak dan pergerakan mereka. Sebagian astrometri melibatkan pembuatan tangga jarak kosmik.

Astrometri adalah salah satu sub-bidang ilmu yang paling tua, kembali ke zaman Hipparchus, yang menyusun katalog bintang yang pertama. Hipparchus juga menciptakan skala kecerahan yang masih dipergunakan sampai sekarang. Astrometri modern dirintis oleh Friedrich Bessel dengan 'Fundamenta astronomiae'nya, yang menghitung posisi rata-rata sebanyak 3222 bintang yang diteliti antara 1750 dan 1762 oleh James Bradley.

Selain fungsi pokok menyediakan astronom dengan bingkai referensi untuk melaporkan pengamatan mereka, astrometri juga penting bagi bidang seperti mekanika langit, dinamika bintang dan astronomi galaksi. Astrometri juga merupakan alat mendasar dalam menentukan waktu, yaitu bahwa UTC, yang pada dasarnya adalah waktu atomik, disinkronkan dengan rotasi Bumi yang ditentukan dari pengamatan yang sangat teliti.

Perkembangan-perkembangan dalam astrometri :
  • Sundial efektif dalam mengukur waktu.
  • Astrolabe diciptakan untuk mengukur sudut di langit.
  • Penerapan Astrometri menyebabkan berkembangnya ilmu geometri bola.
  • Pengukuran secara teliti dari gerakan planet oleh Tycho Brahe membuktikan asas Copernican, bahwa Bumi mengelilingi Matahari.
  • Sextant secara dramatis memperbaiki pengukuran sudut-sudut di langit.
Astronom mulai meningkatkan ketepatan setting lingkaran di teleskop mereka, yang mengizinkan mereka untuk melakukan metode paralaks secara lebih teliti lagi dalam menentukan jarak ke bintang dekat. Ini adalah astrometri tradisional.

Hal lainnya adalah penggunaan bintang variabel Cepheid untuk mengukur jarak ke galaksi lain. Dengan mengukur variabilitas kecemerlangan Cepheids di galaksi, Edwin Hubble dapat menentukan jarak mereka.

Hubble memakai Cepheid untuk mengetahui dan menyesuaikan jarak dengan pergeseran merah yang diperlihatkan oleh galaksi-galaksi jauh.

Dari 1989 sampai 1993, Badan Antariksa Eropa (ESA) menggunakan satelit Hipparcos dalam melakukan pengukuran astrometrik yang menghasilkan katalog posisi lebih dari satu juta bintang hingga ketepatan 20-30 milidetik busur. (Sumber: wikipedia.org)

Roket Bekas Mampu Bantu Kolonisasi Mars

Roket Falcon 9 buatan SpaceX. Credit: regmedia.co.uk
Washington - Sebuah agensi luar angkasa swasta asal Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa roket bekas mungkin bisa membantu manusia untuk mengkolonisasi planet Mars.

Seperti yang dikutip dari AFP, Sabtu (1/10/2011), perusahaan agnesi luar angkasa swasta bernama SpaceX, sedang membangun sebuah roket yang dapat digunakan kembali (re-usable), untuk peluncuran dan kembali ke Bumi.

"Roket jenis ini diharapkan suatu saat nanti bisa membantu manusia mengkolonisasi planet Mars," ujar Elon Musk, pendiri dari SpaceX.

Roket tersebut nantinya merupakan versi re-usable dari roket Falcon 9, yang tahun lalu digunakan oleh SpaceX untuk menaruh kapsul angkasa mereka di orbit rendah Bumi, pada rangkaian misi tahun lalu.

Pendiri SpaceX tersebut mengatakan bahwa dengan membangun sebuah roket yang re-usable akan dapat menghemat uang jutaan dollar, juga memperbesar kemungkinan manusia untuk mendiami planet Mars.

"Sebuah sistem re-usable rocket sangat dibutuhkan, yang bisa dipakai pulang pergi. Hal tersebut bisa memperbesar kemungkinan manusia untuk mengkolonisasi planet Mars," pungkas Musk. (Sumber: okezone.com)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto