Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Thursday, August 18, 2011

Paracetamol Ternyata Tak Manjur di Luar Angkasa

Ilmu pengetahuan menyingkap makin banyak tantangan yang dihadapi oleh seorang astronot di luar angkasa.

Tak hanya harus berhadapan dengan kondisi tanpa gravitasi, seorang astronot di luar angkasa juga tidak boleh sakit, karena obat-obatan, termasuk paracetamol, tidak akan bekerja secara efektif di sana.

Planet-Planet Unik dan Aneh di Jagat Raya

http://media.vivanews.com/images/2011/04/20/109372_planet-paling-aneh-di-jagat-raya-.jpg

Alam semesta kita begitu luasnya dan diisi benda-benda angkasa, termasuk planet dan bintang dengan jumlah tidak terhingga. Dari sejumlah planet yang sudah diketahui manusia, ada beberapa diantaranya yang aneh dan unik.
Alam semesta kita begitu luasnya dan diisi benda-benda angkasa, termasuk planet dan bintang dengan jumlah tidak terhingga. Dari sejumlah planet yang sudah diketahui manusia, ada beberapa diantaranya yang aneh dan unik.

Misalnya, Planet WASP-12b. Planet ini diketahui sebagai planet paling panas yang pernah ditemukan. Suhunya, mencapai 3.200 derajat Celcius! Ini baru di permukaan saja.

Ada lagi planet lain bernama Planet Dubbed TrES-4. Ini merupakan planet terbesar yang diketahui hingga saat ini. Ukurannya 1,7 kali planet Jupiter. Sebagai perbandingan, ukuran Jupiter sendiri, 120 kali ukuran Bumi yang kita tinggali.

Selain itu, ada lagi planet yang seluruh permukaannya diisi oleh air. Berikut ini foto-foto cantik dari planet-planet unik tersebut.

http://media.vivanews.com/images/2011/04/20/109375_planet-paling-aneh-di-jagat-raya-.jpg
Planet WASP-12b adalah planet paling panas yang pernah ditemukan.
Suhu permukaannya mencapai 3.200 derajat Celcius. Letaknya 870 tahun cahaya dari bumi.
Foto: ESA/NASA



http://media.vivanews.com/images/2011/04/20/109372_planet-paling-aneh-di-jagat-raya-.jpg
Planet Paltry memiliki 3 matahari. Jaraknya dari bumi sekitar 149 tahun cahaya.
Foto: NASA/JPL's Planetquest/Caltech



http://media.vivanews.com/images/2011/04/20/109377_planet-paling-aneh-di-jagat-raya-.jpg
Planet SWEEPS-10 memiliki kecepatan orbit tercepat.
Waktu yang dibutuhkan planet ini untuk sekali mengelilingi bintangnya hanya sekitar 10 jam.
Foto: NASA, ESA, A. Schaller (for STScI)



http://media.vivanews.com/images/2011/04/20/109378_planet-paling-aneh-di-jagat-raya-.jpg
Astronom memperkirakan seluruh permukaan Planet GJ 1214b tertutup oleh air.
Planet yang besarnya 3 kali ukuran bumi ini terletak sekitar 40 tahun cahaya dari bumi.
Foto: David A. Aguilar, CFA



http://media.vivanews.com/images/2011/04/20/109370_planet-paling-aneh-di-jagat-raya-.jpg
Planet Dubbed TrES-4 merupakan planet terbesar yang diketahui hingga saat ini.
Ukurannya 1,7 kali planet Jupiter. Jaraknya dari bumi sekitar 1400 tahun cahaya.
Foto: Jeffrey Hall, Lowell Observatory



http://media.vivanews.com/images/2011/04/20/109369_planet-paling-aneh-di-jagat-raya-.jpg
Planet Kepler-10b, hingga saat ini diketahui sebagai planet terkecil di luar sistem tata surya.
Planet kerdil ini ditemukan pada Januari 2011.
Foto: NASA



http://media.vivanews.com/images/2011/04/20/109371_planet-paling-aneh-di-jagat-raya-.jpg
Planet Epsilon Eridani b jaraknya sangat dekat dengan bumi, hanya sekitar 10.5 tahun cahaya.
Sedemikian dekatnya hingga kita bisa mengamatinya dengan teleskop.
Foto: NASA, ESA, G.F. Benedict



http://media.vivanews.com/images/2011/04/20/109374_planet-paling-aneh-di-jagat-raya-.jpg
Planet OGLE-2005-BLG-390L b adalah planet yang terdingin
dan terjauh jaraknya dari bumi, sekitar 28 ribu tahun cahaya.
Foto: ESO

Sumber :
vivanews.com

Berapa Umur / Usia Alam Semesta ?

Oleh: P. Silaban (Departemen Fisika, Institut Teknologi Bandung) 
Ikhtisar. Eksposisi ini menggunakan bahasa nonteknis untuk menjelaskan secara singkat landasan pemikiran yang mengawali pengembangan teori kuantum, teori relativitas khusus, dan teori relativitas umum yang pada akhirnya dikaitkan kepada penentuan umur alam semesta.

Teori kuantum yang dikembangkan oleh Erwin Schrodinger dan Werner Heisenberg, dan teori relativitas khusus yang dibangun oleh Albert Einstein pada permulaan abad ke-20 dapat dipandang sebagai dua teori fisika yang sangat revolusioner.

Peran Teleskop untuk Menguak Misteri Alam Semesta

Bagi Galileo Galilei, teleskop lensa berdiameter 3,7 centimeter dan panjang 18,5 centimeter sudah cukup sakti untuk mengguncang dunia. Teleskop mini tersebut membantu Galileo menemukan bintik hitam di permukaan Matahari, kawah di permukaan Bulan, hingga cincin Saturnus.

Empat abad kemudian, dunia penelitian langit berkembang pesat. Astronom semakin haus akan teknologi yang semakin canggih. Perhitungan astronomi tidak lagi dilakukan dengan menggurat persamaan matematika di kertas, namun menggunakan komputer super.

Pun kebutuhan akan teleskop kualitas wahid semakin tinggi, termasuk dari sisi ukuran. Semakin besar teleskop semakin banyak cahaya yang bisa dikumpulkan. Akibatnya peneliti langit dapat memperoleh infomasi yang semakin melimpah. Astronom tak lagi berharap pada teleskop Galileo melainkan pada teleskop canggih berukuran belasan meter hingga puluhan meter.

http://video.ecb.org/badger/download/vlc/images/VLC166_View_of_Milky_Way_galaxy.jpg
Galaksi Bima Sakti

Untuk membangun teleskop besar, astronom harus mengubah material optik teleskop. Jika dahulu Galileo menggunakan lensa, astronom zaman sekarang harus menggunakan cermin.

Teleskop terbesar saat ini adalah Gran Telescopio Canarias milik bersama Spanyol, Meksiko, dan Amerika Serikat, terletak di Kepulauan Canary, barat laut benua Afrika. Teleskop ini berdiameter 10,8 meter atau 23 ribu kali lebih luas dari teleskop Galileo.

Namun Gran Telescopio Canarias dirasa belum cukup untuk menguak rahasia alam semesta. Kini, para ahli di beberapa negara sepakat membangun tiga teleskop besar yang bakal dinikmati dekade mendatang.

Pertama, teleskop Raksasa Magellan (Giant Magellan Telescope) merupakan teleskop pertama yang menembus ukuran puluhan meter. Teleskop ini disusun oleh tujuh cermin berbentuk lingkaran 8,4 meter membentuk sistem optik tunggal berukuran 24,5 meter.

Dengan optik berukuran besar, teleskop mampu menangkap detail 10 kali lebih baik dibandingkan teleskop luar angkasa Hubble. Tak heran jika teleskop ini akan dipakai untuk memotret planet ekstrasolar yang tersembunyi di dekat bintang induk yang terang. Teleskop ini juga bisa dimanfaatkan untuk mempelajari misteri materi gelap dan energi gelap yang muncul pada alam semesta muda.

Memang ukuran raksasa menjadi kerugian tersendiri. Cahaya yang sampai ke permukaan cermin Teleskop Magellan akan terganggu oleh turbulensi udara di sekitar teleskop.

Untuk mengatasi permasalahan ini, insinyur memasang instrumen optik adaptif yang mampu membentuk permukaan cermin mengikuti turbulensi udara di sekitarnya. Rumah penyimpanan teleskop berbentuk silinder setinggi 50 meter juga dirancang untuk mengurangi turbulensi udara.

Rencananya, Teleskop Magellan didirikan di Observatorium Las Campanas, Cile, dan diharapkan selesai dibangun pada tahun 2016. Dana pembangunan diperkirakan sebesar US$ 625 juta.

Kedua, teleskop Tiga Puluh Meter (Thirty Meter Telescope) akan dibangun dengan pendanaan dari konsorsium berbagai yayasan dan universitas. Sesuai namanya, teleskop ini direncanakan berukuran 30 meter.

Dalam rancangan awal, teleskop ini terdiri dari 492 cermin kecil. Guna membangun teleskop ini dibutuhkan dana US$ 1 miliar dan diperkirakan selesai sebelum akhir dekade.

Pada akhir Februari lalu, Teleskop Tiga Puluh Meter mendapat izin mendirikan bangunan di Mauna Kea, Hawaii. Sebelumnya, situs pengamatan Mauna Kea menjadi tempat berkumpulnya teleskop-teleskop besar dunia. Puncak gunung aktif di tengah Samudera Pasifik ini memang memiliki langit yang cerah sepanjang tahun karena terletak di ketinggian yang bebas gangguan awan.

Rumah teleskop dibuat berupa kubah. Bentuk telah jadi pilihan astronom untuk melindungi teleskop karena mudah mengendalikan gerakannya. Selain itu bentuk kubah membuat sirkulasi udara di dalam teleskop jadi lebih baik.

Dengan kemampuan teleskop menangkap detail 10 kali lebih baik dibandingkan teleskop luar angkasa Hubble, Teleskop Tiga Puluh Meter akan mempelajari proses pembentukan bintang di Galaksi Bima Sakti.

Ketiga, teleskop Ekstrem Besar Eropa (European Extremely Large Telescope). Teleskop cermin seharga US$ 1,2 miliar ini dibangun dengan diameter 42 meter dan bakal menjadi yang terbesar. Artinya, teleskop ini memiliki kemampuan mengumpulkan cahaya hampir 5000 kali lebih banyak dibandingkan teleskop terbesar di Indonesia, Zeiss, yang berada di Lembang, Jawa Barat.

Diperlukan 906 cermin segi enam berukuran 1,45 meter tebal 5 centimeter untuk menyusun teropong optik utama teleskop. Dengan memecah cermin menjadi segmen-segmen kecil, biaya pembangunan bisa dikurangi secara signifikan.

Namun keputusan membagi teleskop ke banyak segmen ini juga mengakibatkan insinyur harus membuat sistem optik kompleks yang bisa beradaptasi dengan turbulensi udara dan dapat dikendalikan oleh komputer berkecepatan tinggi.

Lokasi pembangunan Teleskop Ekstrem belum ditentukan. Namun beberapa negara kandidat sudah disebutkan yaitu Argentina, Cile, Maroko, dan Spanyol.

Negara-negara ini memiliki situs yang mendukung kebutuhan observasi astronomi yaitu hawa yang kering, malam cerah yang panjang, dan gangguan atmosfer yang rendah. Sebagai pelindung, dibuat rumah menyerupai kubah yang bisa dibelah ke samping kanan dan kiri teleskop.

Tujuan ilmiah yang hendak dicapai teleskop ini antara lain menemukan planet ekstrasolar batuan yang berada pada zona layak huni sehingga memungkinkan keberadaan kehidupan.

Teleskop Ekstrem juga mempelajari benda langit yang muncul saat alam semesta masih berusia muda karena mampu melihat cahaya yang sangat redup. Materi gelap dan energi gelap juga akan ditelisik teleskop ini berikut benda langit misterius seperti lubang hitam.

Empat abad setelah Bapak Astronomi Modern, julukan bagi Galilie, tiada, astronom terus membangun teleskop yang semakin besar. Mereka ingin lebih dalam menguak rahasia alam semesta yang tak terhingga.

Dana Operasional Habis, SETI Hentikan Pencarian Alien

Pencarian mahluk luar angkasa oleh Search for Extraterrestrial Intelligence (SETI) Institute dihentikan karena kehabisan dana.

Dalam surat mereka kepada para pendonor, CEO SETI Institute Tom Pierson mengatakan bahwa teleskop radio Allen Telescope Array akan hibernasi karena kehabisan dana operasional.

VIDEO: Astronot Pertama AS di Ruang Angkasa

Pada 3 Juni 1965, Edward White menjadi astronot pertama yang berjalan di luar angkasa lewat misi Gemini 4. Selain astronot NASA, ia merupakan insinyur sekaligus serdadu Angkatan Udara AS.

Gemini 4 merupakan misi luar angkasa pertama Amerika Serikat yang didesain untuk membawa manusia tetap berada di orbit planet Bumi selama berhari-hari.

VIDEO: Astronot Pertama AS di Ruang Angkasa

Pada 3 Juni 1965, Edward White menjadi astronot pertama yang berjalan di luar angkasa lewat misi Gemini 4. Selain astronot NASA, ia merupakan insinyur sekaligus serdadu Angkatan Udara AS.

Gemini 4 merupakan misi luar angkasa pertama Amerika Serikat yang didesain untuk membawa manusia tetap berada di orbit planet Bumi selama berhari-hari.

Bintang Putar (Spinstars), Bintang dengan Rotasi Tercepat di Jagat Raya


Ini adalah bintang-bintang tercepat di jagad raya. Para peneliti memanggilnya sebagai Bintang Putar atau Spinstars. Putaran rotasi mereka mencapai lebih dari sejuta mil per jam atau 1,6 juta km per jam.

Menurut para peneliti dari Institute for Astrophysics dari Potsdam, Jerman, bintang ini terbentuk 13,7 miliar tahun lalu setelah dentuman besar dan pernah menjadi bintang yang sangat besar.

Bahkan ukuran massanya sampai delapan kali lebih besar daripada massa matahari kita. Namun, karena bintang raksasa yang terbuat dari gas hidrogen dan helium ini memiliki masa hidup yang singkat, ia mati muda.

Spinstars, bintang yang berotasi tercepat di jagad raya
Dalam sebuah laporan yang dimuat di jurnal Nature, Dr Christina Chiappini dan koleganya dari Insitute for Astrophysics di Postdam, memanfaatkan teleskop European Southern Observatory Very Large Telescope di Chile untuk mempelajari komposisi kimia dari beberapa bintang tua di galaksi Bima Sakti.

Mereka mempelajari rasio elemen kimia yang ada pada kluster bintang NGC-6522. Kluster bintang ini dipilih karena mereka cukup tua untuk membentuk unsur kimia asli seperti yang dihasilkan oleh bintang yang hadir pada generasi pertama.

Selanjutnya, Chiapini berkesimpulan bahwa bintang-bintang generasi pertama ini sangat masif dan berotasi dengan kecepatan yang sangat tinggi untuk mencapai derajat pencampuran elemen sehingga mereka bisa memproduksi elemen yang lebih berat.

Kalkulasi mereka mengindikasikan bahwa bintang-bintang generasi pertama ini berotasi kencang dengan kecepatan 500 kilometer per detik - atau 250 kali lebih tinggi daripada kecepatan matahari kita. Tak heran bila kemudian mereka menamakan bintang ini sebagai 'Spinstars'.

Seperti dilansir oleh situs berita ABC, Professor Mike Bessell dari Observatorium Mount Stromlo, milik Australian National University, paper Chiapini menjelaskan betapa pentingnya putaran atau rotasi pada bintang-bintang awal untuk memproduksi elemen-elemen seperti yang kemudian ditemukan di bintang-bintag generasi belakangan.

Selain konveksi yang dihasilkan dalam sebuah bintang menyebabkan adanya pencampuran, rotasi yang cepat menolong elemen-elemen yang baru terbentuk dan muncul di permukaan.

"Rotasi menolong bintang ini untuk memproduksi unsur Neon-22 dari Karbon pada pusat bintang. Unsur itu kemudian memungkinkan terbentuknya unsur yang lebih tinggi di bintang-bintang kita, yang secara normal hanya terjadi pada bintang-bintang bermassa rendah," kata Bessell.

Bessell menambahkan, unsur-unsur yang lebih berat terbentuk sangat awal di jagad raya ini, menyediakan bibit-bibit untuk terbentuknya hal-hal lain, belakangan.

"Ini memberikan kita pilihan lain untuk terciptanya unsur utama seperti nitrogen dan seluruh unsur yang lebih berat seperti timah dan seng. Semua unsur itu kita pikir belum akan tercipta, hingga lama sesudah itu."

Source: http://teknologi.vivanews.com/news/read/217207-bintang-tercepat-di-jagad-raya


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto