Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Wednesday, August 17, 2011

Merkurius, Planet Terkecil, Terdekat, dan Tercepat

Planet Merkurius (Sumber: Wikipedia)


Merkurius adalah planet terkecil di tata surya dan terdekat dari Matahari. Nama planet ini diambil dari nama dewa pengantar pesan jaman Romawi kuno. Ia diberi nama tersebut karena pergerakannya di langit yang sangat cepat.

Dari Bumi, Merkurius hanya bisa diamati secara visual pada jarak maksimum 28,3 derajat dari Matahari. Artinya, planet ini hanya terlihat di langit timur sebelum Matahari terbit atau di barat setelah Matahari terbenam. Dengan jarak sudut sekecil itu, kita hanya memiliki waktu maksimum selama 1 jam 53 menit saja untuk mengamati planet ini, yaitu pada saat Merkurius mencapai elongasi maksimalnya. Jadi, kita tidak akan pernah bisa melihat Merkurius berada di zenith (lihat gambar di bawah). Karena kemunculannya yang bergantian itu planet ini sempat diidentifikasi oleh masyarakat Yunani kuno sebagai 2 benda yang berbeda. Kala itu, Merkurius yang muncul di langit timur diberi nama Apollo dan yang muncul di langit barat diberi nama Hermes.

Jika kita berada di Merkurius, kita dapat menyaksikan Matahari bergerak retrograde di langit. Di satu lokasi, setelah terbit di timur dan sebelum melintasi meridian, Matahari akan sedikit bergerak mundur lalu kembali bergerak ke barat hingga terbenam. Begitu pula setelah Matahari terbenam, ia akan mengalami gerak retrograde sekali lagi (walaupun tidak dapat diamati). Akibatnya, satu hari di sana (sekali siang dan sekali malam) sama dengan 176 hari Bumi (sekitar 6 bulan). Silakan lihat sendiri dengan menggunakan program simulasi langit Stellarium.

Penyebab gerak retrograde Matahari itu berkaitan dengan periode revolusi dan rotasinya. Periode revolusi Merkurius adalah 88 hari Bumi, sedangkan periode rotasinya adalah 58,7 hari Bumi. Kita bisa lihat bahwa perbandingan periode rotasi dan revolusinya adalah 2/3. Artinya, planet ini menyelesaikan 2 kali revolusinya dalam waktu yang bersamaan dengan 3 kali rotasi.

Planet dalam jika dilihat dari Bumi (Sumber: Wikipedia)

Hubungan antara periode rotasi dan revolusi ini (disebut juga dengan resonansi) adalah hal yang unik di tata surya. Resonansi yang umum terdapat di tata surya adalah 1:1. Artinya, periode rotasi sama dengan periode revolusi. Misalnya pada sistem Pluto dan Charon, yang masing-masing memiliki periode rotasi yang sama dengan periode revolusi Charon terhadap Pluto. Akibatnya, Pluto dan Charon saling menunjukkan permukaan yang tetap. Bulan juga memiliki resonansi 1:1 karena periode rotasinya sama dengan periodenya mengelilingi Bumi. Kita tahu akibatnya, yaitu permukaan Bulan yang terlihat dari Bumi selalu tetap.

Ciri fisik
Planet batuan ini hanya berdiameter 4800 km. Ukuran ini lebih kecil dari Ganymede dan Titan, 2 satelit terbesar di tata surya. Tetapi Merkurius masih lebih masif dari keduanya. Dan kerapatannya 5,43 g/cm^3, menjadikannya benda dengan kerapatan tertinggi kedua di tata surya setelah Bumi. Ketebalan bagian inti planet ini lebih dominan relatif terhadap ukurannya, yaitu mencapai 60% dari massanya. Jaraknya dari Matahari antara 46 juta km hingga 70 juta km. Eksentrisitas orbitnya paling besar di antara semua planet, yaitu 0,21.

Inklinasi orbit Merkurius terhadap ekliptika adalah 7 derajat. Sudut kemiringan sumbu rotasinya terhadap sumbu revolusi mendekati nol, sekitar 0,027 derajat. Masih lebih kecil dari Jupiter yang sebesar 3,1 derajat. Dengan sudut sekecil itu, tidak ada 4 musim di Merkurius belahan utara dan selatan. Temperatur di permukaannya bervariasi antara 80 – 700 K.

Misi penerbangan ke Merkurius
Merkurius adalah salah satu objek yang sulit diamati, sehingga tidak banyak informasi yang bisa diperoleh darinya. Bahkan, periode rotasi planet ini baru diketahui benar pada tahun 1965 setelah Merkurius diamati dengan radar.

Pengiriman wahana untuk meneliti Merkurius dari dekat pun tidak mudah. Posisinya yang dekat dengan Matahari, ketiadaan atmosfer, dan perbedaan laju orbit adalah beberapa hal yang menyulitkan. Alhasil, hingga kini baru ada 1 misi yang sukses mengamati Merkurius, yaitu Mariner 10.

Wahana Mariner 10 diluncurkan pada 3 November 1973. Proses keberangkatannya yang memanfaatkan planet Venus (sebagai “ketapel” gravitasi) adalah yang pertama dilakukan dalam sejarah penerbangan antariksa. Ketika melintas di dekat Venus, wahana ini mengambil rekaman fotografi ultraungu dari planet itu. Walaupun Venus sudah pernah diamati dengan teleskop landas Bumi sebelumnya, tetap saja foto Venus yang diberikan Mariner 10 ini mengundang kekaguman para peneliti.

Wahana ini telah memberikan pengetahuan luar biasa tentang permukaan Merkurius. Selain itu, wahana ini juga mendeteksi adanya medan magnet di Merkurius. Satu hal yang mengagetkan bagi peneliti karena planet ini memiliki rotasi yang lambat. Akhirnya, pada tahun 1975 Mariner 10 pun sudah tidak berfungsi lagi setelah bahan bakarnya habis dan kontak dihentikan.


Mariner 10 (kiri) dan Messenger (Sumber: Wikipedia)


Baru pada tahun 1998, misi terbaru ke Merkurius mulai direncanakan. Wahana pada misi itu dinamai Messenger, yang diluncurkan pada tanggal 3 Agustus 2004. Target misi ini adalah mengorbit Merkurius pada tanggal 18 Maret 2011. Terdapat 6 pertanyaan yang harus dicari jawabannya oleh Messenger: 1. Mengapa kerapatan Merkurius begitu tinggi?; 2. Bagaimana riwayat sejarah geologis planet ini?; 3. Bagaimana sifat medan magnet Merkurius?; 4. Bagaimana susunan internal Merkurius?; 5. Apa materi yang terdapat pada kutub-kutub Merkurius?; dan 6. Bagaimana komposisi atmosfer Merkurius?

Di masa yang akan datang, sebuah misi lagi akan dijalankan. Namanya BepiColombo. Misi ini akan melengkapi data yang didapat Messenger. Direncanakan untuk diluncurkan pada tahun 2013 dan mengorbit Merkurius pada tahun 2019, BepiColombo akan mengumpulkan data selama 1 atau 2 tahun. Para ilmuwan tentunya berharap kedua misi tersebut akan membawa manusia semakin mengenal karakteristik planet kecil ini.

sumber

VIDEO: Menguak Misteri Black Hole

Prof. Andrew J.S. Hamilton, pakar astrofisika dari Universitas Colorado membuat video simulasi yang menggambarkan bagaimana isi di dalam black hole atau lubang hitam. Sumber: www.nytimes.com/Andrew J. S. Hamilton

VIDEO: Puing-puing Ledakan Supernova

Lebih dari 400 tahun lalu, astronom Denmark, Tycho Brahe, mempelajari ledakan bintang yang kemudian diberi nama Tycho supernova. Kini dengan menggunakan Chandra X-ray Obeservasory milik NASA, tampak puing-puing supernova itu menjadi seperti gelembung yang terus membesar dan terdiri dari serpihan-serpihan super panas.

VIDEO: Asteroid Trojan Pengikut Bumi

Asteroid ini memiliki orbit tak lazim yang membuatnya kadang bergerak menjauh dari Matahari. (nasa.gov)
Astronom menemukan asteroid ‘trojan’ pertama yang diketahui mengorbiti Matahari bersama-sama dengan Bumi. Asteroid berukuran 300 meter itu berada dalam jarak 80 juta kilometer dari Bumi, ditemukan pertama kali oleh Wide-field Infrared Survey Explorer (WISE) milik NASA. (Sumber: Paul Wiegert/University of Western Ontario, Canada)

Ini Hotel Luar Angkasa Buatan Rusia

Adu tanding antara angkasa luar antara Amerika Serikat dan Uni Soviet telah lama berakhir. Namun Rusia, pecahan terbesar Uni Soviet, melanjutkan tradisi penjelajahan langit. Sebuah perusahaan swasta di negara tersebut bahkan berencana membangun hotel pertama di luar angkasa.



Rencana pembangunan hotel di luar Bumi -- 217 mil dari Bumi -- itu diumumkan 15 Agustus 2011 lalu. Hotel tersebut bisa melayani tujuh tamu dalam empat kabinnya. Tiap kabin memiliki jendela besar, agar para tamu bisa memandang Bumi yang kebiruan dan berotasi.

Jangankan tinggal, menuju ke hotel tersebut adalah sebuah petualangan. Butuh waktu dua hari mengangkasa menggunakan roket Soyuz. Ini tentu saja menjadi perjalanan liburan yang supermahal. Lima hari menginap, tamu harus merogoh kantong dalam-dalam, antara 100 ribu sampai 500 ribu poundsterling.

Hotel atau stasiun luar angkasa komersial ini belum punya nama. Rencananya ia akan dioperasikan mulai tahun 2016. Menurut pembuatnya, stasiun itu akan jauh lebih nyaman dari pada Stasiun Luar Angkasa Internasional yang digunakan para astronot dan kosmonot.

Dalam kondisi non-gravitasi, para pengunjung bisa memilih, tidur secara horizontal atau vertikal. Sementara, air mandi akan diatur sedemikian rupa agar tidak mengalir ke tempat yang tak seharusnya. Sebab, tanpa gravitasi, air bisa mengalir ke segala arah. Sementara di stasiun luar angkasa, para penghuninya harus membersihkan diri dengan spons mandi.



Para wisatawan tajir yang mampu membayar akan didampingi kru berpengalaman yang bertugas menghangatkan makanan -- yang disiapkan di Bumi dan dikirimkan ke hotel itu menggunakan roket.

Pengelola hotel ruang angkasa berencana menyajikan makanan yang lebih baik: daging pipi sapi dan jamur liar, kedelai tumbuk, sup kentang, dan makanan penutup, plume compote. Alih-alih makanan beku seperti yang dikonsumsi para astronot dan kosmonot.

Es teh, air mineral, dan jus buah juga akan disediakan. Namun, konsumsi alkohol dilarang keras. Sementara, penyiraman toilet akan menggunakan udara, bukan dengan air.

Semua limbah yang dihasilkan akan didaur ulang. Demikian pula dengan udara -- yang akan disaring untuk menghilangkan bau dan bakteri, lalu dikembalikan ke kabin.

Sergei Kostenko, kepala eksekutif Orbital Technologies yang akan membangun hotel itu, menjamin tempat rekreasi yang mereka bangun tidak akan mengingatkan pada Stasiun Luar Angkasa Internasional. "Sebuah hotel harus nyaman dan dimungkinkan melihat Bumi melalui jendera besar," kata dia, seperti dimuat Daily Mail.

Tak sembarang orang bisa singgah di hotel ini. "Hotel ini ditujukan untuk para jutawan dan orang yang bekerja di perusahaan swasta yang ingin melakukan penelitian di luar angkasa.'

Para tamu juga dimungkinkan untuk menjadi tuan rumah bagi tamu tak terduga. Perusahaan berencana mengoperasikan hotel itu sebagai lokasi penyelamatan darurat bagi astronot Stasiun Luar Angkasa Internasional yang mengalami krisis. (eh)

Foto Terbaru Cats Paw Nebula yang Menakjubkan

Cats Paw Nebula (NGC 6334) merupakan wilayah yang sangat banyak memiliki formasi bintang. Bentang keseluruhan dari awan gas ini mencapai 50 tahun cahaya. (ESO)
ESO baru saja merilis foto yang menakjubkan dari sebuah nebula yang dikenal sebagai Cat’s Paw Nebula (Nebula Telapak Kucing) atau NGC-6334. Wilayah kompleks yang terdiri dari gas dan debu, dimana sejumlah bintang masif lahir terletak di dekat jantung galaksi Bima Sakti, dan dikaburkan oleh awan debu.

Hanya sedikit obyek dilangit yang diberi nama seperti misalnya Cat’s Paw Nebula, suatu awan gas yang menyala yang seolah-olah menyerupai telapak raksasa kucing raksasa. Nebula ini pertama kali diamati oleh Sir John Herschel, seorang astronom Inggris ketika ia tinggal di Cape of Good Hope, Afrika Selatan pada 1837.

Meski telah menggunakan teleskop terkuat di zamannya, Herschel hanya mampu mengamati bagian awan yang paling terang, ditunjukkan pada foto di atas pada bagian kiri bawah.

NGC-6334 terletak sekitar 5.500 tahun cahaya di konstelasi Scorpius dan meliputi area sedikit lebih besar dari Bulan purnama. Bentangan keseluruhan dari awan gas ini mencapai 50 tahun cahaya. Nebula ini tampaknya berwarna merah karena cahaya biru dan hijau dari nebula ini terpencar dan diserap lebih efisien oleh material-material diantara Bumi dan nebula. Cahaya merah ini juga disebabkan oleh gas Hidrogen yang menyala di bawah panas dari bintang yang masih muda.

NGC-6334 juga dikenal sebagai nebula yang paling aktif di galaksi kita dan telah dipelajari secara mendalam oleh para astronom. Nebula tersebut menyingkapkan bintang yang baru yang masih segar berwarna biru terang—yang masing-masing memiliki massa 10 kali massa Matahari dan lahir dalam sejuta tahun terakhir.

Wilayah ini juga menjadi rumah bagi banyaknya bayi-bayi bintang yang sulit diamati karena terkubur dalam di bawah debu dan gas yang mengelilingi nebula ini. Secara keseluruhan, Cat’s Paw Nebula ini bisa jadi mengandung beberapa puluh ribu bintang.

Hal lain yang mengejutkan adalah warna merah pada bagian kanan bawah foto yang menunjukkan kemungkinan adanya satu bintang yang memuntahkan materinya dalam kecepatan tinggi ketika sudah semakin mendekati akhir hidupnya, atau bisa jadi merupakan sisa-sisa dari bintang yang telah meledak.

Foto terbaru dari Cat’s Paw Nebula ini diambil dengan memakai instrumen Wide Field Imager (WFI) pada teleskop berukuran 2.2 meter MPG/ESO milik Observatorium La Silla, Chili, yang didapat dengan menggabungkan filter merah, biru dan hijau, dan filter khusus lain yang didisain untuk dapat menembus, dan melihat obyek di balik gas hidrogen yang menyala terang. (Sciencedaily/rob)

Piringan Tebal Galaksi Andromeda Berhasil Diidentifikasi

Skema yang menggambarkan struktur piringan tebal. Piringan yang tebal dibentuk oleh bintang-bintang yang memiliki usia lebih tua daripada yang membentuk piringan tipis. (AMANDA SMITH, IOA GRAPHICS OFFICER)
Sekelompok astronom internasional untuk pertama kalinya berhasil mengidentifikasi adanya sebuah piringan tebal di Galaksi Andromeda, galaksi yang terletak paling dekat dengan galaksi kita.

Menurut kelompok ilmuwan yang berasal dari Eropa, Australia, dan seorang peneliti dari UCLA bernama Michael Rich, piringan tebal yang baru berhasil ditemukan setelah dilakukan penyelidikan selama 5 tahun itu, akan membantu para astronom dalam memahami proses-proses yang terjadi dalam pembentukan dan evolusi dari sebuah galaksi spiral, seperti galaksi kita.

Dengan memakai Teleskop Keck yang berbasis di Hawai, para astronom itu menganalisa kecepatan dari masing-masing bintang terang yang terdapat di Galaksi Andromeda. Mereka menemukan adanya jejak-jejak dari sebuah piringan yang berukuran tebal, bukan tipis seperti yang selama ini diketahui. Mereka mengukur kandungan kimia, lebar, dan tinggi piringan itu, untuk mengetahui perbedaannya dengan piringan yang lebih tipis.

Sekitar 70% bintang-bintang yang terdapat di dalam Galaksi Andromeda terletak di piringan yang tipis. Sturuktur dari piringan ini mengandung lengan spiral yang ditandai dengan adanya wilayah-wilayah, dimana terjadi proses pembentukan bintang yang aktif, dan dikelilingi oleh sebuah tonjolan yang berisi bintang-bintang yang lebih tua, sekaligus sebagai pusat galaksi.

“Dari pengamatan yang dilakukan terhadap Galaksi Bima Sakti dan beberapa galaksi spiral lainnya, kita tahu bahwa pada umumnya, semua galaksi spiral memiliki dua buah piringan yang tipis dan tebal,” kata Michelle Collins, mahasiswa kedokteran dari University of Cambridge’s Institute of Astronomy, yang sekaligus berperan sebagai kepala penelitian.

Piringan tebal yang berisi bintang-bintang tua, memiliki orbit di sepanjang jalur “tebal”, yang memanjang baik di atas maupun di bawah piringan yang tipis.

“Piringan tipis yang biasa kita lihat lewat pencitraan teleskop Hubble, dihasilkan melalui gas yang muncul pada saat terakhir pembentukkan galaksi. Sedangkan piringan yang lebih tebal dihasilkan pada awal tahap pembentukan galaksi. Kedua piringan tadi merupakan sumber informasi yang ideal untuk mengungkap proses-proses yang terlibat di dalam evolusi galaksi,” tambah Collins

Namun proses pembentukan piringan yang lebih tebal masih merupakan hal yang misterius. Satu-satunya cara untuk mengetahuinya ialah harus terlebih dulu memahami struktur piringan tebal yang juga muncul pada galaksi kita sendiri. Akan tetapi, beberapa gambar piringan kita sendiri masih juga banyak yang tidak jelas. Penemuan adanya piringan serupa di Galaksi Andromeda telah memberikan kita gambaran yang lebih jelas mengenai struktur spiral.

“Studi awal dari komponen ini telah menunjukkan bahwa piringan yang lebih tebal memang berusia lebih tua dari piringan yang tipis. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan kandungan kimiawi,” kata Rich. “Ke depannya, pengamatan lanjutan seharusnya akan makin menguak struktur piringan di Galaksi Andromeda, sekaligus memperdalam pemahaman kita terhadap pembentukan galaksi spiral di seluruh alam semesta.”

VIDEO: Proses Terbentuknya Bulan

Teori ‘Giant Impact’ merupakan hipotesa bagaimana proses terbentuknya bulan. Ilmuwan berteori, Bulan terbentuk akibat bergabungnya serpihan-serpihan pecahan Bumi yang ketika itu masih muda bertabrakan dengan benda langit berukuran sebesar planet Mars.

Salah satu bukti yang mendukung hipotesa ini adalah contoh-contoh bebatuan yang diambil para astronot saat mengunjungi Bulan. Dari bebatuan itu, terindikasi bahwa permukaan Bulan sebelumnya berbentuk cair dan kemungkinan, ia memiliki inti kecil dari besi dengan kepadatan yang lebih rendah dibanding Bumi.

Giant Impact, teori bagaimana terbentuknya Bulan
Adapun benda langit yang menghantam Bumi disebut sebagai Theia, diambil dari nama dewi bangsa Yunani, yang merupakan ibu dari Selene, dewi Bulan.

Menurut teori Giant Impact, Theia terbentuk bersama dengan planet-planet lainnay di tata surya sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu. Ia mengitari Matahari dalam orbit yang kurang lebih sama dengan Bumi sekitar 60 derajat di depan atau di belakang Bumi.

Stabilitasnya dalam mengitari Bumi kemudian terganggu karena Theia kemudian tumbuh melampaui batas maksimal 10 persen massa planet Bumi. Akibatnya, gaya gravitasi membuat Theia meninggalkan posisi orbitnya dan mendekati Bumi lalu saling bertabrakan.

Menurut para astronom, tabrakan antara Bumi dan Theia terjadi sekitar 4,53 miliar tahun lalu, atau sekitar 30 sampai 50 juta tahun setelah terbentuknya sistem tata surya. Akan tetapi, dari bukti-bukti terakhir, terindikasi bahwa tabrakan itu terjadi lebih lambat, yakni 4,48 tahun lalu. Berikut ini videonya.



VIDEO: Proses Terbentuknya Bulan, Inilah Video Proses Terbentuknya Bulan


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto