Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Saturday, October 1, 2011

VIDEO: Tes Mesin Roket J-2X NASA

Tes mesin roket J-2X di NASA's John C. Stennis Space Center. Credit: NASA
NASA melakukan uji coba mesin roket J-2X selama 40 detik pada 28 September 2011 lalu. Tes ini merupakan yang pertama dari serangkaian tes yang akan dilakukan guna memastikan kehandalan dari roket yang akan digunakan sebagai bagian dari Launch System Architecture yang akan membawa manusia terbang lebih jauh ke luar angkasa.

Dikutip dari spacedaily.com, Sabtu (01/10/2011), tes ini dilakukan pada tingkat daya 99 persen untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, mulai dari roket itu menyala sampai sistem shutdown harus berjalan sesuai dengan rencana, pada tes ini mesin roket telah mengalami modifikasi setelah beberapa minggu yang lalu menjalani tes penyalaan (firing).

Tes di NASA's John C. Stennis Space Center di selatan Mississippi tersebut berlangsung setelah dua minggu lembaga itu mengumumkan rencana untuk membuat SLS (Space Launch System) baru yang akan didukung oleh mesin roket J-2X.

Bahan bakar Hidrogen cair / oksigen cair untuk J-2X saat ini sedang dikembangkan oleh Pratt and Whitney Rockerdyne.

Berikut ini videonya:

(Adi Saputro/Astronomi.us)

Ekstrimnya Efek Angin Surya di Planet Merkurius

Gambar planet Merkurius diambil oleh pesawat MESSENGER pada 2008. Credit: NASA
Mengacu pada data dari Fast Imaging Plasma Spectometer (FIPS) pada pesawat luar angkasa MESSENGER, angin surya dari Matahari membakar dan meledakkan partikel di permukaan kutub planet Merkurius.

Temuan yang didasarkan pada makalah dari misi MESSENGER yang dipublikasikan pada 30 September pada edisi Sciense, cara partikel sodium dan oksigen bermuatan di Merkurius, mirip pada Aurora Borealis di Bumi. Bagaimana universitas Michigan meneliti dan mendeteksi fenomena ini?

Dengan menggunakan FIPS, ilmuwan di universitas Michigan melakukan pengukuran pada eksosfer dan magnetosfer Merkurius. Data yang dikumpulkan kemudian dikembangkan oleh peneliti dengan pengertian dan interaksi yang lebih baik diantara Matahari dan Merkurius. Data FIPS juga juga menegaskan teori tentang komposisi dan sumber partikel dalam lingkungan ruang Merkurius.

"Kami sebelumnya telah mengamati natrium netral dari pengamatan tanah, tapi dari jarak dekat kami telah menemukan bahwa partikel natrium bermuatan terkonsentrasi di dekat daerah kutub Merkurius mana mereka akan dibebaskan oleh percikan ion angin matahari , efektif untuk mengetuk atom natrium dari permukaan Merkurius," kata pemimpin proyek FIPS, Thomas Zurbuchen (Universitas Michigan).
Fast Imaging Plasma Spectometer (FIPS) pada pesawat luar angkasa MESSENGER telah menemukan bahwa angin matahari di atas Merkurius mampu mledakan partikel dari permukaan di kutub planet ke atmosfer tipisnya.
Credit: Shannon Kohlitz, Media Academica, LLC

Dalam siaran pers UM, Zurbuchen menambahkan, "Kami mampu mengamati proses pembentukan ion ini, dan itu mirip dengan cara dengan terjadinya aurora yang dihasilkan di atmosfer bumi di dekat daerah kutub."

Mengingat bahwa Bumi dan Merkurius adalah planet memiliki dua medan magnet, angin surya dibelokkan di sekitarnya. Badai matahari akhir-akhir ini membuat aurora mudah terlihat, aurora yang disebabkan oleh interaksi partikel bermuatan dari Matahari dan magnetosfer Bumi yang relatif kuat. Sementara Merkurius memang memiliki magnetosfer, tapi dibandingkan dengan Bumi masih jauh lebih lemah. Mengingat magnetosfer Merkurius yang lemah dan lebih dekat dengan Matahari, efek dari angin matahari memiliki efek yang lebih dahsyat.

"Hasil penelitian kami menunjukkan kepada kita bahwa magnetosfer lemah Merkurius hanya sedikit memberikan perlindungan planet tersebut dari angin matahari (Angin surya)," kata Zurbuchen.

Jim Raines, insinyur operasional FIPS (Universitas Michigan) menambahkan, "Kami mencoba memahami bagaimana matahari, berinteraksi dengan planet. Magnetosfer bumi membuat atmosfer kita tidak hilang. Dan yang membuatnya penting untuk keberadaan kehidupan di planet kita."

Friday, September 30, 2011

Karakteristik Fisik Asteroid Vesta

Asteroid Vesta. Credit: Ben Zellner (Georgia Southern University) / Peter Thomas (Cornell University) / NASA
Vesta merupakan asteroid terbesar kedua di sabuk asteroid diantara planet Mars dan Jupiter. Asteroid ini unik karena pada permukaannya terdapat bagian yang terang dan gelap seperti di Bulan. Berdasarkan pengamatan, Vesta memiliki daerah basaltik yang berarti bahwa lava pernah mengalir di permukaannya. Asteroid Vesta tampak terang di langit malam dan terkadang bisa dilihat dengan mata telanjang. Berikut ini adalah karakteristik asteroid Vesta seperti yang dikutip dari space.com, Jum'at (30/09/2011):
  • Diameter: 530 km 
  • Mass: 2.67 x 10^20 kg 
  • Temperature: 85-255 K 
  • Albedo: 0.4322 
  • Rotation period: 5.342 hours 
  • Orbital period: 3.63 years 
  • Eccentricity: .0886 
  • Aphelion: 2.57 AU 
  • Perihelion: 2.15 AU 
  • Closest approach to Earth: 1.14 AU 
Saat Vesta berada dekat melintasi Bumi pada tahun 1996, Teleskop Hubble memetakan topografi dari permukaan asteroid dan disini terungkap kawah besar pada kutub selatan asteroid. Lubang kawah tersebut berdiameter 460 km dan yang perlu diketahui, Vesta sendiri memiliki diameter hanya 530 km. Kemungkinan kawah tersebut terbentuk tabrakan pada awal terbentuknya asteroid tersebut. Materi yang keluar dari tabrakan ini menjadi vestoid, asteroid yang mengorbit dengan galaksi asal, serta sebagian menjadi meteorit yang jatuh ke Bumi.

Tidak seperti asteroid lainnya, bagian dalam Vesta sangat berbeda. Seperti planet, asteroid mempunyai kerak dari lava yang dingin membungkus mantel dan inti besi dan nikel. Sehingga Vesta lebih mirip protoplanet daripada asteroid. Sejarah penemuan asteroid Vesta ini bisa Anda baca disini. (AdiSaputro/Astronomi.us)

VIDEO: China Luncurkan Laboratorium Luar Angkasa Tiangong-1

Peluncuran Tiangong-1. Credit: CCTV
Tepatnya tanggal 29 September 2011 pada pukul 09.16 a.m waktu setempat, China meluncurkan laboratorium luar angkasa pertamanya yang disebut dengan Tiangong-1 yang berarti "Istana Surgawi" dari Jiuquan Satellite Launch Center, disebelah barat laut China. Laboratorium ini kemudian akan melakukan docking dengan beberapa pesawat luar angkasa Shenzhou pada tahun ini dan tahun depan.
Berikut ini videonya:

Wednesday, September 28, 2011

NASA Persilahkan Publik Download Percakapan Audio Astronot

Astronot John "Jack" Swigert. Credit: spacedaily.com
Ingin tahu seperti apa suasana saat astronot sedang berkomunikasi dengan kru di Bumi atau dengan sesama astronot di luar angkasa? Saat ini NASA mempersilahkan Anda untuk mendownload audio dari komunikasi tersebut. Anda bisa mendengar perkataan dari Neil Armstrong, manusia pertama yang menjejakkan kakinya di bulan, astronot John "Jack" Swigert dan masih banyak lagi. Klik link berikut untuk mendownloadnya. (Adi Saputro/Astronomi.us)

Lambda Centauri Nebula, Angry Bird di Luar Angkasa

Lambda Centauri Nebula (IC2944). Credit: portaltotheuniverse.org
Jika Anda adalah penggemar dari game Angry Bird yang sekarang sedang populer, maka di luar angkasa pun terdapat fenomena nebula yang menyerupai Angry Bird. Teleskop MPG/ESO berhasil mengambil citra dari Lambda Centauri Nebula yang merupakan awan hidrogen yang bersinar dan bintang yang baru lahir di konstelasi Centaurus (The Centaur). Nebula ini juga dikenal dengan IC 2944 yang kadang diberi julukan "Running Chicken Nebula".

Pada nebula yang jaraknya 6500 tahun cahaya dari Bumi ini, bintang baru lahir dan dibentuk dalam awan gas hidrogen yang bersinar dengan sinar ultraviolet. Radiasi yang intens akan membuat awan hidrogen disekitarnya bereaksi, sehingga cahayanya berwarna merah. Warna ini adalah warna khas dari daerah tempat terbentuknya bintang. Hal yang serupa dijumpai pada Nebula Lagoon (eso0936). (Adi Saputro/Astronomi.us)

Tuesday, September 27, 2011

Roket Proton-M Rusia Sukses Bawa Satelit Komunikasi ke Orbit

Roket Proton-M. Credit: spacedaily.com
Roket Proton-M milik Rusia sukses meletakkan satelit di orbit, kata juru bicara Kementrian Pertahanan Udara Rusia.

"Peluncuran pada hari Rabu, 21 September 2011 pada pukul 02.47 GMT dari Baikonur Space Center berjalan mulus. Roket proton-M berhasil meletakkan satelit di orbit", kata Col. Alexei Zolotukhin.

Kesuksesan ini membuktikan industri teknologi luar angaksa Rusia sudah sangat maju dengan berkurangnya jumlah kegagalan peluncuran secara drastis. Sebelumnya seperti dikutip dari spacedaily.com, Selasa (27/09/2011),  pada 18 Agustus 2011, roket Rusia Proton-M yang membawa satelit Express-AM4 yang dibuat untuk siaran televisi digital dan keamanan komunikasi pemerintah untuk Siberia, hilang dan jatuh.

Seminggu kemudian setelah Express-AM4, roket Soyuz juga mengalami malfungsi dan gagal membawa Cargo Progress M-12M yang digunakan sebagai perbekalan untuk ISS. (Adi Saputro/Astronomi.us)

Sejarah Penemuan Asteroid Vesta

Asteroid Vesta. Credit: Ben Zellner (Georgia Southern University) / Peter Thomas (Cornell University) / NASA
Pada tahun 1596, saat menentukan bentuk elips orbit planet, Johannes Kepler percaya bahwa terdapat planet diantara Mars dan Jupiter. Perhitungan matematika yang dilakukan Johann Daniel Titius dan Johann Elert Bode pada 1772 yang kemudian dikenal sebagai "Hukum Titus-Bode", memprediksi hal yang sama. Pada Agustus 1798, sekelompok yang dikenal sebagai Celestial Police bergabung untuk mencari planet yang hilang, diantaranya terdapat astronom Jerman Heinrich Olbers. Olbers adalah astronom yang menemukan asteroid Pallas.

Seperti dikutip dari space.com, Selasa, (27/09/2011), Dalam suratnya untuk astronom lainnya, Olbers mengeluarkan teori pertama tentang asal asteroid. Dia menulis "Mungkinkah Ceres dan Pallas hanya sepasang fragmen dari sebuah planet yang besar yang terletak diatara Mars dan Jupiter?

Olbers berargumen bahwa fragmen-fragmen tersebut seperti planet yang akan berpotongan pada satu titik dan berada pada orbit yang berlawanan. Dia mengamati dua area ini pada malam hari dan pada 29 Maret 1807, ditemukanlah Vesta, dan Olbers menjadi orang pertama yang menemukan dua asteroid. Setelah beberapa malam melakukan pengukuran dan pengamatan, Olbers mengirim hasil perhitungannya kepada ahli matematika Carl Friedrich Gauss, yang menghitung orbit pallas hanya 10 jam. Dengan demikian ia diberi kehormatan untuk memberi nama asteroid tersebut dan dia memilih nama Vesta, dewi perapian, adik dari Ceres. (Adi Saputro/Astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto