Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Saturday, August 20, 2011

UFO Guncang AS Enam Puluh Tahun Lalu

Gambar ini diambil oleh seorang penjaga pantai lewat sebuah jendela di Salem Massachusetts, AS, pada musim panas 1952, yang menunjukkan empat penampakan cahaya UFO.
Enam puluh tahun lalu, Amerika sempat diguncang oleh gelombang penampakan UFO di Washington D.C.

Beberapa di antaranya ada pula yang muncul di Gedung Putih. Apakah ini pertanda makhluk asing siap mendarat atau mungkinkah itu lampu langit yang ada hubungannya dengan cuaca?

Penampakan tersebut berlangsung antara 12 hingga 25 Juli 1952. Obyek tak dikenal itu disaksikan beberapa kalangan seperti pilot pesawat, militer dan pengendali lalu lintas udara. Pada beberapa kesempatan F94 Starfire dikirim untuk mencegat penyusup tersebut, namun UFO itu dengan cepat menghilang ketika pesawat terbang mendekat. Obyek itu digambarkan dalam berbagai bentuk, seperti bola api orange, gugusan cahaya merah hingga cahaya cerah menyala. Presiden Truman sendiri secara pribadi tertarik dan telah menuntut penjelasan dari angkatan udara.

Pada 28 Juli di tahun yang sama, dua mayor jenderal USAF telah melakukan konferensi pers di Pentagon. Mereka menjelaskan bahwa penampakan UFO diakibatkan oleh inversi temperatur, dimana lapisan udara hangat terjebak di bawah udara dingin. Peristiwa ini dapat menimbulkan fatamorgana, baik visual maupun radar. Cahaya yang jauh di permukaan dapat tercermin di langit, sehingga memberi kesan benda terbang berkilau.

Hal ini tidak memuaskan sebagian orang, karena beraroma menutup-nutupi dan berpendapat bahwa pilot dan operator radar identik dengan inversi temperatur. Namun ketika piring terbang dikatakan gagal mendarat di halaman Gedung Putih, beberapa penampakan lain akhirnya mereda dari kesadaran masyarakat dalam sejarah UFO.

sumber 

Kawah Gale Planet Mars Terlihat Dalam 3-D

Pemandangan sudut gundukan tanah di Kawah Gale yang menunjukkan lapisan bebatuan berbeda. (NASA/JPL-Caltech/University of Arizona)
Gambar dari Kawah Gale pada Planet Mars ini terlihat dengan menggunakan Visible-Light Information dari Mars Reconnaissance Orbiter-NASA dan Mars Express Orbiter-Badan Antariksa Eropa.

Kawah bebatuan yang telah bertahan ini mencatat bagaimana lingkungan sejarah awal planet merah tersebut.

Sejumlah instrumen pada beberapa orbiter telah mendeteksi adanya kandungan mineral pekat dan garam sulfat dalam lubang kawah. Jumlah mineral pekat lebih besar pada latar depan, dan perbedaan-perbedaan ini menunjukkan kemungkinan telah terjadinya perubahan pada lingkungan kuno di Mars.

Adanya bukit-bukit kecil dalam gambar dapat memberikan petunjuk kearah siklus air yang pernah mengalir di Mars. Berbagai variasi sinar matahari telah mempengaruhi suhu tanah dan tingkat penguapan.

Para astronom yakin bahwa karena meningkatnya temperatur, air dalam garam sulfat pada lereng bukit menguap, sementara garam-garam menyerap air ketika suhu turun.

Mars Reconnaisance Orbiter juga telah mendeteksi fitur permukaan yang berubah-ubah seiring dengan perubahan musim di beberapa perbukitan, seperti di Kawah Newton.

Kemungkinan air yang mengalir ini adalah asin, menurut penelitian baru yang diumumkan oleh NASA.

Misi Armageddon 2025

Ancaman: Sebuah ilustrasi saat
asteroid menghantam Bumi (Getty Images)
NASA berencana mengirim orang ke salah satu asteroid pada 2025 dalam versi realitas dari film Armageddon.

Astronot akan memulai misinya selama enam bulan untuk mendarat dalam bongkahan batu raksasa yang ukurannya sekitar sebuah gedung dan mengambil sampel yang nantinya dapat memberitahu kita tentang asal-usul tata surya.

Rencana ini akan menjadi misi berawak pertama dalam menjelajahi ‘deep space’ yang jauhnya sekitar lima juta mil atau 20 kali perjalanan ke bulan.

Upaya ini merupakan satu fondasi untuk memulai perjalanan ke Mars dan mengingatkan kita akan film blockbuster, Armageddon 1998, di mana Bruce Willis berupaya meledakan sebuah asteroid yang bergerak pada jalur lintas yang mengancam Bumi.

Misi NASA ke asteroid didukung penuh oleh penguasa Amerika dan akan dikenang sebagai sebuah prestasi yang mirip dengan misi Apollo 11, Neil Armstrong ke bulan pada 1969.

Sebuah roket raksasa mirip Saturn V akan dibutuhkan untuk melakukan misi ini—di mana strukturnya lebih tinggi dari Big Ben dan yang telah digunakan dalam misi ke bulan pada 1970.

Para awak harus bertahan selama tiga bulan di ruang angkasa untuk dapat menempuh sebuah asteroid sebelum menghabiskan waktu lima hari di sana dan kembali.

Selama kurun waktu tersebut mereka akan terancam oleh radiasi ruang angkasa yang dapat menyebabkan mereka terserang penyakit dan resiko kanker.

NASA berharap dapat mendarat di salah satu asteroid pada tahun 2025. (AP)
Setelah tiba di sana, pesawat dapat mendarat pada asteroid atau kalau memungkinkan para astronot akan melakukan perjalanan dengan menggunakan tali pengaman untuk mengambil beberapa sampel.

Dalam sebuah forum NASA belum lama ini, para astronot mengatakan perjalanan seperti ini akan penuh dengan kesulitan-kesulitan.

“Panjang waktu perjalanan outbound dan inbound akan sangat menantang,” ujar Andy Thomas, seorang veteran astronot.

“Misi ini akan sangat, sangat berresiko. Akan lebih beresiko dari misi Apollo.”

NASA telah membidik beberapa asteroid dalam rencana untuk misi ini.

Target asteroid yang dituju dalam berbagai ukuran mulai dari 20 kaki hingga seukuran satu blok perkantoran kecil.

Ada sekitar 7.000 asteroid yang diketahui berada dekat Bumi, namun hanya setengah lusin yang akan terjangkau pesawat antariksa pada 2025.

Pada awalnya NASA berharap dapat menjangkau sebuah asteroid pada 2020, ketika sebuah teleskop dapat mendeteksi sebuah asteroid sepanjang 197 kaki yang dikenal sebagai 2009 OS5.

Peta Antartika Dapat Prediksi Peningkatan Laut

Peta Antartika terbaru (sumber : Google)
ANTARTIKA - Penelitian yang didanai NASA telah menemukan formasi es baru yang bergerak di Antartika. Peta ini dibuat untuk memprediksi peningkatan laut di masa depan.

"Peta, yang dibuat dengan menggunakan pengamatan radar yang terintegrasi dari konsorsium satelit internasional ini menunjukkan gletser mengalir ribuan kilometer dari jantung benua ke area pantai. Ini merupakan hal penting untuk melakukan prediksi peningkatan permukaan laut di masa depan sebagai efek perubahan iklim," jelas pihak NASA.

"Kami melihat aliran yang menakjubkan dari jantung benua yang belum pernah dijelaskan sebelumnya," ujar Eric Rignot dari Laboratorium NASA Jet Propulsion.

Seperti dikutip TG Daily, Sabtu (20/8/2011), tim menggunakan miliaran titik data yang ditangkap oleh satelit Eropa, Jepang, dan Kanada, untuk melihat kondisi awan, cahaya matahari dan tekstur tanah yang tertutup gletser di masa lalu.

Data dari seluruh satelit kemudian disatukan berdasarkan bentuk dan kecepatan formasi glasial (interval waktu pada zaman es yang berkaitan dengan suhu dingin), termasuk Antartika bagian Timur yang sebelumnya belum terpetakan, dengan luas permukaan mencapai 77 persen dari benua tersebut.

Tim terkejut saat peta itu selesai dibuat. Mereka menemukan bukit baru yang terbelah dengan luas permukaan hingga 5,4 juta mil persegi yang bergerak dari timur ke barat.

Mereka juga menemukan formasi pergerakan es sampai 800 kaki per tahun menuju ke Samudera Antartika dengan pergerakan yang berbeda dari model masa lalu dalam migrasi es.

"Jalur peta ini secara mendasar menjelaskan bahwa es bergerak ke sepanjang permukaan tanah," kata Thomas Wagner, krysopherik Program ilmuwan NASA di Washington.

"Ini merupakan pengetahuan penting untuk memprediksi kenaikan permukaan laut di masa depan," tutup Wagner.

sumber 

NASA: Nenek Moyang Manusia adalah Alien

Batu Meteor yang dianalisis mengandung bahan kimia yang mirip dengan komponen DNA (Foto : Google)
LONDON - Menurut NASA kehidupan di Bumi mungkin memiliki asal-usul dari luar angkasa. Para ilmuwan telah menganalisis batu meteor yang terbentuk miliaran tahun lalu sebelum akhirnya jatuh ke Bumi.

Batu meteor yang dianalisis tersebut merupakan karbon yang memiliki banyak pecahan dan mengandung bahan kimia yang mirip dengan salah satu komponen kunci dari DNA, unsur pembentukan kehidupan.

Tes yang dilakukan oleh ilmuwan Amerika Serikat (AS) yang sebagian besar adalah peneliti NASA menunjukkan bahwa kehadiran bahan kimia ini tidak terkontaminasi dengan Bumi. Artinya bahan kimia tersebut menunjukkan asal-usul DNA yang mungkin terletak di luar angkasa dan mungkin saja Alien. Demikan seperti dikutip Daily Mail, Selasa (9/8/2011).

Temuan tersebut berasal dari analisis kimia yang diuji terhadap 12 batu meteor dan temuan ini sudah dipublikasikan di jurnal Proceeding of National Academy of Sciences. Peneliti juga mengatakan mereka telah menemukan 'dampak dengan jangkauan yang jauh'.

"Batu meteor dan komet yang memiliki dampak dalam pembentukan awal Bumi, keduanya tampak memberikan beberapa bahan yang sangat penting dalam pembentukan kehidupan," ungkap Dr Michael Callahan, Penulis utama penelitian dari NASA Goddard Space Flight Center di Maryland.

Penelitian sebelumnya menemukan dua dari tiga batu meteor yang tersembunyi sebagai bahan dasar kehidupan.

Ini adalah asam amino, seperti 'manik-manik' yang membentuk protein saat dirangkai dan bahan kimia yang diperlukan untuk memungkinkan sel guna menciptakan sebuah penghalang membran. Bahan kimia ketiga yang berhubungan dengan DNA.

Alien Serang Bumi Karena Merasa Terancam

Semua yang kita lakukan di bumi sepertinya bisa mengancam diri kita sendiri. Ada sebuah pertanyaan mengapa kita harus menyelamatkan Bumi?

NASA membuat laporan baru, yang ditulis oleh para ilmuwan NASA di Penn State. Mereka menjelaskan bahwa laporan tersebut menunjukkan ada hubungan di mana makhluk alien yang berwarna hijau, biru dan oranye di luar sana mungkin melihat emisi sebagai sesuatu yang berbahaya buatan manusia, dianggap sebagai ancaman untuk mereka.

Mungkin alien mempertimbangkan bahwa Bumi memberikan lebih banyak ancaman daripada yang mereka perkirakan sebelumnya. Laporan itu mempertanyakan, mungkin sinyal bagi alien di atas sana menyatakan bahwa kita adalah kesatuan yang berkembang pesat dan harus dihancurkan sebelum tumbuh lebih jauh.

Dalam rangka untuk melakukan serangan, alien mungkin akan menyambar manusia dan menghancurkan tubuh kecil manusia seperti membunuh semut. Tapi mungkinkah alien hidup bersama kita?

Laporan NASA yang secara filosofis berjudul 'Apakah kontak dengan makhluk luar angkasa itu bermanfaat?' menawarkan tiga kategori kemungkinan.

Seperti yang dikutip dari Cnet, Jumat (19/8/2011), alien mungkin berubah menjadi kawan yang sangat misterius, mereka mungkin hanya ingin belajar bagaimana untuk bermain kriket, membuat Alaska terpanggang dan mengajarkan kita bagaimana untuk menyerang lawan politik atau sosial hanya dengan laser yang muncul dari kuku mereka.

Kemungkinan kedua adalah bahwa alien telah menganggap manusia sebagai gangguan, serta merasa bahwa manusia bisa membalas. Laporan ini berpendapat bahwa mereka mungkin juga akan lebih birokratis, yang akan mendorong kita untuk melakukan serangan hebat.

Atau mereka mungkin hanya ingin memanggang Alaska dan menyerang manusia. Hal ini mungkin terjadi karena alien kejam atau hanya karena mereka sedikit canggung untuk melakukannya.

Jika saja hal tersebut benar, maka Stephen Hawking sudah terlebih dahulu memperingatkan bahwa alien benar-benar bisa membenci manusia. Namun laporan ini mencoba untuk menyusun banyak alur cerita dan beragam, yang berhubungan dengan masa depan manusia dengan makhluk lainnya.

Wah, 'Pita' Muncul di Pusat Bima Sakti

London – Simpul cincin gas melebar lebih dari 600 tahun cahaya muncul di jantung galaksi Bima Sakti. Akhirnya, ‘pita’ ini berhasil diteliti untuk pertama kalinya.

Cincin gas ini yang melahirkan bintang baru ini memiliki belitan di tengahnya yang tampak seperti simbol tak terbatas kosmik. Bagian cincin memang pernah dilihat sebelumnya, namun Herschel Space Telescope milik European Space Agency baru saja melakukan penelitian pada struktur keseluruhannya.

Pesawat Herschel secara khusus dibuat untuk ‘mengintip’ pusat Bima Sakti karena mampu mendeteksi inframerah dan cahaya sub-milimeter yang mampu penetrasi melewati debu.

Menurut pernyataan Jet Propulsion Laboratory di Pasadena, California, astronom terkejut melihat apa yang mereka temukan.

Saat mengarahkan teleskop ke cincin dalam galaksi, "Cincin yang ada tampak seperti simbol tak terbatas," ujar laboratorium itu.

Ilmuwan mengaku belum memahami mengapa simbol tak terbatas itu tersimpul dan terbelit.

Selain itu, masih sedikit informasi diketahui mengenai cara cincin gas terbentuk dalam galaksi spiral. Selain itu, muncul misteri baru, cincin baru ini nampaknya sedikit maju dari pusat galaksi tempat lubang hitam besar berada.

Menurut penulis utama Sergio Molinari dari Institute of Space Physics, hal menariknya adalah mengenai peluncuran teleskop luar angkasa baru seperti Herschel.

"Kita punya misteri baru tepat di pusat galaksi kita sendiri,” ujar penulis makalah yang diterbitkan di jurnal Astrophysical Journal Letters seperti ditulis Dailymail.

sumber

VIDEO: Badai Matahari Terjang Bumi

Untuk kali pertamanya, pesawat ruang angkasa yang jauh dari Bumi, STEREO-A, menjadi saksi saat terjadinya badai Matahari melanda planet Bumi. Sebuah video yang dirilis NASA telah membuat para fisikawan tercengang.

Posisi pesawat STEREO-A saat mengamati badai matahari (Credit: NASA/Goddard Space Flight Center/Scientific Visualization Studio )
"Video ini membuat saya merinding," kata Craig DeForest, ilmuwan dari Southwest Researcher Institute di Boulder, Colorado. "Ini menunjukkan pembengkakan CME (coronal mass ejection) menjadi dinding plasma besar kemudian menerjang sebuah titik biru. Titik tersebut adalah Bumi, tempat tinggal kita. Saya merasa kecil, tak berarti," tambah dia.

CME adalah ledakan besar yang melontarkan miliaran ton awan plasma korona. Ketika menyapu Bumi, ia dapat menyebabkan aurora, badai radiasi, dan dalam kasus yang ekstrem adalah terputusnya jaringan listrik dan mematikan sistem satelit. Melacak awan ini dan prediksi kedatangannya adalah bagian penting terkait cuaca luar angkasa.

"Kami pernah melihat CME sebelumnya, namun tak pernah seperti ini," kata Lika Guhathakurta, ilmuwan misi STEREO di kantor pusat NASA. "STEREO-A telah memberi kita pandangan baru tentang badai matahari."

STEREO-A adalah satu dari dua pesawat luar angkasa yang diluncurkan pada 2006 untuk mengobservasi aktivitas Matahari. Saat badai itu terjadi, STEREO-A berjarak lebih dari 65 juta mil dari Bumi.

CME pertama yang meninggalkan Matahari terlihat terang dan mudah dilihat. Namun, visibilitasnya secara cepat menurun saat awan plasma berekspansi ke ruang hampa udara. Saat melintasi orbit Venus, cahayanya jutaan kali lebih pucat dari bulan purnama, dan ribuan kali lebih pucar dari Bima Sakti. CME yang mencapai Bumi hampir sama tipis dengan ruang hampa, nyaris transparan.

"Membedakan CME dengan cahaya bintang atau debu angkasa selama ini menjadi tantangan besar," kata Craig DeForest.

Butuh tiga tahun, sejak 2008, bagi tim ilmuwan untuk belajar mengenali CME. Kabar baiknya, kini teknik tersebut telah disempurnakan. Ini sangat penting artinya dalam prediksi cuaca ruang angkasa. Dengan mengkalkulasi kecepatan CME, kita bisa mengestimasi kapan ia akan mencapai Bumi.

"Di masa lalu, prediksi terbaik kami soal kedatangan CME, penuh ketidakpastian, plus atau minus 4 jam," kata Alysha Reinard dari Space Weather Prediction Center NOAA. "Video ini secara signifikan akan mengurangi tingkat kesalahan. (sumber: NASA)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto